|| Episode 13 ❄️🦇

1.9K 275 27
                                    

~~~❄️❄️❄️~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~❄️❄️❄️~~~

Seorang petani terlihat sedang memanen sayuran di kebunnya. Dari balik semak-semak, ia melihat pergerakkan aneh seolah sesuatu sedang mengintainya dari sana. Ia sempat memperhatikan dan melempar batu, lalu melihat kain pakaian dari celah dedaunan.

"Siapa di sana?" tegurnya sambil memegang perkakas.

"Umh, ... Hanya seseorang," jawab suara lelaki muda dengan nada kikuk, lalu menyibak dedaunan yang menutupi wajahnya. Sepasang netra tajam tetapi tenang miliknya itu membuat si petani lalu menurunkan perkakasnya dan datang mendekat.

"Apa yang sedang kau lakukan di sana, anak muda?"

"Sebenarnya aku sedang berkeliling untuk mencari makanan," aku Noe.

"Mencari makanan? Apa kau seorang pengelana?"

Noe mengangguk lalu tersenyum ramah. "Ya. Aku dan temanku sedang melakukan perjalanan jauh dan kehabisan bekal makanan. Jadi, kemudian aku berkeliaran untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan."

Petani tua itu memperhatikan Noe sebentar, memandang dengan tatapan menelisik. Ia menyadari sesuatu ketika menajamkan penciumannya. Ia tahu Noe adalah seorang vampire, sama seperti istrinya. "Kebetulan aku sedang panen sayuran. Jika kau bersedia membantu, aku akan memberimu sebagian dari hasilnya."

~~~❄️❄️❄️~~~

Makhluk besar itu terus berguling-guling di tanah, mencakar rumput dan mengendus-ngendus sekelilingnya. Dibanding Vanitas, Nova nampaknya jauh merasa lebih bosan. Vanitas duduk menyandar ke pohon dengan wajah lemas, tak jarang mendengar gemuruh yang meledak-ledak dari dalam perutnya.

"Lapar sekali." Vanitas terus memandang ke arah Noe pergi, tetapi tak kunjung melihatnya kembali. Ia sudah cukup lama menunggu hingga matahari menjadi terlalu terik untuk berjalan di bawahnya. "Aku bisa mati jika terus begini," rintihnya lalu memaksakan diri bangkit dan menghampiri sungai. Setidaknya, ia harus mengatasi rasa hausnya terlebih dahulu.

Satu dua teguk air mengaliri tenggorokannya dengan deras. Vanitas melihat beberapa ikan berenang melintas dan mendadak merasa mual. "Sial! Kenapa kalian, hewan licin dan kotor ini harus muncul di dalam air yang baru saja kuminum?!"

Airnya memang terasa segar dan jernih, Vanitas tak begitu kesal atau terlalu menyesal karenanya. Sudah terlanjur, dan lagi pula, kemudian ia mendapat ide. Kenapa ia tak mencoba menangkap ikan dan menyantapnya selagi menunggu Noe pulang? Ia sudah tak mampu berdamai dengan rasa lapar lebih lama lagi.

"Baiklah ..." Vanitas menggulung lengan pakaian dan menurunkan kakinya ke dalam air. Kedua tangannya berjaga mengikuti beberapa ikan yang menjadi targetnya. Ikan-ikan itu tak terlalu besar, tetapi jika ia berhasil menangkap 4 atau 5 ekor saja, maka penderitaannya akan berkurang. Arus sungai biasanya semakin kencang ketika menjelang malam, tapi saat ini Vanitas sangat yakin bisa mendapat tangkapan melihat kondisi air dan sungai yang memungkinkannya bergerak bebas hingga ke tengah. "Ayolah, ikan manis," bujuk Vanitas pada satu ikan yang kini berada di bawah bayangannya. Ia bersiap menangkap dan melompat tinggi, mengira aksi itu adalah keputusan yang tepat. Namun, sebuah batu bergeser dari pijakkan dan menyeret tubuhnya jatuh ke kedalaman air.

The Prince and the Hunter ★NoeVan♥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang