Bab 12 ♛ Elno Sarega?

50 11 0
                                    

Gak dipikir, kepikiran. Dipikirin juga gak guna. – Beauty and the Poor




Mentari terbahak ketika menonton aksi Kesya yang memonyongkan bibir meniru kata demi kata yang keluar dari mulut mantan sahabat-sahabatnya.

“Ih, kayak ikan lohan,” ejek Mentari.

“Bukan mirip gue, tapi mereka,” balas Kesya sedikit keras. Baru juga sekali dikirim hadiah sama pihak Dioor gayanya udah seluas angkasa. Mereka gak ingat sama kadonya dulu, kali ya. Akan ada beberapa barang dari merk ternama untuk Miss Kesya Princessa.

“Emang dapat kado dari high brand berarti banget, ya, buat orang kaya?” tanya Mentari.

Kesya mengangguk, kemudian menggeleng, tidak yakin dengan jawabannya nanti. “Gak semua orang yang beli barang dari brand gede kek Dioor, Kendi, atau lainnya bakalan dapat kado. Lo harus habisin puluhan milyar dulu buat sekali belanja, dan lo harus berturut-turut belinya.”

Mentari ingin menangis rasanya, membayangkan uang bermilyaran itu hanya untuk membeli satu buah tas rasanya, ah…menyakitkan. Kalau dibelikan es dawet pasti dia udah bisa renang pakek dawet itu.

“Selamat pagi anak-anak, silahkan buka latihan soal tentang Hukum Kekekalan Energi. Yang tidak membawa buku, silahkan pinjam ke perpustakaan.”

Dilain tempat Reyn dan Elno diam saja melihat Revan mengganggu Puput, niat Elno tadi adalah menolong gadis itu, akan tetapi ia ditahan Reyn. Karena cowok itu bilang, ingin melihat perlawanan Puput.

“Baru juga gue yang ambil bando punya lo, bukan temen-temen gue yang jauh lebih sadis,” terang Revan sambil memainkan bando kain milik Puput.

“T-tapi, kalian sama aja,” cicit Puput.

Revan menggeleng. “Kalo temen-temen gue, mereka pasti bakal buang benda dekil ini ke tempat sampah.”

Reyn kemudian mendekati Puput, ia mengalungkan bando tersebut ke leher gadis itu.

“Lo, mau a-apa?” Puput panik. Ikatan itu makin terasa di lehernya.

“Kalo gue sendirian yang disuruh bully orang. Gue gak akan segan-segan mainin orang itu kayak kelinci percobaan,” bisik Revan. Bibirnya menyeringai lebar menyeramkan saat tahu Reyn dan Elno memperhatikan dari jauh, setelah itu tangannya meremas pundak Puput yang gemetar ketakutan.

“Jangan,” pinta Puput seraya menahan tangan Revan.

“Pfft…gue cuman bercanda, Bego. Ah, serius banget lo.” Revan terkekeh puas. Ia menyelentik dahi Puput hingga gadis ini mengaduh sakit sambil mengusap dahi.

Reyn datang dan menjauhkan tangan Revan yang masih bertengger di bahu Puput, anak orang gemetar ketakutan malah ketawa kayak orang gila.

“Lain kali tampar aja, Put,” saran Reyn.

“Woah, santai….” Revan menepuk punggug Reyn. “Suka lo sama ini cewek?”

Reyn bersungut, memangnya kalau mau menolong harus suka dulu sama korbannya dulu?

Sementara itu, tangan Elno menarik Puput agar berdiri di sampingnya.

“Berhenti ganggu murid beasiswa.”

“Yang penting gue gak ngusik lo, ‘kan? Jadi jangan ikut campur sama kesenangan orang,” jawab Revan menarik kembali Puput dalam cengkramannya.

Reyn menoyor kepala Revan, “gue punya aib lo waktu bocah dulu, ye! Jangan aneh-aneh sekarang.”

Gantian Reyn yang menarik Puput agar pergi dari tempat ini.

Elno dan Revan cengo ditinggal berdua, mana status mereka adalah rival. Keduanya akhirnya ikut pergi sambil melengos enggan menatap satu sama lain.

Beauty and The PoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang