Kyai Husein, mengadakan acara penyambutan khusus untuk Rahsya. Seharusnya acara ini di adakan saat Rahsya pertama kali pulang dari Arab, karena pulang terlalu larut acara penyambutan itu di batalkan begitu saja.
Pada awalnya Kyai Husein marah, para santriwan-santriwati sudah menunggu kehadiran Rahsya. Namun, ketika mengetahui alasan mengapa Rahsya pulang larut malam Kyai Husein tidak jadi merasa marah ataupun kecewa.
"Sebentar lagi, besan kita sampai." Ujar Kyai Husein kepada Rahsya.
Hari ini, Aliza-Hanan akan berkunjung. Kedatangan pasturi itu begitu di nantikan oleh Nyai Hanum dan Kyai Husein. Sedangkan Rahsya, sangat berharap Hawa juga akan ikut datang.
"Nak, Hawa mu belum pernah menginjakan kakinya ke dalam pesantren ini. Kelak, kamu lah yang akan membawanya untuk tinggal bersama kami di sini." Nyai Hanum menyentuh punggung Rahsya, pemuda itu malah asik melamun.
"Dia begitu manis Umma." Ujar Rahsya tanpa sadar.
Nyari Hanum nampak heran. "Memangnya kalian sudah pernah bertemu?"
"Tentu sayangku, anakmu sangat licik. Dia menemui menantu kita tanpa memberi tahu, terlebih lagi sekarang anakmu menjadi guru mengaji istrinya." Penjelasan dari Kyai Husein membuat Nyai Hanum terkekeh ringan.
"Manis sekali putra kita ini sayang." Pujian itu membuat Rahsya tersenyum.
"Umma sama Abah tidak mau menambah anak? Saya lihat-lihat semakin tua malah semakin manis."
Kyai Husein menggandeng lengan Nyai Hanum. "Tidak, ini adalah waktu yang pas untuk menghabiskan masa tua bersama." Jawaban dari Kyai Husein.
Membuat para santriwan-santriwati menahan jeritannya. Sungguh perkataan Kyai Husein membuat para perempuan merasa baper, namun Nyai Hanum berusaha menyembunyikannya.
"Mainkan shalawatnya, mobil besanku sudah datang." Bisik Kyai Husein kepada utusannya.
Shalawat mulai terdengar, dengan alat-alat yang saling bersahutan satu sama lain. Hingga menciptakan suara-suara yang begitu indah di dengar, semua Santriwan-santriwati sangat antusias menyambut tamu khusus yang di undang oleh Kyai Husein.
Mobil Honda Jazz berwana merah sedikit kecoklatan memasuki lapangan pesantren dengan perlahan-lahan. Hanan-Aliza tersenyum, padahal sudah kesekian kalinya mereka pergi kemari. Namun, Kyai Husein selalu memperlakukan kedua pasutri itu dengan sangat baik.
Semua orang terdiam, ketika seorang gadis turun dari pintu belakang. Gadis itu mengenakan rok putih di padukan dengan kemeja oversize berwarna moca. Seluruh keluarga Kyai Husein begitu terpana saat melihat kecantikan Hawa, putri kandung dari Hanan-Aliza.
"Masya Allah… menantuku sangat cantik." Gumam Nyai Hanum dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.
Tanpa sadar kedua sudut bibir Rahsya membentuk sebuah senyuman yang begitu manis. Membuat Santriwati terkejut, untuk yang pertama kalinya mereka melihat Rahsya berani memandangi seorang gadis dengan tatapan terpesona.
Aliza menatap wajah Hawa yang terlihat murung, dengan gerakan lembut Aliza menurunkan kain hijab Hawa yang di ikat ke belakang. "Ini adalah hukuman untuk kamu." Bisik Aliza membuat Hawa semakin cemberut.
"Assalamualaikum saudaraku, apa kabar?" Kyai Husein menyapa terlebih dahulu.
Dengan ramah pria bersorban itu memeluk tubuh Hanan, keakraban Hanan dan juga Kyai Husein membuat Hawa semakin heran. Mata gadis itu menelusuri seluruh wajah yang tengah memperhatikannya.
Penglihatan Hawa memang agak buruk, gadis itu sedikit memicing. Saat matanya menangkap sesosok lelaki bertubuh tinggi dan tegap, ia mengenakan baju Koko dan juga sarung yang senada dengan warna... bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir Untuk Hawa (Revisi)
RandomHawa terlahir dari rahim seorang Ibu, yang berstatus sebagai istri kedua. Karena kutukan dari istri pertama sang Ayah, kelima kakaknya meninggal dunia ketika masih bayi berusia 3-4 bulan. Terlahir menjadi anak perempuan satu-satunya, juga bertahan...