Nanase - Lengah

1 0 0
                                    

Pertempuranku berakhir.

Aku tidak mengira akan memakan waktu terlalu lama untuk mengalahkan 1 pria dan 1 wanita.

Perlawanan mereka sangat mengesankan, meskipun diawal mereka meremehkanku dan bermain-main denganku.

Pada akhirnya mereka serius dan aku mau tidak mau harus mengeluarkan setengah kemampuanku untuk mengalahkan mereka.

Itu sedikit menghibur bagiku, dan temanku ini sangat senang mendapatkan darah segar dari mereka.

Lalu, saat aku menatap ke atas. Langit kelabu terlihat sangat jelas, dan angin berembus dengan kencangnya.

"Uh, dinginnya... Apa kau tidak merasa dingin, Lin?"

"Apa itu perlu kujawab, Nanase?"

"Mou, jangan begitu donk, Lin...!"

"Mau bagaimana lagi. Dalam bentukku yang sekarang, aku tidak dapat merasakan apa yang kamu rasakan, Nanase. Seharusnya kamu tahu itu, bukan?"

"Ya, kamu benar, Lin. Maaf aku bertanya hal yang konyol kepadamu."

"Tidak perlu meminta maaf kepadaku, Nanase. Kamu tidak salah."

Aku menunduk meminta maaf kepada Lin, dan dia tidak mempermasalahkannya.

"Nanase, apa kamu merasakannya?"

"Ya, angin perubahan akan segera terjadi."

Benar ketika aku selesai mengatakannya, aku merasakan ledakan sihir yang tidak biasa dari tengah kota. 

"Ledakan sihir ini sangat familiar sekali, tapi aku tidak bisa mengingatnya. Apa kamu tahu, Lin?"

"Ledakan sihir itu milik, Lean. Dan sihirnya secara bertahap meningkat dengan tidak biasanya."

"Eh, milik Nona Lean? Hump, ini tidak boleh."

Sesaat aku terkejut mendengarnya, tapi dengan cepat aku menghilangkan keterkejutanku itu.

"Lin, kamu tahu alasan meledaknya sihir Nona Lean?"

"Aku tidak sepenuhnya tahu, tapi aku dapat menebaknya, itu adalah apa hal yang sangat penting baginya yang hilang darinya, dan karena itu ledakan sihir terjadi."

"Begitu ya, aku mengerti. Apa kita dapat kesana dengan cepat?"

"Bisa saja. Tapi bukannya menunggu yang lainnya adalah pilihan yang tepat?"

"Tidak. Aku ragu akan pilihan itu. Ledakan sihirnya secara perlahan akan meningkat setiap detiknya, dan setiap detiknya kerusakan akibat ledakan sihirnya akan menghancurkan sekitarnya jika itu tidak terkendali. Jadi pilihan terbaiknya, kita akan menghentikannya sekarang."

"Huft, baiklah."

Meskipun dia sedikit mempertimbangkannya, tapi dia menyetujuinya.

"Lin, aktifkan sihir pembelah jarak."

"Dimengerti!"

Lalu, aku menebas ruang kosong di depanku. Kemudian celah terbuka disana, memperlihatkan sosok yang familiar dengan ekspresi putus'asa dan amarah yang sangat besar.

"Mari pergi."

"Ya, tung..."

Ketika aku akan memasuki celah tersebut, wajah Nona Lean menatapku, bersamaan aku merasakan sihir besar mengarah kepada kami.

Dengan cepat aku menghindari serangan tiba-tibanya, tapi aku terkena sedikit serangannya di bahuku.

"Nanase, apa kau baik-baik saja?!"

"Tidak perlu khawatir, Lin. Ini hanya sedikit serangan kecil, tapi..."

Tangan Nona Lean bergerak ke atas, melihat itu entah mengapa serangan sekecil itu sangat menyakitkan dan seolah bergerak seperti apa yang dia lakukan.

"Jangan-jangan..."

Lukaku yang mulanya kecil, perlahan melebar mengikuti pergerakan tangan Nona Lean.

Ini tidak baik, jika ini terus berlangsung, aku takut akan semakin memperbesar luka yang kuterima.

"Lin, matikan sihir pembelah jarak!"

"Dimengerti, Nanase!"

Mengonfirmasi perkataanku, Lin dengan cepat menutup celah yang telah kubuat sebelumnya.

Setelahnya, luka yang kuterima berhenti ketika celah yang telah kubuat menutup.

Seperti dugaanku, serangan awalnya tidak berdampak besar, tapi jika dibiarkan akan sangat merugikan sekali untukku. Untungnya dengan cepat aku menyadarinya, atau aku akan berakhir tumbang dengan sekali serang.

"Nee, Lin. Apa kau tahu sihir apa barusan itu?"

"Aku tidak tahu, tapi sihir miliknya barusan seperti sihir korosi. Namun itu sedikit berbeda dari kelihatannya."

"Begitu ya.. Sepertinya aku harus berhati-hati agar tidak terkena serangannya itu, tapi yang tidak kupahami adalah serangannya sama sekali tidak diketahui. Serangan miliknya sangat cepat dan tepat, terlebih dia tahu akan kedatanganku yang mana seharusnya dia tidak akan menyadarinya sebelum aku telah melewati celah itu."

"Sepertinya itu adalah tindakan bertahan secara otomatis ketika mendeteksi kedatangan seseorang dalam radius tertentu, dan alasan mengapa dia tahu akan kedatanganmu adalah celah yang telah kamu buat telah memasuki radiusnya."

Dari penjelasan Lin, aku memahami mekanisme serangan barusan. Ternyata tidak terlalu sulit untuk memahaminya.

Jika apa yang dikatakan benar, maka aku akan membuat celah yang cukup jauh dari posisi Nona sekarang.

Tapi sebeleum itu, aku harus menyembuhkan luka yang kuterima barusan.

Setelah selesai dalam beberapa detik, aku mulai melakukannya lagi.

"Pembelah jarak!"

Ketika celah telah terbuka, aku memasuki celah tersebut dan berpindah dari tempatku semula.

Pemandangan pertama yang kulihat disana adalah kehancuran total, tidak ada puing, yang tersisa hanyalah tanah kosong sepanjang mata memandang.

Benar-benar pemandangan yang mengerikan untuk disaksikan.

"Dalam beberapa detik setelah ledakan terjadi, ini adalah hasil yang diterima. Sungguh mengerikan."

Aku setuju dengan perkataan Lin, meskipun dia tidak dapat melihat dengan matanya sendiri, tapi dia dapat melihatnya melalui mataku.

"Inilah mengapa aku tidak ingin menunggu yang lainnya, semakin lama waktu terbuang hasil yang tercipta akan semakin mengerikan. Namun, entah mengapa aku merasakan hal aneh setelah kita sampai disini."

"Benar apa yang kamu katakan, Nanase. Semuanya terlihat sepi dan sunyi, seolah ini adalah tempat yang diciptakan khusus untuk seseorang."

Jika apa yang dikatakan Lin benar, maka ini adalah... Gawat!"

"Ugh!!!"

"Nanase!!!"

Ketika aku menyadarinya, tangan seseorang telah menembus dadaku tanpa kusadari darimana itu datang. Tangan putih transparan terselimuti oleh darahku, pemandangan semulanya jelas perlahan memudar.

"Se-sepertinya aku lupa, kamu, Nona Lean, kamu adalah pengguna sihir Ruang dan Waktu... Ah, aku melupakan hal yang penting, lengahnya diriku."

Nona Lean mencabut tangannya dari tubuhku, lalu memelukku dengan lembut.

"Terima kasih, Nanase."

Setelah mendengar perkataannya,  entah mengapa aku sangat mengantuk. Lalu, tanpa dapat menahannya lebih lama, aku menutup mataku bersamaan dengan tubuhku yang terjatuh.

"Nanase!!! Nanase!!! Nanase!!!"

Teriakan Lin bergema di dalam kepalaku, tapi aku benar-benar tidak dapat membalasnnya.



Sword Revenge : Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang