Bab 14 ♛ Work Hard

47 8 0
                                    

Hai♛, aku harap kalian menikmati cerita ini. Jangan lupa vote dan komen selama membaca, vote dan komen kamu sangat berarti buat aku💕

Follow juga wp (namecodes) dan Instagram (xxcodesname)
--------------------------------------

Cari uang berjam-jam Eh, habisinya gak sampek satu jam Kelakuan siapa itu? - Beauty & the Poor.




"Pesenan meja Sepuluh, jangan sampek tumpah."

"Nanti yang sapu lantainya gue? Ada jadwal piketnya, gak?" tanya Kesya ke Doni.

"Mau lo sapu apa gak, bukan urusan gue."

A-n-j-i-n-g. Dia hanya bertanya, kenapa balasannya ngajak gelud?! Sabar, dia masih anak baru, gak boleh neko-neko, gaji belum masuk kantong, masa udah dipecat aja.

"Kes, gak boleh bengong lama-lama," bisik Arta kemudian melanjutkan pekerjaannya mencatat pesanan.

Hal itu tidal luput dari pandangan Elno dan Adit yang berada di balik kasir. Kesya menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir hal tidak berguna dalam pikirannya.

"Selamat datang di kafe Pelangi, silahkan diihat buku menunya, lalu sebutkan pesanan Anda," ucap Elno dengan nada lembut dan sedikit menunduk sopan, menyambut tiga orang yang sudah tidak asing dimatanya.

Mantan sahabat Kesya, sepertinya mereka masih belum sadar kalau yang melayani adalah cowok yang suka mereka hina. Karena selain memakai apron, pegawai juga mengenakan topi.

"Dessertnya mahal gak kayak kafe sebelah," ujar Yena membandingkan.

"Nasi goreng ajalah, sama jus jeruk," saran Lintang.

Senjana masih membolak-balikkan halaman menu. "Kalo ada Kesya kita gak bakalan pertimbangin harga."

Elno tersenyum miring, "baik, apa kalian sudah selesai menentukan pesanan?" tanyanya dengan suara tegas seperti biasanya.

"Elno?" tunjuk Senjana kepadanya, terkejut. Yena dan Lintang juga ikutan mendongak, melihatnya lebih teliti.

"Peraturan kafe, jika sudah memasuki area indoor dan duduk, dimohon untuk segera memesan. Batas waktu lima menit menentukan pesanan, kalau tidak memesan, silahkan cari kafe lain," jelas Elno, seraya menunjuk papan hitam yang terdapat tulisan kapur peraturan pembeli dan karyawan.

"Nasi goreng seafood pedes Tiga, minumnya Choco oreo Tiga," ucap Yena.

"Jadi karyawan songong banget." Imbuhnya kepada Elno.

"Terima kasih sudah memesan, mohon di tunggu." Elno memutar bola matanya setelah pergi dari bangku tiga gadis itu.

Memasuki dapur dan menyebutkan isi catatan yang dia bawa sekaligus menyobeknya kemudian ditempelkan ke whiteboard. Berjaga-jaga agar juru masak tidak lupa pesanannya. Ia lalu melihat Kesya yang berusaha membawa nampan berisi dua mangkok seblak dan dua minuman gelas panjang.

"Kalo sulit minumnya turunin dulu, anter gantian, gak ada yang marahin. Daripada nanti tumpah, soalnya lo belom terbiasa bawa ginian," tutur Elno.

Nasehat itu tentu direspon baik oleh Kesya, ia langsung menaruh kembali nampannya di meja, menyisihkan minumannya dan tinggal dua mangkok seblak di nampannya.

"Thanks." Elno mengangguk, melihat gadis itu berkeringat karena hawa panas dapur ia merasa bangga dan khawatir. Bangga karena kerja keras Kesya juga khawatir kalau gadis itu terlalu lelah.

"Choco oreo siap diantar, nasi gorengnya bentar lagi," ujar Putra diangguki Elno.

Elno kembali ke meja para mantan sahabat Kesya, "choco oreo Tiga, nasi gorengnya sedang dalam proses."

Beauty and The PoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang