9. Menjumpai Sahabat

2 1 0
                                    

“Dia masih hidup. Kakinya menginjak tanah, dan tanganku bisa menyentuh tubuhnya. Wajah, senyum, juga baunya persis Baek Hyun. Dan perempuan itu, Hana ... Hana juga ada di sana, di sisinya,” ujar Chanyoel berapi-api di hadapan sahabat-sahabatnya yang terlihat bingung dengan ceritanya. Bagaimana tidak. Pria jangkung itu muncul di hadapan ke enam sahabatnya dan tanpa kata-kata pengantar menyampaikan cerita yang terdengar mustahil dengan begitu gusarnya. Koper ia letakan begitu saja di lantai, sementara tas punggungnya dilempar ke dekat Sehun.
"Bagaimana mungkin? Apa kau mengambil foto bersamanya?" Tanya Kai tak percaya.
"Bagaimana mungkin aku sempat melakukan itu?! Aku bahkan sangat marah dan kecewa padanya!!"
"Apa kau tak salah mengenali mereka. Bisa saja mereka hanya orang-orang yang mirif?"
"Tidak!! Itu benar-benar Baek Hyun dan Hana."
"Kau bicara dengan mereka?" Tanya Suho.
"Tentu saja! Jika tidak, bagaimana mungkin aku bisa sekesal ini!"
"Wuah ... kau tidak berfoto bersamanya, tapi kau diam-diam merekamnya," ujar Sehun seraya menonton video Baek Hyun bersama Hana dan anak-anak Dusun itu. Entah kapan Handphone itu sudah berada di tangan Sehun.
"Kenapa kau memeriksa handphoneku tanpa izin!” Teriak Chanyoel sembari berusaha merebut handphonenya kembali. Sehun berhasil menghindarinya sementara ke enam member itu segera berkumpul untuk melihat video itu. Chanyoel tak punya daya mencegah mereka.
“Ini benar-benar dia? Baek Hyun masih hidup?” Xiumin bertanya meyakinkan dirinya.
Perasaan mereka berdebar tatkala menyaksikan video itu. Perasaan mereka jadi tak karuan antara sedih, terharu, juga rindu. Suho tak mampu menahan air matanya, demikian pula Chen, dan Sehun.
"Ada apa dengan kalian?" Chanyoel bertanya dengan hati dongkol. "Apa hanya ia yang tidak terima dengan perlakuan Baek Hyun? Bagaimana mungkin mereka terlihat begitu haru sementara dirinya begitu emosi?"
"Jadi kalian benar-benar bertemu dan bicara? Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Chen penasaran.
"Tentu saja dia baik-baik saja. Aku bahkan pingsan setelah mendapat pukulan dengan panci baja di kepalaku.”
“Dia memukulmu?” Tanya Kai terkejut.
“Bukan! Tapi Hana yang memukulku.”
Ke enam member tampak menahan tawanya.
“Apa yang lucu!!”
“Hana memukulmu? Apa dia tidak mengenalmu? Jangan-jangan ia kehilangan ingatannya lagi?!" ujar Xiumin.
"Aku berkelahi dengan Baek Hyun dan Hana tiba-tiba menyerangku dari belakang dengan panci baja itu."
"Kau berkelahi dengan Baek Hyun?" Tanya Suho terkejut. "Kenapa?!"
“DIA MENUTUPI INI SEMUA DARI KITA! Aku tidak mampu mengendalikan emosiku lagi, jadi aku langsung menyerangnya! Tunggu ... Apa hanya aku yang kesal? Tidakkah kalian kesal setelah ia berbohong tentang kematiannya?!”
"Tidakkah kau bersyukur ia masih hidup bahkan hidup dengan baik?”
"TAPI DIA MEMBUAT KITA BERADA DALAM KEHANCURAN SELAMA INI!! KITA SEDIH, SAKIT, DAN TERLUKA. KITA MERANGKAK, BANGUN,  DAN JATUH BERKALI-KALI SELAMA INI!! DAN LUKA ITU SEJUJURNYA MASIH BELUM BENAR-BENAR SEMBUH DI SINI?" teriak Chanyoel sambil memukul dadanya sendiri. Tangisnya tak mampu ia tahan lagi.
"LALU MAU BAGAIAMANA LAGI?! KAU SEMARAH INI MELIHATNYA HIDUP. APA KAU INGIN DIA BENAR-BENAR MATI! APA MAUMU SEBENARNYA!" Bentak Suho sembari berdiri menatap Chanyoel penuh emosi.
"Tolong tenangkan dirimu," Sehun menarik tangan Suho agar duduk kembali.
"Apa kau benar-benar sahabatnya?" Suho bertanya lagi seraya duduk. Pria itu juga tak mampu menahan  air matanya lagi.
Chanyoel terdiam dengan air matanya yang terus berderai. Ia berlalu dari ruangan itu meninggal rekan-rekannya yang larut dalam emosi masing-masing.
*
“Bagaimana? Apa kita mendatanginya ke sana?” Tanya D.O pada rekan-rekannya ke esokkan harinya.
"Aku rasa kita harus ke sana memastikannya," sahut Chen.
“Untuk apa kalian ke sana. Dia sudah dengan sengaja menghindari melupakan kita semua. Kenapa kalian masih ingin mendatanginya." Sahut Chanyoel seraya menikmati sarapan paginya.
“Aku merindukannya,” jawab Sehun pendek.
“Ayo kita ke sana," ujar D.O sembari menatap Suho.
Namun yang ditanya hanya diam lantaran tak menyadari pertanyaan itu ditujukan padanya. Pria itu masih saja menatap video Baek Hyun bersama Hana dan anak-anak Dusun itu.
“Langkahi dulu mayatku!!” Ancam Chanyoel gusar. Beruntung perkataan itu seperti berlalu begitu saja dari telinga Suho.
"Ada apa denganmu? Jika kau tidak suka, kau tak perlu membawa kami," sahut Chen.
"Jadi kalian ingin pergi dan meninggalkanku begitu saja. Baik! Pergilah! Tinggalkan aku sendiri!" ujar Chanyoel seraya meninggalkan sarapannya di meja. Chen hanya bisa tertunduk seraya memijit keningnya sendiri. Sementara yang lainnya hanya bisa terdiam kelu. Mereka tak habis pikir dengan sikap Chanyoel. Sebesar itukah kekecewaannya?
***
Chanyoel terbangun ...
Pria itu menggeliat untuk sekedar meregangkan otot dan tulangnya. Setelah puas pikiran pria yang masih berkabut karena kantuknya mulai terang. Ia kembali teringat dengan pertemuannya dengan Baek Hyun di Dusun itu. Pria itu kemudian meraba-raba kasurnya sendiri untuk mencari handphonenya. Ia ingin melihat video itu lagi.
Chanyoel juga merindukan Baek Hyun. Tapi kecewa masih menguasai perasaannya. Ia masih belum bisa menerima dan memaafkan sahabatnya itu.
Chanyoel beranjak dari tempat tidurnya menuju dapur untuk minum. Tak seperti biasanya ruang itu tampak sunyi. Biasanya Suho dan Xiuminlah yang bangun pagi-pagi untuk sekedar bersih-bersih. Ada D.O dan Chen yang menyiapkan sarapan, juga Sehun yang berbaring di sofa sembari mengotak-atik handphonenya. Chanyoel mencoba mengabaikan suasana itu. Perdebatan kecil kemarin masih membuatnya kesal dan kecewa. Pria itu memilih duduk di sofa dan menonton TV.

Patah Tumbuh dan Tak Mati 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang