*Tik. Tok. Tik. Tok.*
Suara jam dinding merusak kesunyian yang terjadi ini.
Di ruangan bawah tanah, di pusat kota.Tidak ada suara lain selain suara jam dinding itu, seolah jam dinding itu mewakiliku untuk memecahkan kesunyian ini.
"Apa ini ada artinya, huh?"
Aku mulai merasa bosan dengan keadaan ini.
"Lebih baik, aku pergi dari sini. Tidak ada gunanya berlama-lama dengan suara jam dinding ini."
Saat aku mengambil langkah beberapa, terdengar suara langkah milik orang lain mendekat ke tempat ini.
Sedikit berat, berantakan, dan tergesa-gesa langkah kaki itu mendekat.
Langkah itu semakin dan semakin mendekat, lalu pintu terbuka, dan memperlihatkan pemilik langkah kaki itu.
"Huh, sepertinya kamu datang disaat yang tepat. Jika telat beberapa detik saja, maka kamu akan mendapatkan kekosongan disini."
Aku mengatakan itu dengan sedikit nada jengkel dan kesal.
"...."
Tapi, dia tidak menanggapi perkataanku dan dengan tergesa-gesa melewatiku, kemudian duduk di sofa dengan sedikit gelisah.
Mengapa? Apa yang sebenarnya terjadi kepadanya? Apakah ada masalah serius yang terjadi?
Dalam pikiranku terdapat pertanyaan itu, tapi dengan segera aku menghilangkan pertanyaan itu, lalu dengan tenang berjalan ke arahnya, dan duduk berhadapan dengannya.
"Tidak biasanya aku melihatmu seperti ini. Apakah ada masalah serius yang telah terjadi?"
Aku memulai pembicaraan ini, tapi untuk beberapa waktu dia hanya terdiam dan seolah sedang mencari sesuatu dariku dengan ekspresi gelisah.
"Huh, aku bisa menebaknya dengan melihat ekspresimu saat ini."
Seolah menyadari bahwa nada bicaraku sedikit kesal, matanya menatap mataku, lalu menatap ke bawah setelahnya dengan gemetar.
Lalu, aku menghela nafas ringan dan berkata.
"Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku bisa menebaknya. Namun, lebih baik kamu katakan secara langsung daripada aku menebaknya yang tidak sepenuhnya benar, bukan? Jadi, untuk menghindari kesalahpahaman antara kita, segeralah bicara, atau aku kan pergi dari sini?!"
Dengan sedikit ancaman kecil, sudut bibirnya sedikit bergetar.
Kemudian, dengan segera dia membicarakan segalanya tanpa sedikitpun kebohongan disana.
"Sepertinya ini masalah yang serius, bukan?"
Dia mengangguk dengan sedikit lega tapi perasaan gelisah semakin meningkat.
"Tenang. Semuanya akan selesai sebentar lagi. Lalu kamu bisa melakukan apa pun yang kamu sukai, juga kamu bisa beristirahat dengan tenang setelahnya."
Perlahan kegelisahanya mulai menghilang. Itu bisa dilihat dari cara dia mulai mengatur pernafasannya yang sebelumnya berat.
Bersamaan dengan itu, secara tak terduga aku mengeluarkan senyuman ketika aku berdiri dari sofa. Kemudian, dengan cepat dan tidak terduga darah segar keluar dari mulutnya.
"Apa aku akan berkata seperti itu setelah mendengar semua perkataanmu barusan? Apakah ini sebuah lelucon?!"
Aku menatapnya dengan dingin, dengan sebuah pedang tertanam di dadanya. Dan berkata dengan sinis.
"Oh, betapa malangnya dan bodohnya dirimu... Tidak mengetahui bahwa hal ini akan terjadi setelah kamu mengatakan segalanya, bukan? Menyedihkannya."
Meski dia tidak mengetahui mengapa aku melakukan ini, tapi siapa yang peduli, bukan?
Ekspresinya yang sekarang sangatlah luar biasa dan menarik.
Terlihat sangat putus asa dan menyedihkan secara bersamaan. Sungguh, indah untuk dilihat, membuat jantungku berdegup dengan kencang.Bukankah akan sangat mengecewakan bila hal ini sampai dilewatkan?
Ya, itu benar.
"Mengapa aku melakukan ini? Bukannya sudah jelas, bahwa kamu adalah targetku. Jadi pilihan terbaik adalah menusukmu sesegera mungkin sebelum kamu pergi dari tempat ini."
Setelah mengatakan itu, aku menghilangkan ilusi pada diriku. Dan memperlihatkan diriku yang sebenarnya.
Seketika ekspresinya berubah menjadi semakin dan semakin lebih menarik dan lebih menarik lagi dari sebelumnya.
Tapi ini sangat membosankan sekarang. Ekspresinya itu bahkan tidak bertahan selama 1 detik setelahnya.
Lalu, apa yang aku lakukan selanjutnya? Bukannya sekarang ini dia sedang mencoba menyembuhkan dirinya sendiri dengan sihirnya? Juga, dia berusaha menyerang balik dengan sihirnya?
Sayangnya, usahanya sia-sia. Sihir penyembuh dan sihir penyerangnya, keduanya sama-sama sangat lambat dan lemah. Juga meski aku membiarkan dia menyelesaikannya, tidak akan ada perubahan yang berarti ke depannya.
Maka dari itu, pilihan terbaiknya adalah aku mengakhiri penderitaannya saat ini. Dia juga sudah terlalu cukup menerima rasa sakit selama ini. Sudah waktunya mengakhirinya.
Tidak baik bagiku terlalu lama disini. Atau aku akan tetap disini dan menghilang bersama dengannya?
Ah, tentunya saat ini bukan waktu yang tepat untuk pergi bersamanya. Karena rencana selanjutnya sedang menungguku dan aku ingin melihat masa depan seperti apa yang akan Dia dapatkan.
Aku sangat menantikan hari itu tiba.
Baik, baik, baik. Ini sudah waktunya.
"Sudah cukup! Waktunya mengatakan selamat tinggal dan beristirahatlah di neraka bersama mereka."
Tanpa ragu, aku mengarahkan senjata lain yang berada di tangan kiriku, lalu aku menekan pelatuk, kemudian tanpa suara dan tanpa ada tanda-tanda peluru keluar. Seluruh tubuhnya hancur dan berserakan dimana-mana. Tidak hanya itu, darahnya mengenai pakaian dan wajahku.
"Seharusnya kamu sudah tahu akan tindakanku ini, tapi mengapa kamu tidak mencoba untuk menghindari maupun menghentikan sebelum aku melakukannya. Seolah kamu memang ingin mati dari awal. Cih, betapa bodoh dan menyedihkan dirimu itu! "
Dengan nada merendahkan dan sedikit kesal, aku menatap tempat dimana tubuhnya hancur berantakan, bersamaan keluarnya senyum kosong.
Setelah selesai, aku berbalik. Lalu secara otomatis, seluruh pakaian dan wajahku bersih dari darahnya. Kemudian berjalan pergi dari tempat ini, dengan perasaan muak, sedih, dan kesal secara bersamaan.
Namun, dalam hitungan detik aku mengubahnya dan mulai bersenandung riang sepanjang perjalanan meninggalkan tempat ini, sebelum tempat ini berubah menjadi bebatuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword Revenge : Random Story
FantasíaCerita acak setelah kekacauan akibat keluarga Arion dan apa yang akan terjadi di masa depan. Setiap cerita akan dibawakan oleh berbagai orang yang terlibat oleh semuanya, tidak terkecuali.