2. Surga Kecil Di Dusun Terpencil

3 2 0
                                    

Flashback
Cahaya  matahari pagi menyadarkan Baek Hyun dari pingsannya.  Langit cerah menjadi pemandangan pertama yang dilihat Baek Hyun saat membuka matanya. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Pria itu bangun dan mendapati dirinya terbaring di atas rerumputan dengan jurang yang dalam di sekitarnya.
"Hana ..." Baek Hyun teringat kekasihnya itu. Susah payah ia bangun dan mendapati Hana terbaring tak sadarkan diri tak jauh darinya.  Baek Hyun merangkak menghampirinya.  Saat melihat kekasihnya itu terbaring layaknya orang mati, muncul ketakutan dalam dirinya.
“Hana ...” panggilnya sembari mengguncang pelan tubuh itu seraya terisak sedih. Sesaat kemudian perempuan itu tampak meringis.
“Hana ...” panggilnya lagi. Perasaan lega menyiram jiwanya yang dipenuhi ketakutan. Hana  masih bernafas dan hidup. Baek Hyun menarik tubuh itu dan merangkulnya erat. Muncul penyesalan dalam dirinya setelah memaksakan Hana melakukan kehendaknya.
*
Takdir cukup bermurah hati kali ini. Saat keduanya terlempar akibat tabrakan keras itu. Beberapa barang juga ikut terlempar ke sana termasuk tas mungil yang berisi dompet dan handphone Baek Hyun. Tempat di mana tubuh keduanya terlempar juga terdapat sebuah gua kecil yang menjadi naungan mereka sementara. Tidak ada yang tahu tempat itu karena sepertinya belum terjamah siapa pun. Di dalam gua, Hana terbaring lemah di atas tumpukan rerumputan yang Baek Hyun alasi lagi dengan jaketnya. Gadis mengalami demam ringan.
Baek Hyun menghampiri Hana sembari mengambil kompres di keningnya. Ia merabanya, lalu tersenyum lega  karena panas Hana sudah turun, di tambah lagi gadis itu sudah bisa menatapnya dengan sorot mata kesal. Baek Hyun tidak memedulikannya ia justru senang karena itu menandakan kondisi kejiwaan Hana pasca kecelakaan itu, sudah normal kembali.  Tanpa peduli Hana yang tampak ngambek Baek Hyun menegakkan tubuh Hana kemudian memberinya minum.
“Ada desa kecil di dekat sini, Aku mendapatkan beberapa buah ubi dari kebun kepunyaan warga. Aku juga memancing dan mendapatkan seekor ikan. Tadi aku merebus ubi juga membakar ikan untuk makan siang kita. Bangunlah, kau haru segera mengisi perutmu. Jika kau sudah baikkan, kita akan pergi dari sini.”
“Aku akan mengikuti ke mana pun kau pergi, asal jangan membawaku mati lagi,” pinta Hana dengan wajah merengut.
“Aku tidak akan mengulanginya lagi.”
*
“Waaaaaah ...” Hana bertepuk tangan saat melihat ikan sebesar pergelangan kaki itu terhidang di atas dedaunan.
Baek Hyun tersenyum, perempuan itu tampak sehat dan bahagia seakan lupa pada nasib mereka yang menyedihkan.
“Makanlah yang banyak. Jika kau sudah benar-benar sehat nanti, bersiaplah melakukan perjalanan jauh dengan kakimu karena aku tidak mau menggendongmu.”
“Jangan meremehkanku. Aku rasa kaulah yang akan banyak merengek nantinya.
Baek Hyun tak bisa menjawab pernyataan Hana. Memang benar dirinya terbiasa hidup nyaman. Tapi kenyataan saat ini membuatnya harus mampu menjalani kehidupan barunya. Apalagi kini  sosok di sampingnya telah sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya. Ia benar-benar akan memelihara perempuan itu seperti istrinya sendiri. Pergi ke mana pun ia pergi.  Bertanggung jawab penuh membuat mereka tetap bisa makan, menemukan tempat untuk sekedar tidur dan beristirahat di malam hari dan banyak lagi. Sekarang ia bertanya-tanya, mungkinkah Hana sanggup mengikutinya? Tapi Baek Hyun sendiri tak punya keberanian untuk menanyakannya. Ia takut pertanyaan itu justru meruntuhkan semangat yang berapi dalam diri Hana saat ini.
“Tapi ... ke mana kita akan pergi?” Hana membuyarkan pemikiran Baek Hyun.
“Aku juga tidak tahu. Yang pasti jangan sampa orang lain mengenal atau mengetahui keberadaan kita. Aku yakin orang-orang pasti menganggap kita sudah mati di dasar jurang ini. Tidak akan ada yang tahu karena dasar jurang in terkenal dalam dan setahuku belum pernah ada yang  pernah ke bawah sana. Kita ikuti saja ke mana arah jalan menuntun kita. Semakin jauh semakin baik. Sampai di mana tak ada seoarangpun yang mengenal dan mengingat tentang kita.”
“Ah... kita akan menjadi petualang sekarang, seperti pengembara.” Wajah Hana tampak berbinar-binar senang membayangkannya.
“Kenapa kau terlihat senang? Ini tak semudah yang kau bayangkan. Kita bukan gelandangan biasa yang bisa menampakkan wajah sesuka hati. Aku yakin kabar kematian kita sudah tersebar sampai ke penjuru bumi. Akan menghebohkan jika orang-orang melihat kita. Jadi kita harus berhati-hati. Jika kita sampai ketahuan, aku akan membatalkan janjiku.”
Hana yang mau memasukkan ubi ke mulutnya seketika menghentikan aksinya.
“Aku hanya bercanda...” jawab Baek Hyun lagi.
“Aku akan berusaha sebisa mungkin agar kita tidak ketahuan,” kata Hana dengan muka sedikit memelas.
“Bukan hanya kau saja, tapi aku juga.”
“Ah ...” Hana meraba-raba saku celananya.
“Waktu itu kakakku menitipkan uang ini untuk membeli beberapa kotak susu. Aku tak sengaja menyelipkannya di saku celanaku karena terburu-buru menemui polisi yang ternyata pria brengsek itu.”
“Jangan mengingatnya lagi,” ujar Baek Hyun sembari mengambil uang itu dari Hana dan menaruhnya di dompetnya. Lantas menyerahkan dompet itu pada Hana kembali.
“Mulai sekarang, kau lah yang menyimpan uang kita.”
“Bukankah kau yang bekerja? Kenapa aku yang menyimpannya? Bagaimana kalau kau perlu sesuatu?”
“Aku akan memintanya padamu jika aku memerlukannya,” ujarnya seraya mengambil tangan hana dan meletakkan dompet itu di telapak tangannya.
“Aku membeli beberapa keperluan darurat kita di desa tadi. Kau juga harus mengganti pakaianmu. Maaf, aku membeli seadanya dan murah. Kita juga harus berhemat.”
“Terima kasih," ucap Hana sembari tersenyum tulus.
“Di mana kau memancing ikannya?”
“Di dekat sini ada sungai. Kau ingin memancing ikan juga?”
“Tidak, aku ingin mandi dan mencuci pakaian. Di mana kau meletakan pakaian kotormu, biar kucucikan juga.”
“Aku sudah mencucinya.”
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Patah Tumbuh dan Tak Mati 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang