CHAPTER 15

581 72 28
                                    

"Yang Mulia, saya tidak memiliki apapun yang menguntungkan bagi anda."

"Ada, kau tidak menyadari itu."

Floryn membuka matanya, ia teringat obrolan itu pada pertemuan pertamanya dengan Aamon. Dimana pria itu mengusulkan sebuah pernikahan tanpa janji-janji tak berarti.

Ia beringsut diatas ranjangnya. Mata bulatnya memandang jendela kamarnya yang kini menampilkan pemandangan salju turun dan langit gelap karena malam.

Sebenarnya ia selalu memikirkan perkataan Aamon.

Ia juga mencurigai gerak-gerik Xavier yang menyentuh tangannya seolah ingin memastikan sesuatu.

Entah apa yang mereka temukan dari dirinya.

Floryn di dalam novel terkenal memiliki tubuh yang lemah dan ringkih sehingga satu penyakit menyerang saja, pasti gadis itu akan berbaring cukup lama di atas ranjangnya.

Sedangkan dirinya yang sekarang berasal dari dunia lain menggantikan jiwa Floryn yang asli. Dia tidak bisa memercayai dirinya karena ia sadar tidak ada yang istimewa darinya.

Dia hanya manusia biasa.

Mungkin satu hal yang bisa ia percayai adalah Tuhan memberikannya kesempatan untuk hidup lagi di tubuh yang berbeda. Dengan kesempatan itu, ia tidak boleh menyia-nyiakannya kehidupannya.

Floryn tersenyum tipis karena ini malam pertamanya. Dimana seharusnya ia dan Aamon tidur bersama sebagai pengantin baru.

Namun, Tyler mengatakan kalau Aamon berada di ruang belajarnya demi membaca file yang dikirim secara urgensi dari istana. Jadi, pria itu tidak mungkin tidur bersamanya.

Floryn merenungi kehidupannya sekarang sebagai Duchess.

Bagaimana jika Aamon tahu dirinya bukanlah Floryn yang sebenarnya?

Gadis itu memegang lehernya, ia menelan ludahnya merasa takut. Membayangkan Aamon menghunus pedangnya lalu memenggal lehernya hingga terputus sangat menghantui pikirannya. Mungkin itu yang akan suaminya lakukan setelah mengetahui hal tersebut.

Apakah dia harus bersyukur karena Aamon tidak tidur bersamanya malam ini? Atau, merasa kecewa karena pria itu mengabaikannya pada malam pernikahan mereka?

Apapun jawabannya, perasaan yang sedang ia alami sekarang cukup mengganggunya. Floryn menunduk dan mengingatkan dirinya kalau pernikahan ini bertujuan demi merubah nasib masa depannya. Dia cukup berpegang teguh pada tujuan bertahan hidup sambil menghindari kematian.

Suara teriakan penuh emosi itu menggema di sebuah ruangan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara teriakan penuh emosi itu menggema di sebuah ruangan besar. Terlihat seorang wanita membanting vas bunga ke lantai hingga benda itu hancur berkeping-keping.

"Sialan! Dia mencuri apa yang sudah menjadi milikku!"

Vexana menjerit lalu mengacak-acak ruangannya hingga tak berbentuk lagi. Mengabaikan sorotan mata penuh segan oleh orang-orang yang sedang berdiri didekatnya.

Becoming Duke's Beloved WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang