Brown Sugar (2)

2.3K 175 15
                                    

Hubungan dengan orang tua, selalu bisa diperbaiki.

Itu yang Zea tanamkan baik-baik di dalam hatinya. Jujur perasaannya aneh, karena terlalu biasa diabaikan kemudian tiba-tiba saja mendapat curahan perhatian dari papa dan mamanya.

Meski masih lumayan canggung, tetapi Zea tetap tak memungkiri, bibirnya terus tersenyum dan hatinya menghangat.

Tiga hari berlalu sejak ia pindah ke sebuah kamar VVIP. Karena bosan, ia meminta mamanya untuk mengantar Zea berkeliling. Dia dibawa turun dengan kursi roda, menyusuri selasar panjang, hendak ke taman rumah sakit.

"Ma, aku kangen pegang terigu dan gula-gulaan."

"Apa itu gula-gulaan? Gula mainan?"

Suara yang begitu asing itu menarik kepala Zea untuk bergegas menoleh. Bukan gamis mamanya yang tampak, melainkan celana jeans hitam dengan kaus yang juga berwarna hitam. Dan kemeja yang melapisi kaus itu, tanpa dikancingkan.

Zea mendongak, ditatapnya seorang pria yang tengah menunduk ke arahnya. Dua tangan pria itu berada di dorongan kursi.

"Hai?" Lelaki itu melambaikan tangan. "Kenapa?"

"Kamu siapa?"

"Apa? Lo nggak ingat siapa gue?" Pemuda itu lantas memutar kursi roda dan menyejajarkan tubuh dengan Zea. Kini mereka berhadapan. Zea berkedip panik.

"Suster!" teriak lelaki itu dengan ekspresi takut. Seorang perawat muda seumuran mereka berlari mendekat.

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?"

"Istri saya amnesia."

"Istri?" Zea semakin bingung.

"Lihat, dia nggak ngenalin saya. Dia habis kecelakaan."

"Masnya dari ruang apa? Saya panggilkan dokter ya, Mas?" Sang perawat turut panik tapi mencoba profesional.

"Saya nggak amnesia," tutur Zea, tapi dia mulai ragu dengan ingatannya sendiri. "Saya nggak punya--"

"Sus! Dia nggak ngakuin saya sebagai suami. Dia pasti amnesia. Tolong kepalanya dioperasi lagi."

"Hei!" teriak Zea ngeri.

Perawat itu mendapat kode-kode yang akhirnya berhasil ia pahami. Dia lalu pamit undur diri, ingin melanjutkan pekerjaan.

"Aku sama sekali nggak amnesia," Zea mencoba menjelaskan.

"Lalu kenapa lo nggak ingat gue?"

"Karena memang aku nggak kenal kamu!" Zea menghela napas. "Di mana mamaku?"

"Lagi mau sholat Dhuha."

"Terus kenapa aku bisa sama kamu?"

"Karena lo terlalu banyak melamun," terangnya. "Kenapa memangnya? Wajar dong kalo mamamu ngasih anaknya ke suaminya."

"Nggak, nggak, nggak, ini pasti nggak bener." Zea meracau lirih. Dia menolak menatap lelaki di hadapannya, terlampau panik.

"Lo tahu film The Vow?"

(Bukan) Anak Kesayangan PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang