|| Episode 16 ❄️🧛🏻‍♂️

1K 109 23
                                    

------❄️-------

"Noe! Noe!"

Tangan pucat itu melambai dari kejauhan, kedua kakinya berlari mendekat dengan senyuman ceria di wajah. Vanitas membawa bola saju di tangannya lalu melemparkannya pada Noe.

"Ahahahaha! Kena, kau!"

Dia membuat bola salju yang lebih besar, melemparnya lagi pada Noe dengan sekuat tenaga. Tawa indah itu kembali terdengar setelah berhasil mengacaukan penampilan Noe untuk yang kesekian kalinya.

"Kau payah! Ayo balas aku," tantangnya lalu bersembunyi di balik pohon. "Tapi jangan terlalu besar, itu akan sangat menyakitkan."

Noe meraup gumpalan salju dengan tangannya untuk membentuknya menjadi bola, namun ketika ia melihat ke arah Vanitas, pemandangan di sana telah berubah. Bukan lagi hutan bersalju yang tenang, tetapi tanah kering dan semua pohon yang mati.

"Vanitas?" Noe memanggil. Ia berjalan menyusuri pepohonan yang rantingnya berjatuhan dan keringnya daratan seperti kemarau panjang.

"Vanitas, di mana kau?"

Noe membeku ketika tiba-tiba sepasang tangan meraihnya dari belakang, memeluk perlahan. Dari wangi dan ukuran tubuhnya, itu adalah Vanitas.

"Aku tidak apa-apa, Noe. Aku di sini."

Noe memegangi tangan Vanitas dan mencoba berbalik badan, namun tangan Vanitas menahan untuk mempertahankan posisi itu.

"Jangan melihat wajahku, lihat lah ke depan."

"Kenapa?"

"Terus lah berjalan dan jangan mencariku, karena aku sudah pasti ada di belakangmu. Aku selalu bersamamu ...."

Kedua mata Noe perlahan terbuka, sementara bibirnya bergerak perlahan mencoba memanggil sebuah nama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua mata Noe perlahan terbuka, sementara bibirnya bergerak perlahan mencoba memanggil sebuah nama. Tetapi tubuhnya terasa begitu lemah, begitu sulit untuk dirasakan. Ia terbaring dengan keadaan setengah sadar, di sebuah goa dan perapian yang menyala remang-remang.

"Oh, anak muda yang malang. Kau sudah sadar?"

Suara pria tua memancing pendengaran Noe pulih. Kemudian, matanya mulai mampu menjabarkan apa yang tampil di hadapannya.

"Jangan paksakan dirimu, pelan-pelan saja."

"Va ... Vani ..."

Pria tua itu mengusap bahu Noe dan berkata, "Kau telah berusaha keras. Aku ingin membantumu sebaik mungkin."

Noe mengerahkan tenaganya untuk bangkit, lalu melihat Vanitas dalam balutan jubah hitam terbaring di dekat perapian. Noe menyeret tubuhnya jatuh menghampiri Vanitas, dengan cepat memeluknya dengan wajah penuh trauma.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Prince and the Hunter ★NoeVan♥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang