5/5

603 104 146
                                        

7. 10 PM

Setelah makan malam, Jeffrey melarang Rosa untuk ikut ke kasino. Dengan alasan takut Rosa kelelahan karena telah seharian belanja dan masih shock atas insiden di SPA.

Sehingga, Jeffrey yang akan mengurus kasino di hari itu. Padahal, itu hanya alasan karena dia tidak mau Joanna yang baru saja terluka harus ikut kerja hingga subuh.

"Tapi nanti akan ada Jonathan, kamu tahu sendiri dia sering curang jika tidak ada yang memantau dari dekat."

"Aku akan mengurusnya. Kamu tenang saja. Aku tahu kamu pasti masih shock akan insiden penyerangan di SPA."

Rosa akhirnya mengalah. Tentu saja setelah mendapat pelukan dari suaminya sebelum berangkat. Karena dia benar-benar telah menganggap Jeffrey sebagai belahan jiwanya. Karena dia begitu sempurna di matanya.

Ya, sempurna sebagai pasangan. Karena Jeffrey tidak pernah mengeluh apalagi merasa insecure akan pencapaiannya. Sebaliknya, Jeffrey selalu bekerja keras dan terus membuatnya bangga.

10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10. 30 PM

Jonathan baru saja datang. Tentu saja sendirian. Karena dia tidak butuh bodyguard untuk melindungi dirinya. Toh, tubuhnya sudah tinggi kekar. Dia juga pandai berkelahi dan selalu menyimpan pistol dibalik jas.

"Di mana istrimu?"

Tanya Jonathan pada Jeffrey yang baru saja datang. Karena biasanya, Rosa akan berkeliling di mejanya jika dia tiba. Sedangkan Jeffrey, dia memantau CCTV di rungan kontrol pusat. Dan setelahnya akan menyusun laporan keuangan harian hingga matahari datang.

"Libur."

Jawab Jeffrey sembari berdiri di belakang Jonathan yang sudah duduk di salah satu kursi. Sembari membuka koper kecil berisi uang panas yang akan dipakai berjudi.

Jonathan mengangguk singkat. Lalu menatap tiga orang lawan di depannya. Karena dia memang sangat suka melihat kekalahan orang karenanya.

Jonathan baru saja memenangkan satu permainan. Namun, tiba-tiba saja Rosa datang. Tentu saja dengan dua bodyguard yang sudah memakai pakaian hitam-hitam di belakang. Membuat Jeffrey terkesiap dan langsung menatap tajam istrinya.

"Kenapa datang?"

"Perasaanku tidak enak. Orang ini pasti akan kembali berulah."

Jonathan mengendikkan bahunya. Lalu melirik Joanna sebentar. Kemudian menatapnya cukup lama sebelum akhirnya kembali fokus menatap meja.

Joanna berdiri tegak di samping Rosa yang kini sudah duduk di kursi tinggi di depan Jonathan. Begitu pula dengan Jeffrey yang kini sudah duduk di kursi yang serupa pada belakang Jonathan. Karena mereka harus mengawasi Jonathan yang telah dicurigai kerap melakukan kecurangan di sana.

Dua jam berlalu. Lawan Jonathan sudah kalah semua di meja itu. Membuat meraka lekas bangkit dari tempat duduk dan mengumpat kesal pada pria itu.

Pada Jonathan yang kini sudah memasukkan tumpukan uang bernilai empat milyar ke dalam tas hitam besar yang telah disiapkan oleh salah satu pekerja di kasino itu.

Jeffrey dan Rosa, mereka hanya diam dan saling berpikir keras. Mencari celah di mana Jonathan bisa memenangkan setiap permainan. Karena dia memang sangat terkenal karena jarang kalah di arena perjudian.

"Hahaha! See? Apa kalian melihat kecurangan di sini?"

Ejek Jonathan sembari berdiri. Dia juga berniat pergi setelah membawa tas tadi. Namun, niatnya diurungkan ketika melihat Joanna yang sedang berdiri dengan tatapan kosong karena menahan sakit.

Bibir yang sebelumnya dipoles lipstick merah bata juga tidak bisa menutupi hal ini. Karena keringat dingin sudah membasahi dahi dan pipi. Membuat Jonathan sedikit bersimpati dan mulai mendekati.

Grebbb...

Joanna menahan tangan Jonathan yang ingin menyentuh pipinya. Dengan tangan kanan yang sebenarnya sudah terasa kebas dan mati rasa. Namun mati-matian ditahan agar dia tidak terlihat lemah di depan mereka.

"Wowww! Refleks yang sangat bagus! Padahal, aku hanya ingin menyeka keringatmu."

Jonathan langsung menarik tangannya. Mencium jari telunjuknya yang sedikit terkena keringat Joanna. Membuat Jeffrey yang melihat langsung bangun dari duduknya. Berniat menghajar Jonathan yang sudah berani menyentuh wanitnya.

"Jangan ganggu anak buahku! Cepat pergi jika tidak mau lagi bertarung!"

Usir Rosa sembari berdiri dari duduknya. Lalu menatap Joanna yang memang tampak menahan sakit sekarang. Wajah dan rambutnya basah terkena keringat. Pakaian hitam-hitam yang dikenakan juga sepertinya tidak bisa menghalau darah dari bekas jahitan yang baru saja terlepas.

"Akan kuberikan semua uangku. Sebagai gantinya, berikan anak buahmu ini padaku!"

Jonathan melempar tas isi uang empat milyar di atas meja. Kemudian maju satu langkah. Menundukkan kepala dan menatap Joanna yang kini masih berusaha biasa saja. Mundur beberapa langkah dan menghindari Jonathan yang kini sudah ingin kembali menyentuh pipinya.

"Kamu mau?"

"ROSA!!!"

Bentak Jeffrey sembari berjalan mendekat. Karena Rosa telah bertanya seperti itu pada Joanna. Seolah dia ingin menjual wanitanya. Pada Jonathan yang terkenal kejam dan mengerikan.

"Tidak. Ini terlalu murah. Silahkan datang lagi jika sudah membawa uang yang lebih banyak."

Jeffrey tercengang ketika mendengar jawaban Joanna. Pasalnya, dia tahu jika Jonathan suka tantangan. Diberi perkataan seperti itu oleh Joanna, tentu saja dia tidak akan menyerah. Justru sebaliknya, dia akan merasa lebih bersemangat untuk mencapai apa yang telah diinginkan.

"Hahaha! Boleh! Akan kubawakan uang yang lebih banyak besok malam. Persiapkan dirimu dengan benar!"

Jonathan pergi sembari meninggalkan tas berisi uang tadi. Membuat Rosa dan Jeffrey hanya bisa menatap Joanna khawatir. Karena selama ini, Jonathan belum pernah ditolak ketika menginginkan sesuatu di sini.

"Joanna, darah..."

Bisik Teressa sembari menyentuh pundak kanan Joanna. Membuat telapak tangannya penuh noda merah sekarang. Sebab jahitan di bahu kanan Joanna telah terlepas.

"Panggil petugas medis!"

Seru Rosa sebelum kembali berkeliling. Karena tugasnya masih banyak malam ini dan dia tidak mungkin berhenti hanya karena ada salah satu bodyguard yang terluka saat ini.

Joanna diminta istirahat di salah satu ruangan kosong. Di sana, ada dua petugas medis yang kembali menjahit lukanya lagi. Namun kali ini dengan hati-hati dan dia juga diberi anestesi.

Jahit dengan rapi dan beri anestesi! Dan pastikan beri obat yang terbaik agar dia tidak merasa sakit!

Ya. Jeffrey yang diam-diam mengatakan itu pada dua petugas medis sebelum mengobati. Karena dia tidak tega jika melihat Joanna ditusuk jarum tanpa obat bius berkali-kali seperti tadi.

Jonathan as king of gambling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jonathan as king of gambling.

Tbc...

BEST PART OF US [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang