Part 18. Lamaran Fajar

122 13 0
                                    

Izora pulang dari pesta ulang tahun Naren, namun sialnya mobilnya malah kehabisan bensin di tengah jalan. Sebenarnya ia bisa saja menyuruh seseorang untuk memgantarkan bensin, namun sayangnya jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, Izora tidak mengkin mengganggu istirahat orang lain.

Melihat cahaya lampu dari arah belakang membuat secerca harapan muncul di lubuk hati Izora. Ia berteriak untuk menghentikan sang pengemudi, ia sangat beruntung, sanga pengemudi mobil putih itu berhenti.

"Fajar? Kamu..."

"Mobil kamu kenapa?" tanyanya tanpa memedulikan Izora yang terkejut.

"Habis bensin"

"Kayaknya jam segini, pom bensin tutup semua deh" Izora mengangguk lemah, jadi ia harus apa sekarang?

"Gini aja deh, aku anter kamu pulang, besok suruh orang ambil mobil kamu di sini atau kamu sendiri yang datang. Sekarang udah malem banget, aku anter ya"

"Iya, makasih bayak, aku nggak tau kalau nggak ada kamu aku gimana disini sendiri"

"Udah jangan nangis, kamu ambil dulu barang dan kunci mobil kamu, aku tunggu di mobil"

Dengan segera Izora memgambil tas serta kunci mobilnya, ia juga tak lupa untuk mengunci mobil miliknya.

Mobil milik Fajar melaju dengan kecepatan rata-rata. Izora terus memandang ke luar jendela.

"Kok jam segini masih di luar?"

"Hadirin acara ultah anak temen"

"Acara ulang tahun sampai malam gini?"

"Nggak sih, acaranya udah kelar jam 10-an tapi kan gue bantu teman gue buat beres-beres"

"Harusnya teman kamu itu tahu kalau kamu nggak boleh pulang malam, kamu itu cewek Izora" ucap Fajar dengan greget.

"Udah kali, lo juga jangan terlalu urusin urusan gue, mau gue pulang malem kek mau gue sekalian nggak pulang itu bukan urusan lo"

"Kok jadi marahan gini sih, aku cuma khawatir aja Izo"

"Khawatir kok ngomongnya ngatur gitu, kayak lo penting aja gitu di hidup gue"

Fajar menepikan mobilnya, ditatapnya Izora dalam.

"Izora aku cinta sama kamu"

Izora terkejut mendengar ungkapan Fajar, ia tak bisa merespon karena saking terkejutnya.

"Kamu tahu, aku udah suka lama sama kamu, sejak dulu di kampung aku udah suka sama kamu"

"Karena wajah aku kan?" ucap Izora dengan nada remeh.

"Nggak, tapi karena nama kamu. Waktu itu aku nggak sengaja dengar nek Darmi panggil kamu, sejak itu nama kamu selalu berputar di kepala aku, aku tahu saat itu aku sudah terjebak dengan nama kamu. Hari itu dengan alasan harga cabai yang naik aku datang ke warung nek Darmi semata-mata agar aku bisa ketemu kamu Izo"

"Tapi aku..."

"Aku mau bilang sama kamu, aku sayang banget sama kamu, dan aku harap kamu mau menikah sama aku. Usia aku sekarang bukan untuk main-main lagi, aku mau serius dan jika kamu menerima aku, maka aku bakal segera lamar kamu sama orang tua kamu"

"Fajar, bukan maksud aku mau nolak kamu, cuma... Aku mau fokus ke karir aku dulu, aku belum siap untuk memulai hubungan rumah tangga"

"Kamu mikir dulu aja, aku bakal tunggu jawaban kamu sampai tanggal ulang tahun kamu seminggu lagi"

Fajar kembali melajukan mobilnya, namun suasana canggung tak kunjung hilang diantara keduanya, bahkan saat mereka sudah sampai di tujuan tak ada yang memulai percakapan. Tak ada ucapan 'hati-hati' atau 'terima kasih' yang terucap.

Izora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang