Bab 15 ♛ Eye's Cant Lie

46 9 0
                                    

Happy reading, Om, Tante, Kakak, Dedek, Kakek, Nenek♛ jangan lupa klik bintang dan komen yah💕

Follow wattpad aku (namecodes) sama Instagram (xxcodesname)
Thank you!
-------------------------------------


Masa remajaku bukan hanya tentang kamu Tetapi juga tentang masa depanku.Beauty & the Poor



“DEMI APA?” Reyn heboh ketika Elno menceritakan kalau dia akan mengikuti Olimpiade. “Ya ampun, gue doain lo menang. Nanti kita kuliah sama-sama di Universitas Mahkota.”

Universitas yang pemiliknya sama dengan pemilik SMA Mahkota. Universitas yang terkenal karena fasilitas, serta lulusannya kebanyakan mudah mendapatkan pekerjaan karena sudah mendapat jaminan, lulus langsung kerja! Yang susah adalah, masuk dan menjadi mahasiswa di kampus itu, selain biaya otak pintar juga harus tersedia.

“Lo gak ke Luar Negeri?” tanya Elno, cukup kaget karena seorang anak seperti Reyn yang notabene pintar dan kaya akan menetap di Negara ini.

“Nggaklah, males. Eh, nggak tau juga, sih.” Reyn menggaruk tengkuknya. “Yang penting sekarang, lo harus belajar, tapi jangan keras-keras, nanti stress.”

“Makasih,” ucap Elno atas perhatian teman satu bangkunya itu.

Suara langkah kaki terdengar dari luar kelas, disusul suara teriakan heboh membuat anak kelas ikutan keluar menyaksikan apa yang tengah terjadi.

“Itu, ada cewek yang mau nembak Revan di lapangan.” Jelas anak kelas lain setelah ditanya.

Reyn dan Elno bergegas menuju lapangan, belum ada sejarahnya ada cewek yang berani berhadapan dengan bad boy satu itu, apalagi menyatakan cinta di depan umum.

“Puspita? Itu Puput, El.” Reyn menunjuk satu objek dengan terkejut.

Gadis itu sedang menekuk satu lutut dan tangannya memegang bunga, terlihat juga Revan tengah bersedekap memandang Puput.

“Mau apa?” tanya Revan pura-pura tidak tahu niat Puput. “Cepetan, gue gak mau sia-siain waktu cuman buat berdiri di sini.”

“Revan, lo mau ja-jadi pacar gue?”

Seluruh penonton bersorak, menuntut Revan agar segera menjawab. Revan sendiri malah memijat pangkal hidungnya, kalau dalam film yang mamanya tonton si pembully yang jatuh cinta ke korban. Kenapa ini malah korban yang jatuh cinta ke pembully?

“Gak bisa,” balasnya.

Puput menggigit bibir bawahnya, sebenarnya ia sudah menduga dari awal kalau resiko penolakan sangat besar.

“Gue gak cinta sama lo,” lanjut Revan yang makin membuat Puput bersedih, terlihat dari matanya yang berkaca-kaca. “Tapi kalo lo mau ngajarin gue apa itu cinta, gue mau aja, sih.”

“Hah?” Bukan hanya Puput yang kurang paham dengan jawaban Revan, tetapi semua orang. “Ajarin gue jadi pacar lo, dasar Bego.”

Senyum canggung seketika merekah di bibir Puput, ia lalu menodongkan bunga yang dia pegang agar diterima Revan.

“REVAN, BAWA CEWEK BARUMU KE RUANG BK. YANG LAINNYA BUBAR.”

Kini pasangan baru itu mendekam di ruang BK, yang cowok biasa saja, yang cewek justru takut luar biasa, karena baru pertama kali berurusan dengan BK.

“Saya juga pernah muda, tapi tidak alay seperti kalian,” komentar Guru BK perempuan, sembari ngomel ia juga akan memberikan hukuman karena membuat kericuhan. “Gak ada yang melarang kalian jatuh cinta pas SMA, yang salah itu apa yang kalian lakukan saat jatuh cinta. Nembak di depan umum kayak tadi itu maksudnya biar keren, berkesan, atau gimana? Itu gak baik, kalian masih SMA, apalagi yang nembak perempuan.”

Beauty and The PoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang