Krim Kocok

2.2K 174 10
                                    

Tolong tekan bintang dulu sebelum baca 💛

Sudah?

Siap baca?

Yuk, mulai.

🍰

"Kenapa? Kok senyum?" Yosha bertanya.

Zea melipir, melewati Yosha lantas berdiri di depan gadis penjaga kasir. Dia menyebutkan pesanan kopi untuk dirinya dan Yosha, lantas membayar semuanya.

"Kamu nggak akan tersinggung kalau aku bayarin kali ini?"

Yosha mengernyitkan dahi. "Lain kali gantian gue yang traktir lo, ya," kata Yosha sembari setengah menggerutu.

Lelaki itu mengekori Zea seolah dia anak TK yang takut ditinggal sang ibu. Mereka memilih duduk berhadapan di sebelah jendela.

"Padahal gue yang udah janji sama lo."

"Janji apa?"

"Traktir lo beli boba, sama ngajak sunmori."

Zea mengingat-ingat, rasa-rasanya Yosha tidak pernah menjanjikan hal semacam itu.

"Sunmori ke mana?" Jujur saja, Zea belum pernah punya agenda sunday-morning-riding. Bahkan meski ia bersama Ezra. Lelaki itu tipe orang yang lebih suka bersantai di pagi hari pada akhir pekan setelah sibuk lima hari bekerja.

"Ke mana aja. Sampai pinggiran Jakarta juga boleh. Dulu, gue janji ke lo mau ngajak sunmori naik vespa tua. Sekarang, vespa-nya udah nggak punya."

Zea cuma mengangguk paham. Ia lalu bertanya, "Terus habis ini rencananya, Yosh mau tinggal di mana?"

"Nggak tau. Mungkin numpang di tempat om gue, yang punya motor."

Kopi pesanan mereka datang. Kopi hitam dalam cangkir putih dihidangkan di hadapan Yosha, dengan sebungkus gula kristal. Sementara Zea memesan hot caramel machiatto.

"Terus, kamu punya utang apa lagi?"

Yosha mulai membuka bungkus roti dan melahapnya. Dahinya mengernyit mengingat-ingat momen ketika ia berbicara dengan Zea hari itu, saat sang gadis masih terlelap dalam tidur panjangnya.

"Ada satu lagi, sih. Tapi, lo tampak masih baik-baik aja, enggak amnesia, enggak lupa bahasa, enggak agak-agak bodoh juga."

Jadi pasti masih banyak pria yang mau nikah sama lo.

Yosha melengkapi kalimatnya di dalam hati.

"Lagian lo sekarang udah pakai hijab."

"Kenapa memangnya?"

"Itu bikin gue merasa ada gap terlalu besar di antara kita."

Yosha berkata jujur. Ia membuka bungkus gula dan menuangnya ke dalam larutan kopi hitam yang menguarkan aroma yang membuai.

"Oh, ini ... kamu pasti tahu alasan aku pakai penutup kepala setelah kecelakaan itu."

(Bukan) Anak Kesayangan PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang