CHAPTER 14

710 93 17
                                    

Xavier tidak tahu mengapa dia berada disini. Ketika ia turun dari kereta kuda, dia bisa melihat para bangsawan berkumpul membicarakan Aamon dan juga Floryn di sekitarnya. Gereja cahaya yang ia kunjungi menjadi tempat kedua insan akan mengikat diri mereka dalam pernikahan.

Dia teringat obrolannya dengan Aamon dua hari yang lalu. Keberadaannya disini hanya memastikan kalau perkataan sang Duke itu benar.

"Kau baik-baik saja?"

Xavier menoleh. Ia menemukan rekan-ralat, anak-anak yang telah ia bimbing selama ini sedang menatapnya lurus. Yin sedang absen di tempat dikarenakan berada di perbatasan mengawal ibukota.

"Kamu membenci lady Hoppe, bukan?" tebak Melissa dengan pandangan serius.

"Pasti rasanya sedikit terganggu diundang kemari."

Sejujurnya, tidak.

Xavier penasaran dengan gadis itu yang langsung memutus hubungan pertemanan mereka begitu saja. Raut muka Floryn yang sangat menderita karena perlakuannya di masa lalu sulit memudar dalam ingatannya.

Di lain sisi, terlepas mengenai Aamon sempat memintanya untuk mengecek mana milik Floryn. Dia juga ingin minta maaf pada gadis itu.

"Kalau kau merasa tidak nyaman, lebih baik kita langsung pulang." celetuk Julian yang dihadiahi senyuman dari sang penyihir cahaya.

"Tenang saja." Tangan Xavier terangkat mengelus kepala mereka berdua, Julian dan juga Melissa. "Aku hanya datang demi menghormati undangan yang Duke Paxley berikan padaku."

Kedua anak itu memandang satu sama lain kemudian memilih mengikuti saja keputusan Xavier. Ketiganya langsung memasuki gereja dan disambut oleh aroma bunga yang menghias setiap jalan diatas karpet merah.

Xavier melirik Melissa yang mengobrol pada Julian mengenai orang-orang disekitar mereka. Ada rahasia kecil yang hanya dirinya dan Melissa ketahui, yakni gadis itu merupakan salah satu keturunan Paxley. Mengingat Duke Paxley yang memimpin sekarang sempat memenggal kepala ayahnya dan langsung mengambil alih posisi sebagai Duke, Xavier cukup bersyukur karena Melissa memutuskan untuk mengembangkan ilmu sihirnya di menara dan memilih menjadi muridnya.

Aamon mengancingkan sarung tangannya mengetahui berkat akan segera dilaksanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aamon mengancingkan sarung tangannya mengetahui berkat akan segera dilaksanakan. Beberapa helai rambut peraknya disisir menyamping sehingga helaian poninya hampir menutupi sebagian matanya. Tubuh tinggi nan menjulangnya telah berdiri di depan altar, menanti kedatangan Floryn.

Dia bisa mendengar banyaknya para bangsawan sedikit waswas akan pernikahan ini. Mengingat di masa lalu Floryn gagal menikahi tuan Eddison dikarenakan ada assassin yang menyerang lelaki itu.

Putri kematian menikahi Duke yang terkenal tirani dan kekejamannya. Bukankah mereka pasangan yang cocok?

Suara organ dan piano mengalun mengiringi kedatangan sang pengantin. Aamon mendongak, sontak terpana melihat sang gadis dalam balutan gaun berwarna putih memegang buket bunga lily dipadukan bunga tulip. Tiara bunga terpasang di rambut peachnya yang dibiarkan tergerai. Wajahnya terbalut dalam veil transparan tak menghalangi rupanya yang memang telah memikat Aamon sedari awal ia mengenal gadis ini.

Becoming Duke's Beloved WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang