-: 03 :-

194 46 3
                                    

"Anjir Yoshi gausah nakutin cok!"

Yoshi mengehela napas, bingung mau jelasin gimana.

"Serius, Dam. Gue tadi masuk ke kamar Mashi, trus gue liat ada orang berdiri di sebelah lemari," kata Yoshi. "Gue gatau itu siapa, kamar Mashi gelap dan gue cuma anter makanan sampe depan pintu, nggak masuk. Gue liat Mashi masih tidur nyenyak, sedangkan orang itu diem doang kagak ngapa-ngapain."

Seketika atmosfer dalam ruangan itu berubah mencekam. Semua saling memandang dengan ekspresi berbeda-beda. Terkecuali Jihoon, doi masih setia melamun kayak bocil yang stress semalaman karna besok mau sunat.

"Itu gue."

Laki-laki hampir setinggi pintu itu mengedarkan matanya, menatap heran semua temannya yang serempak melihat ke arahnya.

"Kenapa?" tanyanya heran.

"Lo tadi ke kamar Mashi, Jun?"

"Iya," angguk Junkyu. Laki-laki dengan bahu lebar itu berjalan santai ke bangku paling belakang, lalu mendaratkan bokongnya di kursi sebelah Haruto.

"Ngapain lo kesana?" Yoshi masih terus nanya, cuma mau memastikan kalo yang dia liat tadi bukan demit.

"Ngambil parfum. Mashi nawarin gue kemaren, oleh-oleh dari Jepang."

Sepersekian detik setelah itu helaan napas terdengar beriringan dengan teriakan kecewa dari penonton yang sudah dibuat tegang tanpa sebab oleh oknum bernama Yoshinori itu.

Semuanya lalu duduk di tempat masing-masing. Untuk chairmate, kalian bisa bayangin posisi duduk mereka di TMC.

"Junghwan kemana?" tanya Asahi yang duduk di belakang Yoshi. Sadar kalo kursi di sebelah Yoshi masih kosong.

"Ngobrol sama cewek di luar," jawab laki-laki bermarga Kanemoto itu.

Doyoung dengar. "Cewek mana?"

"Cewek disini kan cuma satu. Mana lagi kalo bukan Mbak Jen."

"Tumben?"

Yoshi bergidik. "Mungkin bahas masalah kemaren, yang Junghwan beli gorengan empat bayarnya satu."

"Oh."

Semuanya memang keliatan normal. Mereka nggak tau kalo Jihoon dari tadi diam bukan karna tanpa alasan. Sebenernya dia masih kebayang-bayang sama kejadian di kamar mandi tadi, waktu doi megang sesuatu yang berbulu, warna hitam, dan kenyal. Mengerikan.

Sungguh, Jihoon benci tikus.

-: ☠️ :-

Pulang sekolah ini rencananya anak Treasure mau jenguk Mashiho rombongan. Nggak bawa oleh-oleh, karna mereka nggak bisa keluar dari asrama. Apalagi tempat ini terpelosok, mau pesen gopud kudu lewat mana? Helikopter?

Untung aja Mashiho memaklumi.

"Obat lo yang dikasih akang Junhoe udah diminum?"

Mashiho nggak jawab pertanyaan Jeongwoo. Matanya ngelirik sinis ke pemuda Park itu, trus melengos.

Ada yang aneh sama Mashiho.

"Ini makanan dari dorm 1. Diterima ya." Yedam nyerahin rantang putih yang kemungkinan isinya ayam sama nasi yang ditaburi bawang goreng. Lauk andalan.

"Ingat! Ini buat Mashiho doang. Jeongwoo, Jihoon sama Doyoung kagak boleh minta. Ayamnya cuma sepotong btw," peringat Hyunsuk sambil memeluk rantang tersebut, kemudian diserahkan ke yang lagi sakit.

"Ayam goreng doang mah kaga ada spesialnya. Hari hari juga makanan kita cuma nasi sama ayam," ketus Jihoon.

Nggak salah sih. Waiji Darussalam punya peternakan ayam sendiri di belakang sekolah. Yang ngerawat siapa? Ya anak-anak Treasure. Toh mereka juga yang makan.

"Makanan dari kalian mana?" Doyoung ngeliat penghuni dorm 3 satu persatu.

Mukanya pada kecut semua. Soalnya tadi kena hukum Pak Seungyoon gara-gara nggak buat kerajinan tangan. Idenya Haruto sih, semalam bukannya kerja kelompok malah ngajak nobar anime pake layar tancap yang bermodalkan kerudung segiempat warna putih punya mamaknya Jaehyuk.

"Gak ada. Indomie gue udah tinggal sebungkus malah dimakan mentah sama Haruto," sungut Asahi sambil melirik tajam manusia sumpit di sebelahnya itu. "Mana itu impor dari Jepang."

"Ntar gue ganti elahh. Gue mulu yang disalahin. Memang jenceq kalian semua," kata Haruto nggak terima.

"Udah udah jangan pada ribut," lerai Hyunsuk selaku ketua kelas. "Kita kesini mau jenguk Mashi, bukan adu bacot."

"Mending kita nonton barbie. Gue nyolong flashdisk adek gue pas liburan kemaren," usul Haruto sambil nunjukin benda kecil dari kantongnya.

"Punya adek lo kan? Bukan punya bapak lo?"

"Bukan cok!"

"Ntar ketuker lagi kek waktu itu. Mau nonton Boboiboy the movie malah nonton film delapan belas coret," lanjut Jihoon.

"Gausah diingatin, anjir! Malu gue dengernya." Junghwan nutup telinganya pake tangan.

Itu adalah kenangan paling membagongkan pas kelas 11. Tapi mereka nggak sampe nonton kok. Keburu disetop sama Hyunsuk gegara babeh mau keliling dorm buat ngecek pipa-pipa di kamar mandi. Sebenarnya sih bukan karna takut ketauan, tapi karna takut babeh ikutan nonton.

"Kalian siapin dulu deh. Gue mau pipis." Hyunsuk bangkit dari tahtanya.

"Tiati, Suk. Tadi pagi gue ketemu tikus," Jihoon neriakin Hyunsuk yang udah keluar dari kamar.

Entah dengar atau nggak, tapi Hyunsuk nggak nyaut. Wujudnya pun udah nggak keliatan lagi dari pintu kamar. Hilang ditelan belokan.

"Nonton dimana?"

"Ruang tengah aja, disini sempit."

"Oke."

"NJIR!"

Baru mau pindah ke ruang tengah, semuanya langsung dibuat kaget sama pekikan Hyunsuk dari dalam kamar mandi.

Si Jihoon langsung gercep nyamperin.

"Kenapa, Suk?"

"Ini siapa yang numpahin kuah rawon di bathtub?"

***

DORM 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang