CHAPTER 13

646 96 26
                                    

Hari yang begitu menegangkan.

Belerick dan Aamon bertemu di kediaman Hoppe. Sejak pagi buta, Floryn menemukan banyak pelayan dan butler ayahnya sibuk menata taman County ini. Tak lama kemudian, taman itu menjelma menjadi tempat yang indah dengan meja makan tertata demi menyambut kedatangan Duke Paxley.

Floryn telah didandani semenawan mungkin, bahkan Ersha dan pelayan lainnya yang membantu tak henti-hentinya memuji penampilannya.

Sedangkan, Floryn sendiri hanya terdiam mematut dirinya didepan cermin. Dia akui kalau penampilannya menjadi sangat cantik dengan beberapa ornamen bunga di rambut panjangnya. Ia mengenakan gaun off shoulders yang berwarna biru sepanjang lutut dipadukan sehelai kain berwarna hijau bertaburkan berlian kecil.

Padahal acara pernikahannya tinggal dua hari lagi, pikir Floryn seraya bersandar pada sofanya. Dia merasa pertemuan antar ayah dan calon suaminya itu cukup berlebihan.

Sebab, waktu kedatangan Aamon di County ini. Aura yang dimiliki ayahnya maupun putra sulung Paxley ini sangat sulit dihindari. Mata mereka saling memandang, tapi tekanan yang mereka miliki sangatlah tidak biasa. Suara mereka penuh kesopanan, tapi Floryn bisa menerjemahkannya kalau mereka sama sekali tidak akan bisa akur setelah bertemu satu sama lain.

Seharusnya pertemuan hari ini dipenuhi obrolan yang ringan sambil mendekatkan diri. Tapi, nyatanya pertemuan ini terasa menegangkan.

Dia tidak lupa ketika Aamon membantu memotong kroket dagingnya karena pria itu duduk disampingnya. Namun, hal itu justru membuat ayahnya tidak senang.

"Berikan piringmu, Floryn. Biarkan aku membantumu memotong kroketmu."

"Tidak perlu, Count Hoppe. Ada saya disampingnya membantu lady Hoppe."

"Saya tidak bicara padamu, tuan Duke Paxley yang terhormat."

"Tapi, sebentar lagi lady Hoppe menjadi pasangan saya. Tidak mungkin saya menutup mata melihat pasangan saya kesulitan."

Pada akhirnya, sisa makan siang hari itu terasa mencekik. Setidaknya bagi Floryn. Hawa keberadaan mereka cukup menyesakkan. Dia berharap pengalaman itu menjadi pengalaman terakhir yang ia alami.

"Sebenarnya apa yang sedang tuan besar bicarakan dengan tuan Duke, nona?"

Floryn mencomot stroberi dari kue dipiringnya menggunakan garpu, kemudian memakannya dengan tenang.

"Entahlah. Mungkin membicarakan pernikahan yang akan dilaksanakan tak lama lagi." jawab Floryn asal.

Setelah makan siang itu, Belerick meminta izin padanya untuk berbicara secara empat mata bersama Aamon. Floryn tidak keberatan karena merasa mungkin ada yang harus dibicarakan oleh mereka sebagai sesama pria. Tapi, satu jam telah berlalu dan obrolan mereka belum usai juga.

Dalam hati kecilnya, Floryn mengakui kalau ia sangat penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"Oh! Mereka sudah keluar."

Floryn segera meletakkan piring camilannya dan bergegas mendekati dua pria yang memasang raut muka sulit diartikan.

"Apa obrolan kalian sudah selesai?" tanya Floryn dengan wajah penasaran.

"Sudah." jawab Belerick seraya mengelus kepala putrinya penuh kasih. "Aku ada keperluan diluar, nak. Jadi, jangan tunggu aku dan beristirahatlah dengan nyaman."

"Baiklah, papa."

Sebelum pergi, Belerick menatap Aamon sekilas yang membuat Floryn semakin penasaran.

"Lady Hoppe." panggil Aamon mengalihkan fokus sang gadis.

"Maukah kamu menemaniku berkeliling di County ini?"

Becoming Duke's Beloved WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang