Part 5. Kedatangan Dirga

132 14 0
                                    

Sore harinya ketika sang ayah sudah pulang, Dirga pikir ayahnya akan menolak untuk mengantar Dirga, apalagi ayahnya baru pulang dari melihat lokasi pembangunan cabang perusahaannya. Namun Dirga salah besar, malah sang ayah langsung bergegas ketika mendengar sang anak yang mengeluh kesepian di sana. Dirga sempat berpikir, apakah dia itu sebenarnya anak pungut ya?

Sekitar jam 9 malam, mereka baru sampai di rumah nek Darmi. Dengan kesal dan malas, Dirga mengangkat kopernya yang berwarna putih. Hampir saja Dirga berpikir ia diusir dari rumah sebab bundanya yang sudah mengisi koper dengan semua baju yang ia punya. Untung saja tidak.

"Assalamualaikum" Rara mengetok pintu yang terbuat dari kayu itu. Tadi saat berangkat ia sudah menghubungi Izora bahwa ia akan datang ke rumah nek Darmi.

"Waalaikumsalam" terdengar suara nek Darmi dan tak lama pintu terbuka lebar.

"Rara, kamu toh kenapa bisa di sini?"

"Ini Bu, anak Rara yang cowo juga mau ikut tinggal sebentar di rumahnya Ibu" sambil berbincang mereka melangkah ke kursi di ruang tamu, Rara menopang sang ibu yang jalannya sudah tak tegak saat muda.

"Yang cowo ini toh?"

"Iya Bu"

"Boleh-boleh"

Rara dan sang ibu berbicang sebentar sebelum berpamitan pulang. Sebenarnya nek Darmi, ibu Rara, melarang sang anak untuk pulang dulu karena hari yang sudah sangat malam. Namun karena Edwin memeliki perkerjaan yang harus ia lakukan esok pagi, nek Darmi tidak bisa berkata lagi.

"Kamu hati-hati ya nduk. Kasi tau suami mu jangan ngebut-ngebut"

"Iya Bu"

Sementara itu, Izora yang mendengar suara mobil langsung terbangun. Ia benar-benar lelah karena berjalan jauh pulang balik warung nek Darmi. Ia bergegas bangun lalu berlari ke arah pintu, namun ia terlambat mobil sang ayah sudah melaju menjauh.

"Nek, nenek kok nggak bangunin aku sih?"

"Ndak bangunin gimana toh, orang tadi nenek sama ibu mu bangunin kamu tapi kamu ndak mau bangun-bangun"

"Terus Dirga di mana Nek?" tanyanya ketika baru teringat tujuan orang tuanya datang ke sini.

"Itu loh, di kamar tamu"

"Nenek tidur ya, ini udah malem. Aku mau ketemu sama Dirga dulu" nek Darmi mengangguk lalu berjalan kembali ke arah kamarnya. Izora menutup pintu lalu berjalan menuju kamar tamu yang tepat berada di samping kamarnya. Ia lalu membuka pintu kamar, namun tak melihat sosok sang adik.

"Dirga, lo dimana?"

"Lo jangan macem-macem ya Dir, cepetan keluar" teriak Izora lagi. Namun tak ada jawaban dari sang pemilik baru kamar.

Izora melangkah lebih dalam ke kamar yang belum pernah ia masuki semenjak ia tiba di rumah ini. Susana gelap dan sunyi manambah kesan horor. Sekali lagi Izora memanggil sang adik, namun sekali lagi tak ada jawaban.

Tubuh Izora menegang ketika sesosok bayangan hitam berdiri di depannya.

"Kenapa lo?" seketika Izora menghembuskan napas lega, ternyata itu Dirga.

"Gue panggil dari tadi lo nggal jawab-jawab"

"Ya gimana mau jawab kalau gue tidur, lo pikir gue nggak capek belum juga istirahat dari pulang latihan futsal eh sudah disuruh siap-siap buat ke sini, mana nggak pulang lagi. Ini semua karena lo tahu nggak"

"Sorry Dir"

"Ya udah sana lanjutin tidur lo lagi, gue pergi, bye..."

Izora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang