9/9

566 93 165
                                        


Jonathan sedang menatap Joanna yang sedang berdebat dengan Jeffrey di kamarnya. Membuatnya sedikit menyunggingkan senyuman pasca tahu hubungan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Sampai-sampai Jeffrey nekat datang tanpa pengawalan.

"Kamu mau menjual diri pada Jonathan hanya demi uang 10 miliar? Joanna, aku tidak tahu kalau harga dirimu memang semurah ini ternyata!"

Plak...

Jeffrey mendapat tamparan dari Joanna. Dengan keadaan bahu kanan yang baru saja selesai diperban oleh si wanita. Setelah peluru yang bersarang di tubuhnya dikeluarkan dan luka di bahunya dijahit rapi oleh mantan istrinya.

Namun justru balasan seperti itu yang diberikan. Membuat Joanna yang sejak tadi menahan marah langsung meledak. Kemudian menampar Jeffrey yang wajahnya sudah pucat karena kehilangan banyak darah sebelumnya.

"Kalau aku murah, memangnya kenapa? Masalah untukmu? Tidak, kan? Kita sudah bercerai semalam jika kau lupa! Jadi, berhenti ikut campur dan sok peduli padaku!"

Joanna langsung bangkit dari ranjang. Karena sebelumnya, dia sedang duduk di tepi ranjang Jonathan. Bersama Jeffrey yang kini duduk bersila di tengah-tengah ranjang sembari menahan nyeri di bahu kanan.

"Wow! Berita bagus! Rosa sudah tahu kalau kalian ada hubungan seperti itu?"

Joanna langsung menoleh ke belakang. Menatap Jonathan yang sejak tadi mengawasi mereka. Namun Joanna tidak sadar karena terlalu fokus mengobati luka mantan suaminya.

"Jonathan, ini bukan urusanmu. Jadi jangan ikut campur!"

Seru Joanna sembari keluar dari kamar. Berniat mengambil ponsel yang sempat ditinggal di atas meja yang ada di luar. Namun, tiba-tiba saja Jonathan mencengkram lehernya dengan tangan kanan. Membuat Jeffrey langsung bangkit dari ranjang dan siap melayangkan tendangan.

"APA YANG KAU LAKUKAN BAJINGAN!?"

"BERHENTI IKUT CAMPUR!"

Jeffrey berhenti bergerak setelah Joanna membentaknya. Dia juga berhasil melepaskan diri dari cengkraman Jonathan dalam sekali gerak. Ya, dia hanya menyikut bagian perut Jonathan. Hingga membuat pria itu menggerang sakit sekarang.

"Kau membayarku mahal hanya untuk tidur. Selain itu, aku tidak akan diam saja jika kau perlakuan dengan buruk!"

Seru Joanna setelah menemukan ponselnya. Kemudian mengirim pesan pada seseorang sebelum akhirnya kambali menghadap Jonathan. Menarik resleting depan jumpsuit hitam yang dikenakan. Membuat dalamannya terlihat oleh si pria sekarang.

"Kau akan menyesal karena telah mengatakan ini! Ikat dia!"

Beberapa anak buah Jonathan langsung memasuki kamar. Mulai mengikat kaki dan kedua tangan Jeffrey di atas ranjang. Membuat pria itu terus berontak dan mengumpati Jonathan.

"BAJINGAN! APA YANG AKAN KAU LAKUKAN, HAH!? LEPAS! JOANNA, PERGI DARI SANA! BERI TAHU GUSTAVA DAN ROSA KALAU AKU DISANDERA!"

Joanna hanya menatap Jeffrey dengan tatapan nanar. Karena sampai saat ini, pria itu tidak paham dengan apa yang sedang dilakukan. Jika dia tengah berusaha untuk lepas dari Gustava dan Rosa. Dengan cara melunasi hutang dan mengambil hati Jonathan yang kata orang-orang terkenal suka menyiksa.

Setelah anak buahnya pergi, Jonathan langsung mengunci pintu kamar dari dalam. Lalu melucuti pakaian Joanna di depan ranjang. Kemudian dijambak saat itu juga. Membuat Jeffrey semakin histeris tentu saja. Apalagi setelah melihat tubuh Joanna yang sudah penuh bekas luka dan jahitan sangat banyak.

"LEPASKAN! LEPASKAN JOANNA! KALAU INGIN MENYIKSA ORANG, SIKSA AKU SAJA!"

"BERISIK!"

Jonathan langsung melepas jambakan. Lalu memasang lakban pada mulut Jeffrey sekarang. Membuatnya tidak bisa lagi bersuara dan hanya bisa mencoba melepaskan diri dari atas ranjang.

Brak...

Jonathan langsung mengambil gesper yang sebelumnya dilepas. Diarahkan pada tubuh Joanna yang kini hanya memakai dalaman saja. Dalaman serba putih yang membuat hasratnya semakin meledak sekarang.

"Berbalik!"

Joanna memunggungi Jonathan. Bertumpu pada sofa kecil yang ada di sana. Dengan jantung berdebar karena tahu jika rasa sakit yang luar biasa akan segera didapat.

Tidak apa-apa. Hutangmu pada Gustava sudah lunas. Ini penderitaan terakhir yang kamu dapat. Kalaupun harus mati, kamu akan mati dengan tenang karena tidak lagi memiliki hutang.

Batin Joanna sembari memejamkan mata. Kedua tangannya juga mulai mencengkram erat pegangan sofa. Karena Jonathan baru saja mengangkat tangan  dan bersiap mencambuknya.

CTAR....

Rasa panas Joanna rasakan. Rintihan juga tidak keluar dari bibirnya. Karena bibir bawahnya sudah digigit kencang hingga berdarah agar tidak mengeluarkan suara ketika disiksa. Agar dia tidak terlihat lemah dan diolok-olok Jeffrey yang kini masih mengamati dirinya.

"Wow! Seperti dugaan, kamu kuat sekali ternyata!"

CTAR...

CTAR...

CTAR...

CTAR...

Cambukan tidak berhenti Jonathan layangkan. Membuat Joanna yang awalnya berpegangan pada sofa langsung ambruk di lantai kamar. Tubuhnya lemas dan terasa sakit semua. Bahkan, luka di bahu kanan yang hampir sembuh kembali terbuka. Membuat darah segar kembali mengaliri tubuhnya.

Jeffrey yang melihat tidak berhenti mencoba melepaskan diri sekarang. Membasahi lakban dengan ludah dan terus berusaha melepaskan tali yang mengikat kaki dan tangannya. Namun sayang, usahanya sia-sia saja.

Satu jam kemudian.

Jeffrey berhasil melepaskan lakban dari mulutnya. Lalu melompat turun dari ranjang. Dengan keadaan tangan dan kaki yang masih ditali pati oleh anak buah Jonathan.

"Lepaskan dia, aku mohon! Akan kuganti uang yang kau berikan! Akan---"

Prang...

Jonathan melempar gesper yang kini sudah penuh darah. Karena sejak tadi tidak berhenti mencambuk Joanna. Hingga wanita itu pingsan dengan keadaan memprihatinkan. Meringkuk di pojok ruangan dengan tubuh merah dan penuh luka.

Jeffrey bahkan tidak tega melihat. Air matanya juga sudah membasahi wajah. Itu sebabnya lakban yang awalnya tertempel erat bisa lepas sekarang.

"Uang? Hahaha! Kau tahu uangku banyak! Aku tidak butuh uang! Aku hanya butuh mainan. Dan kurasa, mantan istrimu ini cocok dijadikan boneka. Dia tangguh dan kuat. Dia bahkan tidak mengeluh sakit ketika mendapat cambukan. Aku suka dia!"

Jeffrey memposisikan diri untuk bersimpuh di depan Jonathan. Kepalanya bahkan sudah ditempelkan pada lantai kamar. Seolah dia benar-benar sedang merendahkan diri sekarang. Agar Jonathan iba dan mau melepaskan Joanna.

"A---ku akan melakukan apapun yang kau inginkan asal kau mau melepaskan dia! Kasino Rosa? Aku bisa membantumu mendapatkannya!"

Jonathan langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana. Merekam Jeffrey yang sedang bersimpuh di depannya. Dengan bahu bergetar karena menangis sekarang.

"Coba ulangi lagi! Aku tidak dengar!"

"Aku akan membantumu mendapatkan kasino Rosa! Jadi tolong lepaskan Joanna, jangan siksa dia!"

Jeffrey mulai mendongakkan kepala. Menatap Jonathan yang kini sudah merekamnya. Dengan raut jenaka karena dia memang berniat mengirimkan ini pada Rosa. Agar wanita itu merasa hancur sekarang. Sebab suami yang dicinta justru berkhianat karena ingin menyelamatkan mantan istrinya.

"Rosa, kau dengar? Suamimu sendiri yang menawarkan. Bagaimana? Apakah harus kuterima saja? Hahaha!"

Ejek Jonathan sebelum menghentikan rekaman. Lalu dikirim pada Rosa. Membuat rasa bahagia kian dirasa. Namun tidak dengan Jeffrey yang kini semakin ketakutan. Apalagi setelah melihat Joanna yang sudah meringkuk tidak berdaya dengan tubuh penuh luka dan darah.

Tbc...

BEST PART OF US [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang