Sunflower - Post Malone & Swae Lee
.
.
.
.🎶Every time I'm leavin' on ya (Ooh)
You don't make it easy, no (No, no)
Wish I could be there for ya (Ooh)
Give me a reason to, oh (Oh)"Dip?! Dipa!" Thommas tanpa sadar meletakan cukup keras helemnya diatas meja dan berlari menaiki tangga menuju kamar Diva, remaja itu tersengal dan membuka keras pintu dihadapannya.
"Dip lu kenap— Anjing, anak siapa ini?!" Thommas nampak terkejut untuk kesekian kalinya.
—
"Dih lu kok bisa dikasih motor baru sih Res?"
"Ya kan mau masuk sekolah." Ucap Teressa, Gadis 15 tahun itu berbaring diatas kasur dengan buku ditangannya, remaja itu memang termasuk golongan Intovert Ekstrovert.
"Giliran gue mau ganti motor aja diba—"
Teressa membalik badannya tengkurap menatap saudara satu-satunya itu "Nunggu masuk kuliah aja baru bilang lagi, kali aja dikasih." Ucap gadis itu terlihat enteng.
Thommas terdiam dan Teressa tersadar jika mungkin ucapannya tidak akan pernah bisa terwujud.
"Pinjem dong." Ucap Thommas, Terresa menunjuk kunci motor yang tergantung dipintu kamar, remaja itu meraih kunci dan mengacak rambut bondol adiknya dan meraih jaket.
"Bang awas kalo lecet gue pites kepala lu." Gadis dengan tinggi tubuh 169 itu bangkit dan duduk sebelum melihat saudaranya melesat pergi.
Thommas berjalan cepat menuruni tangga dan merogoh saku celananya saat merasakan getaran yang berasal dari ponselnya "Ken—"
"Tommi bisa kesini nggak?"
Thommas menghentikan langkahnya sesaat ketika mendengar suara Diva diseberang sambungan yang bergetar dan panik dengan samar.
"Lu dimana Div?" Thommas bergegas membuka pagar besi kostnya dan menyalakan motor baru milik adiknya itu masih dengan sambungan telpon dari Diva.
"Dirumah."
"Gue dijalan, tungguin jangan kemana-mana." Thommas mematikan sambungan telpon itu dan melajukan cepat motor milik adiknya itu tanpa perkiraan.
—
Thommas menekan pelipisnya pelan saat melihat Diva yang juga menatapnya dengan gugup.
"Mana gue bisa anjir ini kok bisa dititipin disini sih?!" Thommas berucap frustasi menunjuk seorang bayi laki-laki berusia 10 bulan itu, bayi itu nampak hanya diam dan mengigit mainannya, Thommas meringis.
"Ibunya lahir—"
"Bangsat!!! ini anak belum gede udah lahiran lagi? itu manusia nggak tau yang namanya program keluarga berencana apa gimana sih?!" Thommas masih nampak emosi, Diva beberapa kali tersentak karena suara Thommas yang cukup kasar didengar meski sebenarnya lelaki itu tidak marah namun hanya terkejut.
"Loren anak pertama, berarti yang lahiran ini anak kedua, kan program KB itu dua anak Tommi." Thommas hampir menampar wajahnya sendiri mendengar ucapan Diva yang terdengar sangat polos menyerempet bodoh itu.
"Bukan gitu maksud gue Dipa sayang, gini loh, ini anak baru sepuluh bulan, lah masa emaknya lahiran lagi, lu pikir deh nih ya misalnya, misal, ini kan siapa namanya? Loren? Nih loren udah 10 bulan, kan bayi itu sembilan bulan dalem kandungan, berarti emaknya pas lahiran sebulan kosong langsung isi lagi dong ya? nah lu pikir deh—apa nggak tolol? gue nggak ngelaran orang buat punya anak berapapun ya bukan, tapi maksud gue diliat waktunya, ini bocah masih perlu kasih sayang orang tua udah punya adek aja. Apa nggak kasian?" Diva hanya diam mendengarkan ucapan panjang kekasihnya itu sambil memahaminya dengan seksama dan lalu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
F
HumorSPIN OFF SOFTCORE Tidak semua orang bisa langsung beradaptasi dengan perubahan besar yang datang pada hidupnya, Diva adalah salah satu dari orang yang mungkin bisa mengatakan dirinya beruntung dan sial disaat bersamaan. Kenyataan mengatakan jika Tho...