Tok tok tok...
Nggak ada jawaban.
Tok tok tok...
Masih nggak ada jawaban.
DUAKK
"ANJRIT!"
Jeongwoo terbangun dan mendapati pintu kamarnya terbuka lebar, membuat ruangan yang gelap gulita seperti hati pemiliknya itu sedikit terang karna cahaya dari luar.
Jeongwoo mengerjapkan matanya berkali-kali, masih berusaha mengumpulkan kesadaran. Dia mengedarkan pandangan, mencari sosok yang sengaja usil di jam 2 malam ini.
Tapi ternyata, tidak ada siapapun.
Pemuda Park itu turun dari ranjang tingkat yang bagian atasnya dipakai untuk tidur Pengsoo, boneka kesayangannya. Dia berjalan mendekati saklar lampu yang berada di sebelah pintu kamarnya yang terbuka tadi.
Saat hendak menekan saklar, tiba-tiba pergelangan tangan Jeongwoo dicengkeram dari luar, membuat Jeongwoo terperanjat kaget sampai jantungnya hampir merosot ke jempol kaki.
"Mashiho! Ngagetin aja lo, anjir!" umpat Jeongwoo kesal dengan suaranya yang tertahan, takut penghuni kamar lain terbangun.
Sosok bertubuh mungil dengan tampang kiyowo itu ternyata pelakunya. Ya, Takata Mashiho.
Jeongwoo menyalakan lampunya kali ini, mendapati pemuda berkulit pucat dengan piyama pink bermotif kembang dengan renda di bagian ujungnya, tengah berdiri di hadapannya.
Mashiho menatap Jeongwoo tajam sembari menggendong boneka Snoopy kesayangannya.
"Gue selalu tahajud jam 1 tadi, Ci. Telat banget lo bangunin gue jam segini," cicit Jeongwoo sambil mengusap-usap wajah bantalnya.
Mashiho mengeratkan dekapannya pada boneka Snoopy. Masih dengan tatapan tajam, dia berkata, "lo pindah dorm sekarang juga."
Jeongwoo mengernyit bingung, "hah?"
Mashiho menahan napasnya. Entah mengapa tiba-tiba muncul bau tak sedap saat Jeongwoo berkata demikian.
"Lo mau pindah sendiri atau nunggu gue tendang?"
Jeongwoo yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya jelas bingung, nggak ada hujan nggak ada badai tiba-tiba si Mashi ngusir dia. Waras, dik?
"Maksud lo apa? Kenapa tiba-tiba ngusir gue? Gue salah apa?" tanya Jeongwoo tanpa memberi kesempatan Mashiho menjawab satu persatu pertanyaannya.
"Lo pelakunya, kan?" Mashiho semakin sinis.
"Plis deh, Takata Mashiho. Jangan bertele-tele kalo ngomong. Jangan menguji kepintaran gue malem-malem begini," kata Jeongwoo mendramatisasi.
"Lo pelakunya, Park Jeongwoo. Lo!" ucap Mashiho penuh penekanan sambil menuding Jeongwoo.
Jeongwoo mengacak rambutnya frustrasi, "lo bahas apa sih? Bathtub tadi? Sorry ya, gue nggak tau apa-apa soal masalah itu. Oke? Dah, mending lo balik ke kamar lo."
Jeongwoo mendorong pelan tubuh Mashiho keluar dari kamarnya, namun Mashiho menepisnya dengan kasar. Dia masih melemparkan tatapan tajam ke Jeongwoo.
"Besok malam, kamar ini sudah harus kosong. Lo harus pindah!"
Mashiho mengeluarkan setiap kata dengan penekanan, membuat bulu kuduk Jeongwoo meremang seketika.
"Ada apa ini?" Park Jihoon dengan wajah bantalnya muncul. Tak lupa membawa guling kempes yang selalu menemani tidurnya.
Mashiho beralih menatap Jihoon yang terlihat belum sadar sepenuhnya. Tai matanya juga masih berhamburan kemana-mana.
"Gapapa, cuma mau bangunin Jeongwoo tahajud," ujar Mashiho berbohong, lalu melesat keluar dari kamar Jeongwoo yang didominasi warna coklat dan dipenuhi stiker Pengsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DORM 3
Horror"Gara2 si item pindah kesini, dorm kita jadi aneh." "Gue gatau apa-apa ya anjir!" _________ Warning ⚠️ - 13+ - Bahasa non baku - Toxic bertebaran - Typo? Mohon dikoreksi - Jangan baca ini sambil makan/minum. Nanti keselek, kami tidak tanggung jawab ...