Part 17. Sebuah kebohongan

108 12 0
                                    

"Udah, makan nih. Kamu bilang ya kalau ada kekurangannya supaya aku bisa tingkatin lagi"
Izora mengangguk lalu mencicipi satu per satu makanan yang tersaji di meja.

"Enak sih, tapi mungkin karena aku udah biasa makan masakannya Dirga, jadi rasa makanan ini biasa aja buat gue"

"Gue lagi ya" ucapnya dengan lirih.

"Hah?"

"Nggak, aku cuma mikir kayaknya aku butuh les dari adik kamu deh. Kalau denger kamu ngomong, pasti adik kamu itu jago banget masaknya"

"Jelas dong, dulu itu bunda nggak bisa masak jadi tiap hari harus makan masakan dari luar. Dirga kayaknya bosen jadi coba-coba buat masak, eh ternyata masakannya enak dan dia juga suka. Dari situ ia sering masak walau sembunyi-sembunyi dari Ayah Bunda. Pas mereka tahu, Dirga disaranin ikut kursus gitu, untuk kembangin hobinya Dirga yang suka banget masak sih"

"Pantes aja"

"Ini udah mau magrib, pulang yuk" Fajar mengangguk lalu berdiri dari duduknya kemudian berjalan keluar bersama Izora.

Tiba di rumah Izora, Fajar pamit pulang dan hanya menitip salam untuk keluarga Izora. Izora terus memandang mobil Fajar yang melaju menkauh sampai mobil itu tak terlihat lagi.

Izora memandang deretan gaun di lemarinya, ia bingung baju apa yang harus ia gunakan untuk ke acara ulang tahun anak. Jam terus berputar hingga tanpa sadar sepuluh menit lagi acaranya akan dimulai. Izora langsung saja menarik dress berwarna pink susu. Ia memandang pantulan dirinya di cermin, lalu ia segera memoles make up tipis yang sesuai dengan gaunnya.

Tempat pesta sudah ramai berdatangan tamu, namun pertanya belum dimulai. Izora bersyukur, ia bisa datang sebelum pesta dimulai walau hanya semenit sebelum pesta.

Dari hiasan pesta semua orang pasti akan tahu, jika yang berulang tahun adalah bocah laki-laki. Ia adalah anak dari Reno, yaitu Naren. Bocah itu berulang tahun yang kelima hari ini.

Izora melangkah mendekati ayah dari anak yang berulang tahun, dia menepuk pundak sang sahabat.

"Selamat ya Ren, anak kamu udah makin gede"

"Makasih ya"

"Sama-sama. Tapi kok anak pertama udah 5 tahun belum ada adeknya sih..." goda Izora

"Anak satu udah cukup"

"Iya juga sih, mana anak pertama lahir prematur, kamu pasti takut kan"

"Emn"

"Maaf nih ya Ren, tapi kok anak kamu nggak ada mirip-miripnya sama kamu?"

"Kamu udah nanya ini bayak kali tau Zo, kan aku udah bilang Naren itu masih kecil, belum keliatan kemiripannya"

"Tapi Naren udah 5 tahun loh Ren. Atau aku terlalu berpikir berlebihan mungkin ya?"

"Iya, kamu cuma mikir berlebihan kok itu"

"Gue pergi ya, mau ucapin HBD dulu sama yang ultah, bye..."

"Bye..." Reno terus melambaikan tangannya sampai siluet wanita itu menghilang.

'Andai kamu tahu Aksara, aku masih menyimpan perasaan sama kamu. Selama 6 tahun, aku terjebak di sini bukan karna aku mau Ra, tapi aku kepaksa. Aku dulu cuma orang miskin yang bahkan sekolah aja harus kerja keras sendiri, orang tua aku hanya orang biasa. Lalu, orang tua Silvania datang menolong keluarga aku dengan sukarela. Selama bertahun-tahun, akhirnya kehidupan aku dan keluarga berjalan baik kami tidak lagi kekurangan. Dan sampai di saat itu, saat dimana orang tua Silvania datang atas nama balas budi menyuruh aku menikahi Silvania yang saat itu sudah hamil 2 bulan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa Aksara, aku lemah'

Izora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang