Hai, selamat membaca Bab 17, jangan lupa buat vote dan komen, ya♛
Follow juga akun wattpad (namecodes) dan Instagram (xxcodesname)
Thank you!
------------------------------------Seburuk apapun keluargamu, dia tetaplah keluargamu. Maka, apakah kalimat tersebut berlaku truntuk teman atau sahabatmu? – Beauty & the Poor.
“Sampek kapan kalian kucing-kucingan sama perasaan kalian sendiri?” tanya Mentari.
Memang, ya, insting seorang teman baik itu tidak pernah salah. Apa karena saking seringnya mereka bersama-sama, maka secara tidak langsung hati, perilaku, dan pikiran menyatu? Yang awalnya Mentari pendiam kini jadi cerewet, tadinya Kesya suka gak fokus dengerin penjelasan Guru kini jadi lebih serius pas pelajaran.
Entahlah, memikirkan jawaban dari pertanyaan Mentari ternyata begitu susah.
“Kalo jawabannya gak tau, gue jamin sampek kedepannya lo gak akan yakin sama perasaan lo sendiri,” imbuh Mentari.
Kesya menatapnya sinis, “emang kalo gue udah percaya sama perasaan dan diri gue sendiri. Habis itu gue ngapain?” tanyanya menantang.
“Persiapan fisik dan mental udah oke, tinggal jedor, lah. Gitu aja susah.”
Hm, dia berbicara seenak udelnya.
“Mentari,” panggil Kesya.
“Apa?” Mentari sontak membenarkan tempat duduknya, menghadap Kesya.
Gadis itu menunjuk dirinya sendiri. “Gue cewek,” jelas Kesya.
Mentari mengerutkan kening, “ya, terus? Siapa bilang lo cowok.”
Mendengar jawaban Mentari, Kesya langsung menjentikkan jarinya. “Nah, lo tau gue cewek. Kenapa malah nyuruh gue nembak dia duluan, ‘kan harusnya cewek itu dikejar kayak maling.”
“Halah, zaman sekarang udah banyak yang kebalik aturannya. Cewek ngejar cowok, udah biasa….” Mentari mengibaskan tangannya, seolah menggambarkan zaman sekarang itu apapun bisa kamu lakukan asal kamu nekat. Ya, seperti itulah.
“Masa gitu?” tanya Kesya tidak yakin. “Buktinya mana?”
Mentari mengangguk antusias. “Ada…nih, gue tunjukin salah satu cerita dimana ada cewek yang ngejar-ngejar cowoknya. Endingnya mereka bersatu dan bahagia, judulnya DAMON.”
Judulnya Damon? Tunggu sebentar, seperti ada yang salah.
“Mentari…gue mau bukti nyata, bukan fiksi!”
“Nggak papa, lah. Itu artinya sebagian besar manusia udah memaklumi adanya cewek ngejar cowok, meski gak wajar. Contohnya ngejar cowok fiksi.” Mentari menaruh telunjuk dan ibu jarinya di dagu, ia berpikir. “Misalnya lo beneran ngejar Elno, lo mau gunain teknik yang gimana?”
Kesya mengulum bibirnya agar tidak keblablasan menyumpah serapahi teman sebangkunya itu. “Teknik kayang,” jawabnya ngawur. Kemudian Kesya merasakan bahunya ditepuk Mentari beberapa kali.
“Mari gue ajari caranya mengejar dengan benar.”
“Nggak perlu,” tolak Kesya.
Sebab dirinya sudah dapat merasakan apa efek samping yang akan ditimbulkan jika menuruti Mentari, yaitu kesesatan.
•♛•
Elno terlalu fokus mendengarkan penjelasan Guru Sejarah, begitu juga dengan Reyn. Bedanya isi pikiran salah satu dari mereka tidak berada di kelas ini.
Tepatnya Elno, cowok itu meskipun melihat ke depan, tetapi pikirannya terlalu ribut memikirkan hari-hari yang akan datang. Kalau Kesya sudah meninggalkan rumahnya, apakah dia akan kesepian? Apakah beberapa hari ke depan ia berhasil mengusir monyet di hatinya? Bagaimana jika akhirnya mereka tidak bisa bersatu meski saling suka? Iya, pikirannya terlalu penuh memikirkan hal tak berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Poor
Jugendliteratur"Gimana kalo lo training gue jadi orang susah?" Kesya menuangkan idenya yang absurd. "Sinting, lo?" Elno seorang cowok miskin, hari-harinya tidak jauh dari kata bekerja, sekolah pun ia mendapat beasiswa atas kepintarannya. Hingga suatu hari dirinya...