2. Garis Takdir mempertemukan

120K 13.4K 1.1K
                                    

Jangan lupa komen, dan vote ya!


Sejak 20 menit yang lalu, Rahsya berdiam diri di dalam mobil. Menatap rumah minimalis milik keluarga Hawa, pemuda itu menantikan detik-detik dimana istrinya keluar rumah untuk pergi mengaji. Sesekali Rahsya melirik arloji hitamnya.

Tiada henti ia mengucapkan kata istighfar, saat jantungnya mulai berdebar tak karuan.

"HAWA GAK MAU NGAJI WLEE!" Teriakan begitu memekikkan telinga, membuat perhatian Rahsya teralih.

Seorang gadis berdiri di luar gerbang, dengan pakaian serba pendek. Buru-buru Rahsya menutup matanya, tak henti-hentinya ia mengucapkan istighfar.

"Astagfirullah, Gus maaf saya tidak sengaja menatap aurat istri Anda." Pak Ashar merasa bersalah.

Rahsya hanya berkata."Tidak apa-apa, sebaiknya Pak Ashar pergi ke masjid terlebih dahulu." Sekitar 15 menit lagi, Adzan magrib akan dikumandangkan.

"Siap Gus, saya permisi ya. Assalamualaikum, ini kunci mobilnya saya tidak cabut."

Setelah kepergian Pak Ashar, Rahsya kembali menatap ke arah Hawa yang sedang di kejar oleh Aliza. Sifat kekanakan istrinya ternyata belum juga berubah.

Hawa menjerit kesakitan, tak kala Aliza berhasil menjewer telinga kirinya. "Masuk, mandi terus mengaji!" Semarah apapun Aliza, bagi Hawa itu tidak terlihat menakutkan sama sekali.

"Ikan hiu makan tomat, gak mau ah mending pergi main sama si Amat." Amat adalah tetangganya, sekaligus teman semasa TK Hawa. Dia agak sedikit belok, rambutnya juga panjang seperti perempuan.

"Hawa, berhenti main sama cowok. Bunda udah bilang berapa kali sih?!"

"Bun, Hawa nurut kok. Lagian, si Amat kalo liat p*ntat Hawa yang seksi aduhai ini mana tergoda. Orang dia banci dua rebuan." Bisikan itu membuat Aliza semakin frustasi.

"Astagfirullah, kamu gak boleh gitu. Ayo masuk!" Aliza berusaha menyeret lengan Hawa, namun gadis itu mengeluarkan kekuatan supernya. Jadilah adegan tarik-menarik, kedua Ibu dan anak itu sama-sama tidak mau mengalah.

Rahsya terkekeh geli, ia menopang dagu dengan kedua tangannya. "Wahai istriku, kamu begitu lucu." Gumamnya dengan suara terlampau pelan.

"Bunda ada kecoa!" Hawa berteriak histeris saat dua kecoa terbang bersarang di Surai pendeknya. Gadis itu berjingkrak-jingkrak tidak jelas.

"Bunda ada kecoa, Bunda ambilin dong kecoa nya. Huaaa Bunda!" Terdengar suara gelak tawa menggelegar, Aliza bukannya menolong malah menertawakan.

"Makanya jangan nakal!" Omelan itu membuat Hawa semakin berteriak.

"Hawa janji gaakan jailin Ustadz yang ngajar lagi kalau Bunda ambilin kecoa ini!" Teriak Hawa tanpa sadar.

Aliza menghentikan tawanya. Wanita itu tersenyum penuh arti. "Janji hutang loh, kamu gak boleh ingkar ya?"

"Iya cepet dong, BUNDA KECOANYA EEK!" Hawa semakin berteriak, ia merasakan sesuatu membasahi rambutnya.

Garis Takdir Untuk Hawa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang