CHAPTER 4

701 95 28
                                    

Pic: Belerick Alven Hoppe
Credits: @ichyy_0 on ig

Floryn, bapakmu semangatkuuu 🤤🤤🤤

Wkwkkwk enjoy❤️❤️

🍃

"Xavier! Aku membawakan jus untukmu!"

"Xavier, apa kau tahu warna matamu sangat indah? Warna matamu mengingatkan laut biru di ujung benua Cadia Riverland."

"Xavier.."

Suara gadis itu selalu menghantui bayang-bayangnya, Xavier seringkali merasa terganggu mendengar cara bicara Floryn seolah mereka merupakan sepasang kekasih. Dia tidak akan lupa ketika Floryn memarahi Melissa agar tidak berdekat-dekatan dengan Xavier, padahal Melissa merupakan rekannya bekerja di menara penyihir. Kemudian, gadis itu seringkali menggelendot dilengannya seolah tidak ingin kehilangannya. Xavier seringkali menepis tangan itu dari lengannya dan meninggalkan Floryn yang kebingungan itu sendirian. Dia membiarkan gadis itu jadi bahan tertawaan bangsawan lainnya karena sikap sembrononya itu.

Belum lama ini, ia mendengar kabar bahwa gadis aneh itu tercebur di danau Lumina yang tidak jauh dari menara penyihir. Kemudian gadis itu mengalami koma berhari-hari sampai Count Hoppe mencari dokter yang terbaik untuk menyembuhkan putrinya.

Setelah terbangun dari komanya, Xavier dipanggil oleh Belerick untuk mengunjungi putrinya. Count tersebut tahu betapa Floryn sangat menyukai Xavier setiap kali mereka bersama, maka dari itu ia menyanggupi permintaan beliau. Dia juga ingin melihat bagaimana keadaan gadis yang dianggap sebagai Death Princess itu setelah terbangun.

Namun waktu mereka bertemu, ia seolah tidak mengenali Floryn lagi.

Gadis aneh yang selalu memanggil namanya dan langsung memeluk dirinya itu berdiri tegak sambil menatapnya lurus. Sungguh keajaiban yang mustahil Floryn berubah secara 180 derajat dalam waktu satu bulan. Awalnya Xavier sulit percaya bahwa Floryn yang dikenalnya itu berubah, dia berpikir mungkin gadis ini belum sembuh akibat kepalanya terbentur di danau Lumina. Tapi jawaban yang elegan nan dingin, sikap yang cuek, dan ekspresi yang datar itu membuat ia yakin bahwa gadis bunga tersebut telah berubah.

Apalagi gadis itu terang-terangan menyatakan sebaiknya mereka tidak bertemu kembali.

Xavier mendesah, dia berpangku dagu sambil menatap buku yang terbuka dihadapannya. Gadis itu bahkan tidak menghubunginya setelah menyatakan keinginannya menjauh. Biasanya Floryn tidak akan sanggup berjauh-jauhan darinya, gadis itu akan bersikap seolah-olah besok akan mati kalau mereka berpisah. Gadis itu akan memintanya datang ke kediaman Hoppe atau menemaninga menghadiri pesta bangsawan lainnya.

Tetapi sudah dua minggu berlalu dan ia tidak mendapatkan surat dari Floryn.

"Kau ini sebenarnya membaca atau melamun?"

Xavier mengerjap, ia mendongak kearah remaja berambut merah sedang berdiri dihadapannya. Julian sedang menatap tanya dirinya, anak ini merupakan rekannya juga seperti Melissa.

"Sedang apa kau disini? Kau harusnya belajar bersama Melissa." Xavier tersenyum penuh arti menatap temannya yang terlihat salah tingkah. Senyuman yang cukup membuat Julian termehek kaku.

"Aku bosan, jadi aku ingin mencari udara segar." jelas Julian merasa bersalah karena telah kabur dari kegiatan belajarnya. "Omong-omong, kami sering melihatmu melamun akhir-akhir ini. Makanya aku datang kemari karena mengkhawatirkanmu, Xavier."

"Aku? Melamun?"

"Benar, kau tidak pernah benar-benar mendengarkan pembicaraan kita saat rapat. Terkadang kau sering menghela nafas dengan kasar, kemudian mengerinyitkan dahimu, dan terakhir...."

Becoming Duke's Beloved WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang