Part 3. Kerja pertama

194 18 0
                                    

"Izo, sini" panggil sang bunda karena Izora yang sejak tadi hanya di luar sambil memandang tempat yang akan menjadi tempatnya tinggal.

"Bun, pulang aja yuk" bisik Izora di telinga bundanya.

"Nggak bisa dong, kita udah sampai di sini masa mau langsung pulang, dan juga kamu kan sudah pilih mau tinggal di sini"

Jika waktu bisa diputar, Izora benar-benar ingin memutar waktu kembali di saat sang bunda memberinya dua pilihan kemarin. Namun nasi sudah menjadi bubur, Izora hanya bisa pasrah untuk tinggal di sini. Awalnya ia berpikir, walaupun kampung ini kumuh dan terpencil namun masih bisa ditolerir.

Setelah Edwin dan Rara pulang, sang nenek yaitu Darmi menyuruh Izora untuk istirahat karena takut ia kelelahan.

Izora memandang kamar yang ukurannya hanya sebanding dengan kamar mandinya di rumah. Izora sempat berpikir, bundanya adalah anak yang durhaka karena tidak membantu sang nenek. Namun ia kembali mengingat bunda yang pernah berkata pada mereka dulu sekali, kalau nek Darmi enggan menggunakan uang sang anak ia lebih memilih bekerja menjual makanan dari pada menerima uang pemberian Rara.

Untuk pertama kalinya setelah lama tinggal di rumah sang nenek, Izora memilih untuk ikut nek Darmi berjualan. Izora sudah hampir mati kebosanan di rumah, setiap hari kalau bukan main games di ponselnya, tentu saja yang offline, Izora hanya berkeliling melihat setiap sudut rumah yang penuh dengan kerajinan tangan.

Pagi sekali Izora sudah siap dengan baju oversize dan celana pendek selututnya.

"Nek ikut" Izora berlari ke arah nek Darmi yang hendak memakai sendalnya.

"Kamu mau ikut?" ucap nek Darmi

"Iya" Izora mengangguk kuat, ia harus pergi kalau tidak ingin mati kebosanan sendirian.

"Tapi warungnya jauh, ada di ujung jalan, Izo tidak apa-apa?"

"Nggak papa nek"

Izora berjalan berdampingan dengan nek Darmi. Ini pertama kalinya untuk Izora bertemu dengan penduduk kampung ini, mereka nampak memandang Izora dengan pandangan sinis. Hal itu membuat Izora memandang penampilannya kembali, namun menurutnya tak ada yang salah.

Ternyata apa yang dikatakan nek Darmi itu tidak bohong, warung makan miliknya memang sangat jauh. Izora langsung duduk di salah satu kursi ketika baru sampai, kakinya saakan mau patah akibat kelelahan.

"Kamu duduk dulu ya, nanti kalau lapar bilang nenek, atau kamu mau makan sekarang?"

"Nggak usah nek, nanti aja"

"Kalau lapar langsung bilang ya"

"Iya nek"

Nek Darmi langsung masuk ke dapur warung ini, mungkin ia mempersiapkan bahan-bahan sebelum buka warung. Nampak satu persatu orang-orang berdatangan ke warung nek Darmi ini, bahkan Izora harus berpindah agar pembeli yang datang mendapatkan tempat. Izora memilih masuk ke dalam dapur, di sana nampak nek Darmi yang memindahkan ketupat dari panci ke sebuah piring keramik.

"Nek, di depan udah banyak orang" beri tahu Izora kepada sang nenek.

"Sudah banyak orang tapi ini loh belum selesai. Kamu bisa tidak keluar dulu sebentar? Nanti tanya mereka pesennya apa, baru nenek bawakkan nanti"

"Hah? Aku nek?"

"Iya, sebentar aja itu"

"Iya deh nek" dengan malas Izora melangkah keluar dapur, ditanyanya satu-satu pesanan dari orang-orang di warung sang nenek.

"Nek, ini ada yang pesen nasi goreng 4, coto juga tadi ada yang pesen 7, dan nasi kucing 2. Juga sama minumnya kopi 5, teh 3 itu aja kayaknya tadi"

"Itu aja? Bener kan jangan sampai salah"

"Bener nek, nggak bohong"

"Iya, iya, nenek juga ndak bilang loh kalau kamu boong"

"Nenek ada-ada aja" Izora terkekeh pelan.

Izora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang