"Ini asramanya?" Hawa bertanya, dengan mata memandangi bangunan yang terlihat bersih dan indah itu.
Rahsya menyeret dua koper yang Hawa Bawa. "Kamu masuk sendiri, kamar yang kamu tempati ada di dekat kamar mandi."
"Masuk ke sana sendiri, mau maghrib gini? Ah nggak mau! Hawa takut setan, gak mau pokonya Ustadz harus anter!"
"Lelaki tidak boleh masuk kesana Hawa, walaupun saya anak pemilik pesantren ini tetap saja itu di larang."
"Ck, yaudah!" Hawa merebut dua kopernya dengan kasar.
"Ada tv gak di dalem?" Tanya gadis itu sebelum melangkah pergi.
Rahsya menggeleng. "Setelah kamu berganti pakaian dan istirahat, Ustadzah Amira akan datang kemari."
"Ustadzah, ngapain? Gue mau di ceramahi ya? Eh maksud nya aku." Hawa sepertinya harus membiasakan diri berbicara dengan kosa kata lebih sopan.
"Beliau akan menggeledah isi koper kamu."
"What the fuck! Gue gak mau!" Pekik Hawa.
"Koper ini isinya aset semua, gue gak mau. Di sana ada skincare, make up, kipas angin kecil, ada daleman. Gue gak mau di geledah, lo pikir gue maling apa?!" Cerocos Hawa, ia tidak bisa jika seperti ini.
Baju muslim yang ia bawa hanya 10 pasang, sisanya baju seksi. Hawa mana punya baju muslim, itu pun baju Aliza yang ia ambil secara diam-diam. Selain itu, koper yang ia bawa berisi make-up, skincare, kutek, dan catokan rambut. Untuk menghilangkan rasa gabut di malam hari, Hawa juga membawa berbagai macam novel.
Rahsya berusaha menahan kekehannya, kedua manik matanya menatap ke arah Hawa. Membuat sang empu merasa agak kikuk. "Hawa, dengarkan saya. Pesantren tempat menimba ilmu, di sini kamu akan belajar banyak hal. Barang-barang kamu akan di ambil untuk sementara, setelah satu bulan berlalu saya akan mengembalikannya kembali."
Tetap saja Hawa tidak mau, gadis itu berdecak kesal. "Gue mau balik aja deh, gapapa hidup miskin sama Ayah. Daripada di sini, gue lagi suka nonton film Barbie huaaaa—mau pulang aja!" Hawa merengek seperti anak kecil, beberapa menit yang lalu Hanan-Aliza sudah pergi meninggalkan pesantren ini.
Ini adalah kali pertama, Hawa berpisah dengan kedua orangtuanya. Ingin sekali Hawa menangis, mengejar mobil Hanan. Namun gerbang hitam tinggi itu membuatnya enggan untuk melangkah. Pesantren ini terlihat indah dan begitu luas, di balik keindahannya pesantren ini juga di jaga dengan begitu ketat.
"Masuk lah, setelah itu shalat berjamaah di masjid. Saya akan menunggu di sana, jaga lah diri kamu baik-baik. Di sini tidak ada setan, saya yakin." Rahsya tersenyum manis, tangan pemuda itu terulur. Hawa memejamkan matanya saat tangan Rahsya akan menyentuh wajahnya.
Tanpa di duga, Rahsya merapikan helaian rambut Hawa yang keluar dari hijab. Rahsya sedikit menunduk. "Jaga lah auratmu dengan baik. Kalau kamu tidak menurut, saya mempunyai hukuman spesial untuk kamu." Bisik Rahsya membuat tubuh Hawa meremang.
"Selamat tinggal yaa Zaujatii, assalamualaikum." Ucap Rahsya sebelum pergi meninggalkan Hawa sendirian.
Hawa menatap dua kopernya. Dengan kesal ia menendang koper-koper itu, "BABI, SETAN, MONYET! gue harus tahu arti yaa jeruji apaan. Dasar cowok alim ngeselin, aaaaaa!" Teriak Hawa merasa frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir Untuk Hawa (Revisi)
RandomHawa terlahir dari rahim seorang Ibu, yang berstatus sebagai istri kedua. Karena kutukan dari istri pertama sang Ayah, kelima kakaknya meninggal dunia ketika masih bayi berusia 3-4 bulan. Terlahir menjadi anak perempuan satu-satunya, juga bertahan...