Bab 29

6.8K 548 68
                                    

"Kita tidak akan sampai pada logika takdir Tuhan. Maka berdoalah dan berdamailah."
-Ning Nadia Abdurrahman-

Terlihat seorang pemuda berbadan tegap terus berjalan di belakang perempuan yang tingginya hanya sebatas bawah dadanya. Orang itu berkali-kali mengembuskan napas karena pasalnya perempuan itu lama sekali jalannya. Tapi, dirinya tak bisa mendahuluinya.

Jika dirinya mendahuluinya, maka siapa yang akan menjaganya di belakang?

Salma terus mengambil kentang goreng yang dirinya beli dengan penuh perjuangan. Karena demi kentang terenak yang dirinya pernah coba seumur hidup, perempuan itu rela mengantri hampir dua jam lamanya.

"Enak banget!" Gumam Salma entah yang ke berapa kalinya.

"Maaf?" Salman sedikit menunduk dan mencodongkan wajahnya ke depan. "Boleh saya cobain?"

Salma seketika memberhentikan langkahnya dan melihat tetangga barunya itu. "Kamu siapa? Aku nggak kenal. Kata Bunda, nggak boleh ngasih makan sembarangan, nanti kalo orang itu kenapa-napa aku yang disalahin."

Salman menatap dingin perempuan itu. "Jadi itu namanya makanan sembarangan?"

Salma melotot. "Enak aja! Ini kentang terenak tau!" Protes perempuan itu tak terima.

Salman manggut-manggut. "Kamu kalo jalan lelet!"

Salma mengerjapkan matanya tak percaya. "SIAPA SURUH DI BELAKANG AKU?! UMUR AKU UDAH DUA PULUH TAHUN JADI NGGAK PERLU DIAWASIN GITU!"

Bibir cowok itu berkedut menahan tawa. "Kamu sadar?"

Salma tak menjawabnya. Perempuan itu meneruskan jalannya dengan cepat-cepat diikuti langkah besar Salman di belakangnya.

"Umur saya dua puluh lima tahun, nama saya Salman."

Mendapatkan penuturan cowok itu, Salma langsung memperlambat langkahnya yang membuat pemuda itu menginjak sendal yang dipakai oleh gadis tersebut. Hal hasil, perempuan itu jatuh dan makanan yang dirinya perjuangkan jatuh berserakan dan yang lebih parahnya lagi tiba-tiba sebuah motor melintas hingga makanannya terlindas.

Mata Salma sudah berkaca-kaca lalu mendongak menatap dada cowok itu. "MAKANANNYA JATUH! MANA NAMANYA NYAMAIN!"

"Lahirnya duluan saya, jadi kamu yang nyamain."

"Saya Hawariyyun..."

Salma melepas sendalnya. Perempuan itu merasa sakit hati. "AKU HAWARIYYIN SYIHAB. MAU APA?!"

Salman berjongkok lalu melihat kentang itu. "Mau saya bantu buat pungut?"

Salma membuang buka. "Kamu itu tetangga baru, udah nyari gara-gara sama penduduk lama di perumahan ini!" Salma melipat tangannya. "Nggak usah! Kamu ngeledek?! Itu udah kotor!"

Salman kembali berdiri. "Yaudah. Kalo gitu saya duluan."

Salma meremas bajunya seraya menatap tajam pria itu. "KAMU NGGAK ADA NIATAN MAU NOLONGIN AKU GITU?! INI AKU KE SANDUNG GARA-GARA KAMU INJEK!!!!!"

SERIBU HADITS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang