|| Episode 10 ❄️🧛🏻‍♂️

3.2K 434 100
                                    

"Bersamamu ..."

——❄️❄️❄️——

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——❄️❄️❄️——

Awan putih berarak mengikuti arah angin di penghujung hari.

Senja yang datang bersama udara dingin membuat Noe mengerang resah dengan waktu yang berlalu sementara dirinya tak kunjung pulih. Noe masih terkapar di tempatnya terjatuh, tidak bisa bergerak.

Kondisi Vanitas yang belum juga tersadar membuat Noe berusaha lebih keras untuk sekedar mengangkat tangannya dan memeriksa kepala Vanitas, khawatir ia memiliki cedera yang tak terlihat.

"Vanitas?" Noe terus memanggil. Ia mengerahkan tenaganya untuk membalik badan, membuat Vanitas terguling ke samping. Kini, Noe bisa melihat wajah Vanitas dengan jelas.

"Vanitas?" Noe mengusap wajah Vanitas dan menepuk pipinya pelan. "Bangunlah, aku sudah kembali."

"Apa aku masih hidup?" tanya Vanitas dengan mata masih tertutup rapat. "Katakan, apakah aku berada di alam kematian?"

Noe tersenyum lalu menyeret tubuh Vanitas lebih rapat padanya. "Kau berada dalam pelukanku," jawabnya.

Vanitas membuka matanya dan tertegun kaget. "N-Noe?!" pekiknya. "Kau Noe?"

"Baru beberapa hari berpisah, kau sudah lupa dengan wajahku?"

Mata Vanitas memicing, lalu tiba-tiba, ia mencekik leher Noe.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku akan m-mem-bunuhmu!" ucap Vanitas sambil memperkuat cekikannya dengan tangan yang gemetar. Meksipun ia sudah bersusah payah, tapi Noe tidak terpengaruh sama sekali.

"Sial!" umpat Vanitas yang akhirnya menyerah. "Ini karena aku tidak makan dan minum selama beberapa hari, aku tidak punya tenaga lagi."

Sekarang Noe mengerti mengapa Vanitas kehilangan kesadarannya begitu lama. Jika saja Noe gagal melacak keberadaan Vanitas melalui aroma serta mendengar teriakan beberapa waktu lalu, mungkin saat ini ia sudah kehilangan Vanitas selamanya.

"Bagaimana kau bisa tergantung di atas pohon?" tanya Noe, tak habis pikir.

"Itu semua karenamu!" Vanitas menatap marah. Tetapi kemudian ia menyadari apa yang telah terjadi, Noe datang menyelamatkannya dan kini tengah terluka parah. Noda darah memenuhi pakaian serta wajahnya. Juga, ia terlihat tidak berdaya dengan tubuhnya sendiri. Hasratnya untuk meluapkan amarah kini tersapu oleh rasa iba.

"Kenapa kau pergi?"

"Aku, ..." Noe tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Apakah ia harus berkata jujur?

"Apa kau ... Membenciku?" tanya Vanitas. "Kau pergi karena lelah denganku?"

Noe terkesiap lalu segera menjawab, "Tidak! Sebenarnya, aku menc—"

The Prince and the Hunter ★NoeVan♥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang