25. Catch

5.6K 384 82
                                    

Kiss me - Magic!
.
.
.
"Lucu banget," Thommas menatap Diva yang memakai helm bogo putih didepannya "Ini ringan, kalo pake itu berat." Ucap Diva menunjuk helm fullface yang dipakai Thommas.

Kekasihnya itu tertawa kecil dan menepuk pelan kepala Diva yang terlapisi helm, Memang semenjak berada satu atap dengan Thommas dan terpisah dengan kedua orang tuanya, Diva baru merasakan apa arti kebebasan yang sebenarnya, tidak ada jam malam, tidak ada aturan makan dan tentunya tidak ada omelan rutin ibunya yang setiap pagi bergema jika remaja itu bangun terlambat.

Thommas benar-benar memberinya space untuk bernafas lega dan bermalas-malasan meski kebiasaan yang dibentuk ibunya itu berdampak baik tanpa Diva sadari ia menjadi pribadi yang disiplin.

"Mau kemana emang?" Diva mengusap pelan bahu Thommas saat remaja itu sudah menaiki seat belakang motor milik kekasihnya itu "Nggak tau, keliling?"

Diva tertawa kecil dibalik helmnya dan hanya mengangguk dilihat Thommas melalui spion motornya, jam menunjukan pukul setengah dua dini hari saat kedua remaja itu berkendara menelusuri jalan lebar yang kini terasa lega itu, Angin malam masih dapat Diva rasakan disela kakinya yang hanya memakai sendal meski memakai hoodie tebal dan celana panjang remaja itu masih dapat merasakan dinginnya.

"Loh?"

"Lu pernah nyoba nongkrong ditrotoar nggak?" Ucap Thommas mematikan mesin motornya dan menoleh menatap Diva, kedua remaja itu kini berada bahu jalan. Diva bergerak turun diikuti Thommas.

Remaja yang lebih pendek itu memperhatikan kemana arah langkah kekasihnya yang berjalan dengan membawa helm ditangan kanannya, Thommas dengan santai mendudukan dirinya diatas trotoar dan melempar senyum kearah Diva yang menatapnya dengan bingung "Sini Dip." Ucapnya.

Diva melangkah dan mengambil duduk disamping kekasihnya itu dengan memeluk helm dipangkuannya "Gue biasa nongkrong disini kalo lagi banyak pikiran, Sendiri." Ucap Thommas tanpa terduga, Remaja itu menumpu tubuhnya dengan kedua tangan yang diarahkan kebelakang tubuhnya, menoleh menatap Diva dari samping.

"Kamu lagi ada masalah?" Diva langsung menyimpulkan perkataan kekasihnya itu dan menatap balas Thommas yang tanpa kata langsung tertawa aneh ditelinga Diva.

"Biasanya kalo gue disini, iya. Tapi kali ini enggak, Pertama kalinya  gue nongkrong disini seneng, gara-gara sama lu." Ucap Thommas, tatapannya tajam dan yakin tanpa ada lelucon dibalik setiap kata yang remaja jangkung itu ucapkan.

Diva terdiam menatap Thommas disampingnya, Remaja itu merasa detak jantungnya berpacu lebih cepat hanya karena sosok didepannya itu menatapnya, Diva mengalihkan pandangan dan berdehem ketika Thommas tertawa kecil melihat tingkahnya "Makasih ya Div." Ucapnya lagi.

"Aku juga seneng." Balas Diva, remaja itu berucap cepat dengan nada pelan yang hampir tak terdengar, Jika dilihat mungkin selama ini Thommas lah yang sangat mencintai Diva namun nyatanya remaja itu lebih mencintainya meski tidak pernah bisa ia perlihatkan, selain karena minim pengalaman remaja itu juga masih terlalu malu untuk apapun hal yang hendak ia ucapkan atau lakukan pada Thommas.

Thommas meluruskan posisi duduknya dan sedikit terkejut ketika merasakan tangan kecil Diva menggenggam tangannya, remaja itu menoleh dan mendapati Diva yang melakukan
hal itu tanpa melihat kearahnya, Thommas tersenyum dan membalas genggaman tangan Diva jauh lebih erat.

"Gue minta maaf kalau kemarin gue kelepasan, Gue cuma—cemburu sih." Ucap Thommas jujur, Semua yang ia lakukan beberapa hari lalu hampir merusak semuanya hanya karena ketakutannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang