7. Salah tingkah

100K 13.7K 1.1K
                                    

"Mas Hanan, apakah tidak apa-apa jika Hawa di titipkan di pesantren selama satu bulan?"

Aliza terlihat gelisah, belum ada satu hari saja ia merasa rindu dengan Hawa. Kyai Husein tidak pernah keberatan jika Hawa akan tinggal di pesantren, keluarga Gus Rahsya menerima kehadiran Hawa dengan begitu baik.

Hanan menghela nafas gusar. "Kesehatan mental Hawa semakin menurun, Aliza. Di saat dia gelisah atau sedih, rambutnya selalu menjadi sasaran. Jika terus di biarkan, itu akan menjadi kebiasaan yang buruk untuk putri kita." tutur Hanan.

Semenjak Rahsya pergi berkuliah di Arab. Sesungguhnya Hanan ingin memasukan Hawa ke dalam pesantren, namun pria itu masih agak ragu. Mereka tidak bisa mempercayai siapapun, selain Rahsya dan juga keluarganya.

"Kita telah gagal Mas." Lirih Aliza.

"Semua gara-gara saya Aliza." Sesal Hanan.

Flashback on.

"Assalamualaikum Pak Hanan, kami dari pihak sekolah sudah merasa lelah dengan tingkah laku Hawa. Rambut anak bapak semakin hari semakin berwarna saja, apalagi bajunya yang selalu ketat."

"Waalaikumsallam, mohon maaf Bu. Saya akan segera kesana untuk menangani putri saya."

Hari itu, Hanan marah besar. Setiap Minggu selalu saja ada laporan dari guru BK, entah itu tentang nilai Hawa yang semakin menurun, atau bahkan tentang penampilan Hawa yang selalu melanggar aturan sekolah.

Singkat cerita, setelah berbincang dengan guru BK. Hanan keluar dengan tatapan marah.

"Hawa, pulang lah!" Teriak Hanan begitu nyaring.

Hawa hanya menunduk, gadis itu selalu saja pasrah jika Hanan sudah marah. Dengan kasar, Hanan menarik pergelangan tangan Hawa. Kejadian itu di saksikan oleh seluruh siswa-siswi SMA Kaswaga.

"Sudah Ayah katakan, berhijab Hawa!" Setelah sampai rumah, gadis itu tiba-tiba saja di bentak.

"Ayah, Hawa gak mau. Hawa belum siap, kenapa sih orang-orang selalu benci dengan rambut Hawa? Padahal rambut Hawa gak di pernah di cat."

Semua guru menganggap rambut Hawa di warnai, karena selain warna rambut gadis itu mencolok. Kecantikan Hawa juga begitu terpancar, semua lelaki pasti menyukai kecantikan Hawa. Namun, tidak ada satupun yang mau berteman dengannya.

Sejak kelas 10 SMA, Hanan begitu menjaga ketat pergaulannya. Pulang sekolah benar-benar tidak boleh main, pola makan di atur, bahkan Hawa tidak mempunyai seorang teman hanya karena Hanan-Aliza yang begitu over protective. Setiap ada pekerjaan kelompok, Hawa selalu sendirian.

"Jangan ngeles terus! Mulai hari ini Ayah tidak mau melihat rambut ini lagi!" Hanan mengambil gunting dari dapur.

"Ayah mau ngapain?!" Hawa berteriak ketakutan saat Hanan mulai memotong Surai panjangnya.

"Rambut ini pembawa sial Hawa! Apa susahnya berhijab hah?! Ayah cape, rambut kamu ini menyebabkan masalah tanpa henti!"

Hari itu, Hanan tidak sengaja berkata kasar kepada Hawa karena emosi sedang menguasainya. Hawa terisak menangis, padahal yang terjadi tidak seperti ini.

Gadis itu mengalami bullying karena kecantikannya, orang yang iri kepada Hawa memanfaatkan sifat posesif Hanan-Aliza dengan cara keji. Air bekas pel selalu membasahi Hawa, namun gadis itu tidak pernah mengadu.

Garis Takdir Untuk Hawa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang