11. Kesempatan

4 1 0
                                    

Ketika Suho, Lay dan Chen bercengkerama bersama anak-anak dusun di tengah sungai itu, D.O, Kai, Baek Hyun dan Chanyoel sibuk mempersiapkan makan siang mereka. Ya ... ke 9 orang bersama anak-anak dusun akan makan siang bersama di atas hamparan batu di tengah sungai seperti yang biasa Baek Hyun lakukan bersama Hana. Di sisi lain tampak Sehun yang hanya duduk santai sembari menikmati suasana sungai yang tidak pernah ia dapatkan di kota. Pria itu benar-benar tidak menyiakan suasana langka yang ia dapatkan.


Meski terlihat biasa saja bagi yang lain, Chanyoel yang sebenarnya masih merasa tak nyaman dengan Baek Hyun mencoba mendekati Baek Hyun senatural mungkin. Pada dasarnya Chanyoel merasa sahabat-sahabatnya itu terus memperhatikan sikapnya pada Baek Hyun yang mulai melunak. Nyatanya, hanya Suho yang menyadari akan hal itu. Dari kejauhan Suho hanya tersenyum melihat Chanyoel yang mulai mendekati Baek Hyun dan duduk di sisinya. Pria itu mulai mengalah pada sisi dirinya yang sebenarnya sangat ingin menjalani persahabatan seperti dulu lagi.


Pandangan Chanyoel kini tertuju pada panci baja yang D.O letakkan di atas tungku yang di susun dari bebatuan sungai. Spontan pria itu meraba kepalanya. Kejadian waktu itu terbayang kembali. Panci baja itu cukup besar juga tebal. Pantas saja kepalanya terasa mau pecah ketika dihantam menggunakan panci itu. Dirinya sampai tak sadarkan diri. Tengkorak kepalanya juga pasti retak saat itu. Tapi nyatanya, ketika ia sadar, ia baik-baik saja. Bahkan kepalanya tak terasa sakit sama sekali. Seingatnya, kepalanya hanya diolesi ramuan dalam botol itu. Ia jadi menyesal tidak mengambil obat itu dari Hana. Tapi mungkinkah Baek Hyun masih menyimpannya?


"Ramuan obat waktu itu, apakah kalian masih menyimpannya?" Tanya Chanyoel tiba-tiba.


"Eum ..." Baek Hyun mengangguk. "Kenapa? Kau ingin membawanya pulang?" Tebak Baek Hyun.


Chanyoel jadi salah tingkah. Baek Hyun tahu jalan pikirannya


"Ah ... iya. Aku tidak akan pernah mendapatkan yang seperti itu di kota."


"Obat apa?" Tanya D.O seraya menuangkan air ke panci tadi.


"Obat herbal untuk luka luar," jawab Baek Hyun.


"Oh, aku dengar Hana memukul Chanyoel menggunakan panci baja. Aku penasaran bentuknya."


"Yaaaais!! Kenapa kau mengungkit hal itu lagi?!" Chanyoel geram dengan pertanyaan D.O.


"Kau menggunakannya sekarang." jawab Baek Hyun seraya tersenyum.


D.O mengalihkan Pandangannnya ke panci yang dipegangnya. Matanya melebar melihat panci yang ia gunakan. Ya ... panci baja itu memang besar dan tebal. Seharusnya Chanyoel tidak baik-baik saja jika memang benar dipukul menggunakan panci itu.


"Karena itulah dia menanyakan obat itu." Ujar Baek Hyun menjawab katakjuban yang tergambar jelas dari raut wajah D.O.


D.O hanya mengangguk-angguk sementara Chanyoel hanya bisa menyabarkan diri dengan tingkah D.O.


"Aku tidak melihat Hana sejak kemarin. Apa mungkin kehadiran kami membuatnya tak nyaman?" Tanya Sehun dari kejauhan.


"Sebenarnya ... Hana merasa tak nyaman karena dia menjadi satu-satunya perempuan di sini," jawab Lay sok mengerti.


"Bukannya biasanya perempuan itu senang dan merasa istimewa jika dikelilingi laki-laki?" ujar Sehun lagi seraya memainkan air dengan kakinya.


"Aku rasa dia hanya ingin memberi kesempatan sebebasnya kepada Baek Hyun untuk berkumpul bersama kita. Aku melihatnya begitu bahagia saat membiarkan Baek Hyun bersama kita kemarin. Bukankah begitu?" Tanya Kai pada Baek Hyun.


"Iya ... Hana bahagia dengan kehadiran kalian di sini."


"Apa kau juga bahagia?" Selidik Kai.

Patah Tumbuh dan Tak Mati 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang