"Jadi, bla.. bla.. bla.."
"Hoam, ngantuk banget. Semalem itu maksudnya apa ? Nee, beritahu aku Hali."
Flashback on
Sesampainya Halilintar dan Taufan dirumah, Halilintar langsung membanting tubuh Taufan ke sofa empuk berwarna merah. Hanya dengan melihat ekspresinya, semua orang tau bahwa pemuda bermata ruby tersebut sedang dilanda perasaan murka.
"Apa kau sudah tidak menganggap aku sebagai kakakmu lagi ?"
"Hah?!"
"Aku tanya sekali lagi. "APA KAU SUDAH TIDAK MENGANGGAPKU KAKAKMU LAGI SEHINGGA KAU LANCANG TIDAK MEMBERITAHUKU BAHWA KAU AKAN BERMAIN, TERLEBIH KAU LIHAT SEKARANG SUDAH JAM BERAPA ?!"
"A a aku- hiks."
Taufan berusaha menahan tangisannya serta menjaga agar suaranya tetap terdengar normal. Akan tetapi, usaha sia-sia terlihat dari isakan tangisnya yang semakin jelas. Jika ditanya apa Taufan takut? Tentu saja takut. Baru kali ini ia melihat kakaknya semurka ini.
Mendengar isakan tangisan Taufan, Halilintar pun segera menghampirinya. Dengan perlahan, Halilintar menghapus tetesan air mata Taufan serta memberikan kecupan di kening. Semua perlakuan tersebut dilakukan dengan lembut oleh Halilintar sembari memberikan kata-kata penenang.
"Shht, maafkan aku Taufan, aku tidak bermaksud membentakmu. Kau tau, aku hanya khawatir karena hingga jam 8 malam pun kau belum pulang."
Setelah kata-kata tersebut dilontarkan, isakan tangisan Taufan semakin mengeras. Halilintar yang sudah tidak tahan mendengarnya pun langsung membungkam bibir Taufan. Tekstur bibir lembut dan kecil serta dipadukan rasa manisnya vanilla membuat Halilintar serasa kehilangan akal. Setelah beberapa menit berlalu, isakan tangisan Taufan mulai mereda. Halilintar pun segera melepaskan tautan bibir mereka. Ekspresi terkejut tercetak dengan sangat jelas pada wajah Taufan.
"K kak, apa maksudnya ini?"
Tanpa menjawab pertanyaan Taufan, Halilintar pun segera melangkahkan kedua kakinya menuju kamar. Meninggalkan Taufan sendirian dengan sejuta pertanyaan yang bertengger di otaknya.
Flashback end
Mengingat kejadian semalam, Taufan secara tidak sengaja menyentuh permukaan bibirnya disertai dengan semu merah yang bersemayan dipipinya. Taufan terlalu asyik dengan pikirannya sendiri sehingga tidak mendengarkan suara guru yang sejak tadi memanggilnya.
"Hoi, kau anak bermata biru dan bertopi miring. Mulailah membaca!"
"S saya pak ?"
"Kau pikir orang bermata biru dan bertopi miring di kelas ini ada berapa ? Dan kenapa kau memegang bibirmu ? Sariawan ?"
Di saat guru masih melontarkan beberapa perkataan kepada Taufan, seorang gadis manis berkerudung merah muda meletakkan sebuah penghapus tepat di pinggir meja belajar Taufan.
"Fan, ini tadi penghapusmu jatuh."
"Eh, tapi ini kan-"
"Taufan Bin Amato, saya sedang berbicara dengan mu. Hargailah! Jangan malah asyik sendiri. Sekarang mulailah membaca!"
"Baik pak"
Ting Tong
"Baiklah, pelajaran hari ini bapak akhiri sampai di sini dan untuk tugas rumah kerjakan buku cetak halaman 15-20 dikumpulkan besok. Yang tidak mengerjakan pr besoknya saya akan suruh membuat puisi 50 lembar mengenai sejarah matematika. Sekian dan selamat beristirahat semuanya."
Pak guru pun mulai melangkahkan kakinya menuju pintu kelas dan diikuti oleh siswa siswi lainnya yang ingin berburu makanan dan minuman di kantin.
"Akhirnya pelajarannya selesai juga, benar-benar melelahkan. Oh iya, Yaya terima kasih ya kau penyelamatku dan ini penghapusmu kan ?"
"Tidak masalah Fan. Kan sebagai teman kita harus saling membantu."
"Yaya tersenyum. Manisnya."
Ketika Taufan dan Yaya sedang asyik bicara, tiba tiba terdengar suara dorongan kursi. Selanjutnya diiringi dengan langkah kaki menuju pintu keluar kelas. Orang itu pun memberhentikan langkahnya sejenak.
"Merepotkan saja."
Orang itu pun kembali melanjutkan langkah nya menuju tempat tujuannya.
Halilintar POV
Aku pun terus melangkahkan kakiku dengan tergesa-gesa menuju area perpustakaan. Perasaanku selalu kacau begini ketika melihat nya dengan yang lain. Sakit
Karena terlalu larut dengan pikiranku sendiri, aku tanpa sengaja menabrak orang yang berjalan berlawanan denganku.
"Aduh, sakit. Maaf aku tidak sengaja menabrakmu. Apa kau baik-baik saja ?"
"Kau menyadari keberadaanku ?"
"Maksudmu ?"
"Bukan apa -apa. Kalau begitu aku permisi dulu."
"Baiklah, anak yang aneh. Sigh, sepertinya aku harus membatalkan rencana membacaku."
Aku pun mulai membalikkan badanku menuju kelas.
"Hm, anak tadi, sepertinya sebelumnya aku belum pernah melihatnya. Anak baru kah ?"
Halilintar POV end
Bel istirahat telah berakhir. Seluruh siswa di kelas telah berkumpul. Seorang guru mulai melangkahkan kakinya ke dalam kelas dan memberikan pengumuman yang menghebohkan kelas.
"Anak-anak, bapa minta perhatian kalian sebentar! Hari ini, kita kedatangan murid baru. Pasti kalian bertanya-tanya mengapa murid ini tidak diperkenalkan sebelum pelajaram pertama. Hal ini karena murid tersebut harus mengurusi beberapa hal terlebih dahulu. Baiklah, silahkan masuk!"
Setelah perkataan tersebut dilontarkan, anak tersebut mulai memasuki kelas. Tetapi, sepertinya tidak ada yang menyadarinya seorang pun. Beberapa menit telah berlalu, semua murid kecuali satu orang murid serta guru pun terheran akan ketidakhadiran murid tersebut.
"Hm, kemana anak itu ya?"
" Pak, saya sudah ada di sini sejak tadi."
"Woah, tolong jangan mengejutkan bapak seperti itu! Untung saja bapak tidak punya riwayat jantung. Sigh, baiklah silahkan perkenalkan dirimu!"
Anak tersebut mulai membungkukan tubuhnya. Rambut sewarna langitnya melambai-lambai akibat yang berhembus melalui jendela kelas.
"Nama saya Kuroko Tetsuya. Saya berasal dari Jepang. Mulai hari ini, mohon bantuannya."
TBC
Terima kasih telah membaca 😊
Vote dan comment ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Wrong To Be Together ?
RomantizmWARNING : BOYXBOY (Sho-ai) Halilintar dan Taufan merupakan sepasang saudara tiri yang saling menyayangi layaknya saudara kandung. Tetapi entah kenapa belakangan ini, Taufan merasa Halilintar menjaga jarak dengannya. Hal tersebut semakin terasa saat...