2

197 24 6
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

📒 Menurut robin sosok rian itu

Aku membaca buku dengan tenang tak lama pintu kamarku terbuka kulihat ada rian yang hanya memakai celana pendek berwarna hitam.

"Ada apa dek?" Tanyaku.

"Aku mau mandi bersama neechan." Ucap Rian.

"Tidak bisa." Ucapku.

"Kenapa sejak kita berusia dua belas tahun neechan tidak mau mandi bersamaku sih?" Tanya Rian.

"Kita sudah dewasa adek itu hal yang tidak pantas." Ucapku.

"Tapi aku mau mandi bersama neechan." Ucap Rian.

"Aku mandikan mau?" Tanyaku.

"Mau!" Pekik Rian senang.

"Tapi jangan lepaskan celana pendekmu ya." Ucapku.

"Baiklah!" Pekik Rian.

Aku menaruh buku yang kubaca di meja belajarku lalu mengikuti langkah kaki rian menuju ke kamar mandi.

Di kamar mandi aku mengisi air hangat dengan rian yang sudah duduk di bathtub kamar mandi.

"Neechan mau bebek mainan!" Pekik Rian.

"Sebentar." Ucapku.

"Nih bebek mainannya." Ucapku.

"Ayo mandi!" Pekik Rian.

Rian duduk dengan tenang lalu aku mulai membasahi tubuh rian begitu saja yang tenang bermain bebek mainan.

Aku melihat tubuh rian yang ada sedikit luka di punggungnya pasti ini akibat sesuatu yang tidak kuketahui sama sekali.

"Dek punggungmu kenapa?" Tanyaku.

"Waktu aku pergi ke jakarta bersama paman jaguar itu touchan tiba-tiba muncul di depanku dan aku disekap lalu dipukulin begitu saja." Ucap Rian.

"Kenapa tidak bilang ke kaachan?" Tanyaku.

"Aku tidak mau membuat kaachan khawatir kan aku diusir dari rumah karena sudah merokok dan minum alkohol." Ucap Rian.

"Tidak melakukan dua hal itu lagi?" Tanyaku.

"Tidak mau kalau sekarang tapi kadang-kadang aku merokok sih kalau stress begitu." Ucap Rian.

"Kenapa adek tidak menghubungi neechan?" Tanyaku.

"Nomor neechan kan hilang karena aku kecopetan di surabaya jadi aku tidak curhat ke neechan." Ucap Rian.

"Baiklah aku mengerti." Ucapku.

"Tutup matamu aku akan membasuhnya." Ucapku.

Rian menutup matanya dan aku mengguyurkan air ke kepala rian yang sudah kuberi sampo tadi.

"Tunggu sebentar aku akan mengambilkan handuk untukmu dulu." Ucapku.

"Iya neechan." Ucap Rian.

Aku keluar kamar mandi untuk mengambil handuk untuk rian namun saat kembali ke kamar mandi keberadaan rian tidak ada sama sekali pasti sudah kembali ke kamarnya.

Aku mengetuk kamar rian dan saat rian membuka pintu kamarnya sudah rapih dengan pakaian casual membuat aku tersenyum.

"Neechan jalan-jalan yuk!" Ajak Rian.

"Kemana?" Tanyaku.

"Ada deh aku yang traktir!" Pekik Rian.

"Baiklah sebentar aku bersiap-siap dulu." Ucapku.

Aku mengganti baju dengan cepat lalu memoleskan sedikit wajahku dengan bedak dan lipstik tipis.

"Neechan sudah belum!" Pekik Rian.

"Iya." Ucapku.

Aku mengambil tas selempangku lalu keluar kamarku dan melihat rian malah cemberut kepadaku.

"Lama." Keluh Rian.

"Hehehe maaf ya maklum seorang gadis." Ucapku.

Aku dan rian pergi dari rumah sementara ibuku olivia masih kerja karena masih harus mengurus pekerjaannya di laboratorium.

Rian memegang tangan kananku dan kami berdua pergi dengan berjalan kaki entah kemana aku hanya ikut saja.

Rian hanya berwajah datar saja saat banyak pria yang melihat kearahku dan tiba-tiba rian berhenti begitu saja.

"Kenapa dek?" Tanyaku.

Rian berjongkok di depanku lalu melirik kearahku dan aku langsung naik ke punggung rian.

"Neechan sudah putus dengan om-om itu belum?" Tanya Rian.

"Yang mana?" Bingungku.

Aku rasa belum pernah berpacaran dengan seseorang yang lebih tua dariku.

"Itu lho pria yang memakai topi polkadot dan mengaku pacar neechan waktu itu." Ucap Rian.

"Itu law kau ini kebiasaan selalu saja seenaknya." Ucapku.

"Bodoh amat aku tidak peduli." Ucap Rian tidak peduli.

"Aku sudah putus dengan law beberapa hari yang lalu." Ucapku.

"Bagus dong aku malas dengannya." Ucap Rian.

Rian membawaku ke toko boneka membuat aku heran akan hal tersebut dan saat ada pria yang mendekati rian mendorongnya begitu saja.

"Jangan dekati kakakku." Ucap Rian datar.

Pria tersebut kesal akan ulah rian jadi dia pergi begitu saja dari toko boneka dan saat aku melihat sekeliling ada yang menepuk kepalaku.

"Neechan mau boneka tidak aku traktir deh." Ucap Rian.

"Memang punya uang?" Tanyaku.

"Punya dong!" Pekik Rian.

Aku melihat-lihat boneka sementara rian berada di belakangku mengawasi sekitarnya bahkan menatap datar para pria yang memperhatikan aku.

"Wajah kalian mau aku hancurkan hah!" Kesal Rian.

"Kau kenapa marah sih aku hanya melihat gadis di depanku saja!"

"Matamu seperti seorang penjahat kelamin sialan!" Kesal Rian.

"Apa kau bilang?!"

Rian mendekat orang tersebut dan menarik kerah bajunya lalu aku menahan tangan rian yang akan memukul wajah pria tersebut.

"Sudahlah rian turunkan dia." Ucapku.

"Ck!" Kesal Rian.

Pria tersebut langsung pergi begitu saja dan aku selesai memilih boneka di kasir rian mengeluarkan uangnya untuk membayar.

"Kita ke taman hiburan yuk neechan!" Ajak Rian.

"Boleh saja." Ucapku.

Rian merangkul pundakku dan menatap galak setiap pria yang menatapku membuat aku terkekeh geli.

Seharian penuh rian mengajakku ke berbagai tempat menyenangkan dan yah sikap melindungi rian untukku membuat aku tersenyum.

📒 Sangat baik dan random

Nr Twins

~ 03 Oktober 2022 ~

Aku tidak bisa update sesuai jadwal yang tertera karena saat ini benar-benar lagi pusing sama dunia nyata

✔️ Nico Robin Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang