Setiap kali ke mal, Yosha sering mendapati seorang gadis berseragam SMA menggandeng om-om seumuran papanya. Dan, sungguh, terkadang tebakannya keliru. Ia kira pria dewasa tersebut tengah jalan dengan putrinya, tapi dugaan itu dipatahkan saat sang gadis belia memanggil, "Om," pada pria-nya.
Jadi, ketika pertama kali mendapati Hakim Wijaya berjalan berdua dengan Sisi. Terlebih papanya mengenakan topi dan masker, Yosha tidak bisa berpikir jauh. Lagi pula, lebih masuk akal baginya jika gadis itu merupakan selingkuhan papanya, ketimbang anak dari Hakim Wijaya yang keberadaannya tak pernah diungkapkan.
Yosha masih sering diam-diam mengikuti papanya. Suatu kali, tampak Hakim Wijaya menjemput Sisi di apartemen. Mereka lalu nonton film bersama di teater. Film usai, keduanya menuju sebuah restoran di dalam mal. Rupanya, istri keduanya sudah menunggu di sana, tersenyum cerah menyambut putrinya dan Hakim Wijaya.
Setiap kali menyaksikan kehangatan itu, Yosha merasa sedang terbunuh. Semakin sering menyaksikannya, semakin sering ia mati.
Hingga suatu hari, papanya mulai rajin mendatangi rumah sakit. Lelaki itu, istri keduanya, dan Sisi. Awalnya, mereka ke rumah sakit swasta tempat Zea dirawat. Hingga lama-kelamaan, mereka rajin menyambangi rumah sakit khusus kanker.
Tidak mudah mencari tahu tentang siapa yang sakit. Yosha memantau kondisi ayahnya melalui sang mama, Diana bilang kalau sang ayah mulai terlalu banyak diam. Ia hampir tidak pernah marah-marah.
"Papamu sempat minta maaf sama Mama, Yosh," lanjut Diana. "Ia juga khawatir sama kamu."
Spontan, Yosha menelan ludah mendengarnya. Tercekat.
Ya, tidak ada yang tampak bahagia sejak itu. Papanya murung, istri keduanya berwajah sayu, dengan sepasang mata sembap, Sisi pun demikian. Bahkan di media sosial, mama tiri Yosha itu menghapus seluruh foto-foto kebahagiannya.
Perempuan itu mengganti bajunya dengan gamis-gamis lebar. Mengubah postingannya dengan hadis-hadis atau kutipan ayat-ayat Al-Qur'an. Lalu, suatu hari, ia pun menceritakan satu kisah di akun Instagramnya, tentang Sisi-nya, putri semata wayangnya, yang terkena leukemia.
Yosha merekam suaranya dalam sebuah voice note, ia kirim ke nomornya sendiri.
Hai, Niana. Brown Sugar melapor. Di sini, ada yang terkena kanker. Dia anak kesayangan Papa.
***
"Akhirnya lo kangen gue juga, ya?"
Zea tersentak mendengar suara itu. Ia baru menutup pintu berat tersebut dengan susah payah. Baru saja Zea memeriksa apakah Yosha ada di atap gedung untuk merokok, namun hanya desau angin malam yang ia temui.
Alangkah mengejutkan ketika dilihatnya Yosha justru duduk di tangga yang menuju rooftop. Seketika mata Zea berbinar senang. Rasanya seperti akhirnya ia menemukan kembali sahabatnya yang hilang.
"Hampir setiap hari gue ke sini," aku Yosha.
"Minggu lalu aku juga ke sini."
"Oh, mungkin pas lo nyampe atas, gue udah turun. Atau pas lo di kafetaria, gue udah di sini. Nggak ada yang tahu."
Yosha lalu terkekeh. Ia mengajak Zea turun sembari mengobrol singkat, saling bertanya kabar. Zea, tentu saja, semakin sehat dan penuh cerita setelah menjadi asisten koki. Sementara Yosha mengaku dirinya sedang demam.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Anak Kesayangan Papa
Romanzi rosa / ChickLit"Kita nggak usah menikah aja, ya?" "Tapi kenapa, Kak?" "Karena ... aku sayang sama orang lain." Zea tidak tahu, bahwa Ezra dan Luna diam-diam pacaran dan berencana akan menikah. Iya. Luna, adik kandung Zea. Luna, anak kesayangannya Papa. * Ini adala...