Tiga hari kemudian.Joanna akhirnya baru bisa kembali kerja setelah tiga hari mendekam di kamar. Membuatnya merasa agak tidak enak pada Teressa. Karena wanita itu harus kerja sendirian tanpanya.
"Tidak apa-apa. Nonya Rosa juga memaklumkan. Aku dulu juga pernah kena tembak dan libur sekitar satu mingguan. Anyway, tiga hari ini kamu dicari Jonathan. Sepertinya dia tertarik denganmu sungguhan. Manfaatkan saja, toh dia kaya. Uang empat milyar yang sebelumnya ditinggal, pasti sekarang sudah masuk saldo rekeningmu, kan? Coba cek sekarang!"
Joanna langsung membuka ponselnya. Ponsel keluaran lama dan sudah retak layarnya. Karena dia bahkan tidak memiliki waktu untuk mengurus badan. Apalagi mengganti ponsel yang disentuh saja harus ditekan.
"Sudah masuk. Orang ini serius?"
"Tuh, kan! Serius pasti! Jonathan memang seperti itu. Dia ini sangaaat kaya. Memang sih, kata orang-orang dia punya bisnis illegal. Tapi kalau untuk main-main sebentar, sepertinya worth it dilakukan. Tunggu, kamu tidak punya pasangan, kan? Cincin di jarimu itu, hanya aksesoris saja, kan?"
Joanna mulai mengusap cincin di hari manisnya. Cincin pernikahan yang Jeffrey belikan untuknya.
"Aku sudah punya pasangan."
"Menikah? Atau hanya tunangan?"
Joanna tidak menjawab dan hanya tersenyum saja. Lalu bangkit dari ranjang dan membuka pintu kamar. Disusul dengan Teressa dari belakang. Karena mereka sama-sama harus lekas bekerja sekarang.
8. 10 PM
Sebelum berangkat ke kasino, Rosa pamit ke kamar mandi. Karena tiba-tiba saja dia muntah pasca makan malam ini. Membuat Jeffrey panik dan langsung menunda kepergian mereka saat ini.
"Kita libur saja. Akan kupanggil dokter sekarang!"
Rosa menggeleng pelan. Namun Jeffrey tetap memanggil dokter tanpa persetujuan. Karena dia memang sudah diberi mandat untuk melindungi Rosa dari Gustava.
Para pekerja di rumah juga ikut panik sekarang. Tidak terkecuali Joanna yang kini sudah berkaca-kaca. Takut jika apa yang sedang mereka semua duga menjadi kenyataan. Jika Rosa memang sedang mengandung sekarang.
"Pasti hamil, sih! Ini sudah tiga tahun. Apalagi, Nyonya Rosa suka anak kecil. Liona saja sering dibawa kemari sebelum dia punya adik."
Joanna diam saja, tidak menanggapi ucapan Teressa. Membuatnya undur diri sekarang. Beralasan ingin ke kamar mandi sebentar. Padahal, dia ingin berbicara dengan Jeffrey yang kini sedang berjalan ke belakang karena ingin menerima telepon penting dari Gustava.
Rosa sakit apa? Jangan buat dia banyak pikiran! Apa gunanya punya suami cakap kalau tidak dimanfaatkan!? Biarkan dia istirahat! Kamu lanjut kerja!
"Belum tahu. Tapi saya sudah panggil dokter keluarga. Mungkin beberapa menit lagi tiba. Hari ini saya ikut libur kerja. Untuk menemani Rosa sampai baikan."
Tidak lama kemudian telepon dimatikan, Jeffrey juga langsung membalikkan badan karena ingin kembali menemani Rosa. Namun, dia harus dikejutkan dengan kehadiran Joanna yang sudah berdiri tegak di belakangnya.
"Kamu mencintai Rosa sungguhan? Aku masih istrimu, di jariku masih tersemat cincin darimu. Jeffrey, aku akan menerima apapun masa lalumu. Apapun yang telah kamu lakukan pada Rosa tanpa sepengetahuanku. Ayo kita pergi! Kita masih punya kesempatan untuk hidup bersama lagi!"
Jeffrey menepis kasar tangan Joanna yang akan menyentuhnya. Membuat air mata wanita itu langsung berlinang. Karena dia benar-benar telah putus asa sekarang. Takut juga jika Rosa hamil sungguhan dan Jeffrey tidak akan pernah bisa lepas selamanya.
"Joanna, aku menceraikanmu sekarang! Untuk urusan di KUA, akan kuminta Justin uruskan. Kita sudah berpisah sejak aku menginjakkan kaki di Batam. Aku tidak menceraikanmu secara negara karena tidak ingin kamu dan orang tuamu merasa terluka. Uang bulanan yang selama ini kukirimkan juga sebagai bentuk tanggung jawabku padamu saja. Tidak ada lagi rasa cinta. Tidak ada! Jadi, silahkan pergi sekarang! Kembali ke tempat asal! Batam tidak cocok untuk tempat kamu tinggal!"
Jeffrey langsung melangakah maju ke depan. Menabrak tubuh Joanna. Memang tidak kencang, namun mampu menyadarkan Joanna saat itu juga.
"Kamu mencintai Rosa?"
Jeffrey berhenti melangakah. Lalu menolehkan kepala ke belakang. Menatap Joanna yang kini masih memunggungi dirinya.
"Iya, dia istriku sekarang. Aku jelas sangat mencintainya. Apa tidak terlihat?"
Baru saja Jeffrey akan kembali melangkah, tiba-tiba saja Joanna membalikkan badan. Menatapnya dengan wajah merah padam. Serta, air mata yang masih membasahi wajah.
"Berapa? Berapa uang yang kau pinjam dari Gustava? Akan kulunasi semua! Jangan salah paham, aku tidak akan memaksamu untuk kembali padaku lagi sekarang. Aku juga akan pergi setelah berhasil melunasi hutang. Katakan, berapa?"
Joanna mulai melepas cincinnya perlahan. Kemudian dilempar ke arah depan. Hingga jatuh menggelinding dan mengeluarkan suara cukup nyaring sekarang.
"Tidak mau menjawab? Tidak apa-apa. Aku akan bertanya langsung pada Gustava. Aku akan melunasi semuanya. Agar kamu bisa hidup tenang dengan Rosa. Agar kamu tidak lagi merasa bersalah karena telah berhutang banyak pada ayah wanita yang kau cinta demi wanita lain yang tidak lagi kau anggap berharga."
Kali ini Joanna yang pergi dari sana. Sengaja menabrak Jeffrey cukup kencang. Seolah membalas dendam. Karena Joanna benar-benar merasa hancur sekarang. Namun tidak menyesal karena telah mengorbankan banyak hal demi menemui suami, ah mantan suami yang tidak lagi mencintainya.
Joanna baru saja membasuh wajah. Namun, tiba-tiba saja Teressa datang dan memintanya untuk bersiap. Karena Rosa sudah merasa enakan dan memaksa untuk masuk kerja.
9. 00 PM
Setibanya di kasino, Joanna sudah menyiapkan diri bertemu Jonathan. Rosa juga sudah mewanti-wanti dirinya untuk siaga jika bertemu Jonathan. Karena pria itu cukup licik dan manipulatif orangnya. Tidak heran jika dia sering menang di arena perjudian.
"Haiii, manis! Akhirnya kau datang juga! Bagaimana luka di bahumu? Sudah sembuh, kan?"
Tanya Jonathan setelah melihat Joanna datang. Dia juga berjalan mendekat dan menghampirinya. Serta, menyentuh pundak yang sebelumnya terluka.
"Sudah hampir kering. Kenapa? Kamu sudah tidak sabar ingin meniduriku sekarang?"
Joanna melepas tangan Jonathan perlahan. Lalu menatap lekat-lekat netra hitam pria di depannya. Dia tampak sangar dan memiliki aura gelap. Beruntung wajahnya cukup tampan dan enak dipandang. Sehingga, dia tidak tampak menyeramkan untuk ukuran seorang bos besar pembunuh bayaran.
"Wow! Wow! Wow! Aku suka wanita agresif! Tahan dulu, biarkan aku bermain dan mengalahkan dua orang itu! Supaya semangatku semakin terpacu!"
Jonathan kembali menduduki kursinya. Tentu saja sembari menatap Joanna yang kini sudah menatap tajam ke arah dirinya. Karena Joanna sudah berniat untuk menguras sebagian uangnya guna membayar hutang pada Gustava.
10 miliar tidak banyak, kan? Joanna saja sampai terkejut ketika mendengarnya dari Gustava. Padahal, dia sudah berharap jika Jeffrey berhutang lebih banyak dari yang telah disebutkan.
Namun, lagi-lagi kecewa yang didapat. Karena nyatanya, hutang Jeffrey memang tidak seberapa jika dibandingkan dengan sebanyak apa pendapatan pria itu pasca kerja di kasino Rosa.
Ya, dia saja mampu mengirim uang bulanan sebesar 100 juta setiap bulan pada Joanna. Mustahil jika dia tidak bisa melunasi hutang pada Gustava selama tiga tahun lamanya.
Mengingat omset kasino Rosa bisa mencapai 1 triliun per bulan. Gaji Jeffrey selaku direktur keuangan, tentu saja tidak main-main, kan?
Tbc...