"Aku pergi!"
Seru Jeffrey pada Rosa dan Gustava. Lalu menggenggam erat tangan Joanna keluar kamar. Kemudian berdiri di depannya sembari memegang dua pistol di kedua tangan. Begitu pula dengan Joanna yang sudah melakukan hal yang sama.
Dor!!! Dor!!! Dor!!!
Dor!!! Dor!!! Dor!!!
Dor!!! Dor!!! Dor!!!
Suara tembakan terus menggema. Hampir seluruh anak buah Gustava mereka lumpuhkan tanpa mendapat luka. Ah, maksudnya hanya Joanna. Karena Jeffrey telah mendapat dua tembakan di tangan kanan. Sehingga kini, hanya tangan kiri yang bisa digunakan untuk menembak lawan.
"Teressa, tolong jangan halangi aku!"
Seru Joanna sembari menurunkan pistol yang Jeffrey todongkan. Karena saat ini, Teressa sedang menodongkan pistol juga ke arah mereka di pintu keluar.
"Teressa---"
Dorrr! Dorrr!!!
Teressa menambak dua anak buah Gustava yang ada di belakang Jeffrey dan Joanna. Kemudian melempar kunci mobil pada Joanna. Membantunya keluar dari Batam melalui jalur laut. Karena jika naik pesawat, mereka akan cepat tertangkap karena harus menunggu cukup lama guna menyesuikan jadwal penerabangan ke arah tempat yang akan dituju.
Joanna dan Jeffrey sudah memasuki mobil. Begitu pula dengan Teressa yang ingin ikut kabur bersama mereka saat ini. Karena dia adalah mata-mata musuh Gustava selama ini.
Sebenarnya, Teressa juga sudah tahu identitas Joanna selama ini. Namun dia bungkam demi kelangsungan rencananya selama ini. Guna mencari kelemahan Gustava yang dulunya juga pembunuh bayaran di kota ini.
"Jalan sekarang! Aku yang akan menembaki mereka!!!"
Seru Teressa pada Joanna yang kini sudah duduk di kursi kemudi. Karena Jeffrey tidak bisa mengangkat tangan kanan saat ini. Selain nyeri, ini juga karena darah tidak kunjung berhenti dari tangannya saat ini.
Dorrr! Dorrr! Dorrr!
Teressa tertawa girang setelah berhasil menembak ban dua mobil yang mengejarnya saat ini. Membuat mereka terbebas dari kejaran anak buah Gustava lagi. Karena selama di luar tadi, Teressa juga ikut melumpuhkan anak buah Gustava agar tidak membut kalang kabut Joanna dan Jeffrey.
"Mampus kalian!!! Hahahaha!!!"
Pekik Teressa sembari menatap depan. Kemudian memasukkan pistol ke dalam saku celana. Lalu mengambil kotak obat yang ada di belakang kursinya.
"Mau gantian, Jo? Aku yang menyetir. Kau bisa mengobati Tuan Jeffrey!"
Joanna mengangguk singkat. Namun sebelum itu, dia melajukan kencang mobil yang sedang dibawa. Berhenti di tempat yang cukup sepi dan tidak ada kendaraan lewat.
Setelah berpindah posisi, Teressa langsung melesakkan mobil ke dermaga yang besar sekali. Lalu mencari penjual makanan di sekitar dermaga ini. Sebab ini hampir siang dan mereka belum makan sejak pagi.
"Sakit?"
Tanya Joanna pada Jeffrey. Karena saat ini, dia sedang menjahit bekas luka tembak yang didapat tadi. Tanpa anestesi. Karena kotak obat yang ada di sana hanya menyediakan peralatan medis yang biasa digunakan untuk para anak buah Gustava seperti Joanna ini.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu. Cambukan Jonathan masih sakit?"
Joanna menggeleng pelan. Saat ini dia masih sibuk menjahit luka di kulit Jeffrey. Di dalam mobil berkaca gelap, namun keadaan di dalam masih terang karena Teressa sengaja membuka salah satu jendela agar tidak pengap.