DUA

205 7 2
                                    

Dua.

            Bel berbunyi. Tanda istirahat. Semua orang di kelas Nessa langsung keluar dengan ribut. Suasana istirahat sama saja, mau di negara apa pun, pikir Nessa. Ia pun mengambil buku-bukunya dan berjalan pelan menuju luar kelasnya. Tak punya teman atau siapa pun untuk diajak berbicara.

"Gaada temen?" tanya seseorang dari belakangnya. Mark. 

"Engga" jawab Nessa malu. 

"Sama gue aja, sahabat gue pasti suka sama lo" balasnya. 

Dan Mark menunjukan jalannya. Perlahan-lahan mereka berjalan melalui korridor kelas-kelas, dan di ujung korridor itu terdapat pintu besi, berwarna hitam, seperti pintu taman yang anggun. Dibukakan pintunya untuk Nessa lewat pertama. Dan Nessa hanya tersenyum, memercayai Mark.

Mereka masuk ke  1 taman belakang sekolahnya, taman itu besar. Adem juga dan cantik. Banyak siswa-siswa makan, berbincang-bincang di sana. Melihat taman yang besar itu, Nessa terkejut melihat bahwa sekolah ini ternyata memiliki khas nya sendiri. Semua sekolah di banyak negara yang telah ia kunjungi, ini mungkin salah satu sekolah yang mempunyai taman besar dan siswa-siswa bukan hanya berbincang di kantin tapi di taman ini pula.

"Bagus yaa" kata Mark sambil berjalan di sebelah Nessa. 

"Ini tempat favorit hangout gue sama sahabat gue. Dia salah satu orang yang terpenting buat gue" lanjutnya. 

Dia sayang banget sama sahabatnya, I wonder who he is pikir Nessa. Mereka berjalan ke arah pohon beringin yang besar, di bawah pohon itu terdapat meja dan kursi seperti meja-meja yang biasanya di kantin tetapi yang ini terbuat dari kayu jadi bagus jika ditaruh di tempat outdoor.

Di meja itu, terdapat 1 cewe yang sedang sibuk menulis. Cewe itu tingginya seperti Nessa, rambutnya panjang berwarna hitam dan ia memakai sweater baby pink yang membuatnya tambah cantik. "Christy, ini Nessa" kata Mark. Cewe itu langsung menengok ke arah Mark dan Nessa, tersenyum. "Oh ini anak baru itu ya?" tanyanya lembut. "Iyaaap" balas Mark. Dari cara mereka berdua saja, mereka seperti sahabat yang deketnya itu udah deket banget dan mereka terlihat seperti pacaran. "Haii" kata Nessa. "Heyyy, gue Christy" kata cewe itu, dan Nessa dan Christy saling bersalaman. Christy kembali duduk di posisinya, Mark di sebelahnya, dan Nessa di seberangnya.

"Gue kira sahabat lo cowo, Mark" kata Nessa tertawa. "Kalo cowo, gue kira lo semacam gay or something sampe ngomongin Christy begitu". 

Christy pun tertawa, "Ohya? Ngomong apa aja dia?". 

"Heh diem looo" bales Mark kesal. 

"Dia bilang kalo dia sayang sama loo" kata Nessa dengan aksen-aksen ejekannya.

"Hmmm" adalah respons Christy sambil mengikuti mempermalukan Mark. 

"Udah lah kalian berisik" kata Mark akhirnya.

Suasana hening seketika Mark berkata itu. Nessa pun membuka novelnya dan mulai membaca, Anatomy Of A Misfit. Sedangkan Christy kembali dengan alat tulisnya dan bukunya, dan Mark mulai makan bekal yang dia bawa dari rumah.


 Mereka membiarkan angin sejuk dan suasana ribut memenuhi keheningan mereka. Dan seketika Christy memecahkan keheningan itu dengan bertanya, "Lo pindahan dari mana Nes?". Pertanyaan ini membuat Nessa ragu, takut jika teman-temannya tau bahwa papanya adalah salah satu bisa dibilang orang bangsawan, mereka akan mulai menyukai Nessa karena harta yang ia punyai, bukan karna dirinya sendiri. Tapi dengan berbohong adalah bukan solusinya. Itu adalah yang mama Nessa sering ajarkan pada Nessa saat dia masih kecil. Nessa pun menghela nafasnya panjang dan menjawab, "Gue pindahan dari Jerman".

Apakah reaksi Mark dan Christy? Mereka langsung melepaskan barang yang mereka pegang, aktivitas yang mereka lakukan dan mereka langsung melihat Nessa dan menanya-nanyakan banyak hal tentang kehidupan di Jerman. Sama seperti dugaan Nessa.

Tapi mereka kali ini berbeda, mereka memang menanyakan banyak hal dan pastinya membuat Nessa lelah menjawab pertanyaan mereka berdua. Tetapi ada seseuatu yang membuat Nessa lega, dan dia juga merasakan bahwa dia bisa mempercayai mereka, mereka adalah orang-orang baik.

"Jadi lu punya rumah di berapa negara tadi?" tanya Mark semangat. 

"Ada lebih dari 5 Mark, udah lah lo lebay banget dah. Eh bener kan Nes?" tanya Christy juga. 

"Kalian dahh, lebih tepatnya lagi sih 7" jawab Nessa sambil tertawa.

"Gilaa. Kalo gue jadi lo ya, gue bakalan ambil salah satu rumah itu dan gue jadiin milik gue pribadi" kata Mark dengan senyum anehnya. 

Dan mereka tertawa bersama.

Suasana keceriaan mereka diganggu oleh bel berbunyi yang menandakan bahwa pelajaran akan mulai 5 menit lagi. Mereka segera mengambil barang-barang mereka dan mulai berjalan ke kelas mereka. Sayangnya, kelas Christy tidak sama dengan Mark dan Nessa, jadi mereka terpaksa berpisah.

Beberapa menit kemudian setelah mereka sampai di kelas mereka, guru pelajaran berikutnya pun datang. Pelajaran math, huft geruntu Nessa. Dia tidak terlalu suka mat, tapi jika disuruh mengerjakannya, kemungkinan besar dia mendapatkan 85 lebih, anehnya.

Mark, yang duduk di sebelah kanan Nessa memberi dia kertas kecil. 

Tertulis : Gurunya galak, gue gasuka jujur aja HAHAHAHA.

Membacanya, Nessa tertawa kencang dan semua orang langsung mengarah pandangan mereka ke Nessa. Guru yang di depan, yang barusan saja masuk, adalah perempuan tinggi yang berkulit sedikit gelap, memakai baju kemeja dengan jas dan rok ketatnya yang panjang, melihat Nessa yang ketawa membuat nya ingin berteriak kencang. "Hm, dan kamu siapa?" tanya nya tajam. Berdirilah Nessa dengan sopan, membungkukkan diri dan berkata, "Maaf bu, saya Nessa." "Hm? Anak yang baru itu? Jangan macem-macem kamu di kelas saya. Duduk" tantangnya. Duduklah Nessa dan dilihatnya Mark, yang tertawa tetapi mencoba untuk menahan-nahannya. "Heh kamu, Mark! Baru saja pelajaran kedua dan kalian udah ngoceh-ngoceh kayak di pasar! Pulang sekolah kalian berdua D E T E N T I O N" katanya keras, menekan-nekan kata-kata detention itu. "Okay, maaf bu" kata Mark simpel.

-

Nessa dan Mark tidak marah dengan diri sendiri. Mereka malah tertawa kencang setelah selesai pelajaran itu. Guru itu mengoceh panjang, menjelaskan pelajaran mat dengan panjang sedangkan tidak berhubungan dengan soal-soal yang sedang dibahas. Tetapi guru itu niat untuk mengajar dan itu adalah sisi bagus yang ia miliki.

Pelajaran tetap berjalan seperti biasa, semakin lama banyak murid-murid di kelas Nessa yang mulai mengajak Nessa berbicara, walaupun tidak seseru jika bersama Mark dan Christy, tapi tetap saja Nessa merasa senang. Ia hanya berharap bahwa mereka menyukai Nessa apa adanya, bukan karna warna matanya ini, ataupun karna dia pindahan dari Jerman.

 "Pa, mama dimana?" tanya gadis kecil itu. Dia adalah aku, Analysse Vannessa Eyller, anak orang tua bangsawan yang suka berganti-ganti tempat tinggal. 

"Sudah berapa kali papa bilang ke kamu kalo papa lagi kerja tuh jangan diganggu?! Kenapa sih kamu selalu ganggu aja tanpa mikirin papa! Mau tau mama kamu kemana? Mama sudah pergi, sudah tidak ada. Mengerti? Sudah sekarang keluar dari ruangan papa dan kembali ke kamarmu sekarang!" bentak papanya.

Aku masih kecil saat itu, terlalu polos untuk mengerti dunia yang ada di depanku, terlalu rapuh untuk mengetahui bahwa mamaku sendiri, pergi meninggalkanku dengan papa yang jahat ini, papa yang galak ini, papa yang tidak sedikitpun peduli terhadap perasaan anaknya.

Menggeleng-geleng kepalanya, menyuruh dirinya sendiri untuk tidak memikirkan satupun kejadian dia bersama papanya. Walaupun dia sering berpikir, apakah kesalahan dia selama ini yang membuat papanya begitu benci dengannya? Pikiran itu akhirnya diberhentikan oleh bunyi bel yang menandakan sekolah hari ini sudah selesai. Tapi tidak dengan Nessa, dia punya detention setelah ini. Tidak pernah dihukum sebelumnya, apalagi hari ini adalah hari pertama dia masuk sekolah. Tidak tau apa yang akan ia lakukan nanti. Tapi setidaknya ada Mark bersamanya, yang dapat membantu dia melalui detention pertamanya.



Olive-Drab EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang