Cookies

2.1K 211 26
                                    

Tolong klik bintang dulu sebelum membaca.

Sudah?

Terima kasih 🧡

🍰

Luna mengulurkan sebuah paper bag yang sejak tadi ia bawa, tapi Zea bahkan tak menyadarinya karena tadi fokusnya teralihkan secara penuh pada adegan dua tangan yang saling menggenggam.

Zea enggan menerimanya, membiarkan tangan Luna masih terulur. Di ruangan dengan pendingin udara, sofa, serta televisi yang menancap di dinding ini, mereka hanya berdua. Yosha langsung meninggalkan kamar setelah membantu Zea kembali ke ranjang. Sementara Ezra menunggu di luar kamar.

"Sudah sejak kapan?" Zea terduduk di atas bed.

Luna menarik kembali tangannya. Dia lagi-lagi menggigit bibir, menyelipkan rambut ke balik telinga, dan menunduk.

"Tiga bulan, Kak."

"Jadi sejak Kakak masih belum putus sama dia, ya?" Zea menarik napas panjang, menenangkan diri sejenak. Segala kepingan ingatan beberapa bulan terakhir kembali menyesaki pikirannya, saling bersinggungan membentuk sebuah cerita utuh.

"Kak, pacarmu gemes banget, sih. Ajak ke rumah, dong."

Basa-basi Luna hari itu, kalau ditilik dari pengakuan keduanya, sebenarnya saat itu mereka sudah saling kenal.

"Kak Ezra parah, baik banget sih, Kak. Beruntung banget sih lo? Mau dong punya kakak ipar kayak dia."

Bahkan mungkin saat itu keduanya sudah dekat ....

"Pacar gue masih kayak bocah banget. Cape asli lama-lama."

Barangkali juga ketika itu mereka sudah main hati.

"Gue jalan dulu ya, Kak. Mau nonton."

Hari itu Zea ingat Luna tampil begitu total. Ia berangkat dengan dress berlengan panjang dengan tinggi di atas lutut, hingga paha putihnya separuh terlihat. Mengenakan tas selempang dan sepatu Adidas warna putih. Zea ingat karena sempat menegur penampilan Luna.

Dan di hari yang sama, Ezra membatalkan janji untuk menemaninya belanja ke toko bahan-bahan kue.

Shit! Perih. Zea menekan dadanya dengan telapak tangan.

Juga celetukan Ezra soal Luna.

"Luna lucu ya orangnya?"

Zea kira, itu hanya pujian dari seorang kakak yang bahagia baru bertemu adik pacarnya.

Dan hari ketika Zea berbelanja baju di salah satu store.

"Adikmu nggak dibeliin sekalian, Ze? Cocok nih dress yang ini buat postur kayak Luna."

Salah satu yang membekas di ingatan Zea, ketika Ezra dengan Zea tengah makan di restoran barbekyu di sebuah mall. Zea pikir suatu kebetulan bisa bertemu Luna dan pacarnya, Brian, hingga mereka memutuskan makan bersama, bergabung dalam satu meja. Ezra bahkan membayarkan pesanan Luna dan Brian.

(Bukan) Anak Kesayangan PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang