prolog.

1.1K 121 16
                                    

Namaku Kim Min A, gadis berusia 28 tahun dan sedang mengalami quarter life crisis dan mencari jati diriku. Keseharianku di kantor cukup membuat kepalaku pusing setelah jam kerja berakhir. Aku menjabat sebagai pemimpin divisi di Seoul Bank, dan aku cukup memiliki network yang luas dengan orang-orang yang berjabatan tinggi dan kaya karena pekerjaanku. Aku tidak punya pacar karena kesibukanku, tidak punya teman lawan jenis yang lagi dekat juga karena kesibukanku, tapi aku punya beberapa teman yang dengan senang hati menemaniku minum di malam hari.

Aku memasuki hotel bintang lima yang luar biasa mewah ini sendirian, di malam yang cukup sepi. Lalu, aku mencari letak restoran yang telah disewa oleh salah satu temanku yang berulang tahun, Cho Da Young.

Jiwa introvertku benar-benar bergetar. Aku tidak suka keramaian. Aku mencoba mencari Da Young yang sepertinya sedang asik berbicara dengan tamu lainnya. Kakiku terhenti. Aku melihat seorang pria yang sedang duduk menikmati waktunya sendiri di ruangan itu. Dia sedang membaca pesan di layar ponselnya dan nampaknya juga tidak peduli dengan keadaan sekitar.

"Chogiyo," tegurku sopan. "Boleh aku duduk disini?" ujarku menunjuk kursi kosong yang ada di sampingnya.

"Oh? Hmm. Silahkan," jawabnya dengan senyum simpul lalu kembali memperhatikan ponselnya lagi. Tapi ia kembali melirikku dari ekor matanya dengan tatapan yang aneh.

"Nugu...seyo?" tanyaku.

Aku bertanya padanya karena wajahnya terasa cukup familiar. Aku merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Laki-laki dengan rambut hitam beruban tersisir rapi ke belakang, lengkap dengan setelan jas mahal dan wajah yang—ah, serius? Setampan itukah dia?—itu menoleh ke arahku. Karismanya membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ehm. Aku Choi Mujin," jawabnya. "Apakah aku mengenalmu?"

"Tunggu," aku diam beberapa detik. Kenapa namanya nggak asing? "Tunggu... Kamu Choi Mujin, pemilik Liber Corporate itu? Eh, maaf. Semoga aku tidak salah orang."

Choi... Mu... Jin... Aku coba mengingat dimana pernah bertemu dengannya.

Oh! Aku ingat pernah mengobrol dengannya, mungkin sekitar 3 tahun yang lalu. Waktu itu kami sama-sama menghadiri sebuah acara resmi, hmm, dimana ya? Ah, aku lupa persisnya. Tapi disitu aku bertemu dan berkenalan dengannya. Aku bahkan pernah membantunya mengirim uang dalam jumlah yang sangat besar, antar negara dan dia butuh cepat. Cho Da Young juga yang mengenalkan aku kepadanya.

"Kamu tidak salah orang. Itu memang aku. Dan, kamu... Kim... Hmm... Kim? Tunggu," ia berpikir sebentar. "Lim? Min... A? Maaf jika aku salah orang."

"Tidak. Kamu benar. Hanya saja aku Kim Min A, bukan Lim Min A."

Pria tampan itu terkekeh. 

Uh. Dia benar-benar tampan.

"Oh, ternyata aku salah."

"Gwenchanayo. Beda satu huruf, tidak masalah," balasku enteng. "Dan... Sisi baiknya kita tidak benar-benar asing dengan satu sama lain."

"Ne, maja," jawabnya dengan sok dingin.

"Boleh aku duduk?"

"Oh. Silahkan. Maaf aku hampir lupa menawarkan," celetuknya.

Aku duduk dengan jarak yang sopan di sebelahnya, yang sedang menatapku. Sepertinya dia juga sedang mencoba mengingat-ingat wajahku.

"Kenapa sih?" tanyaku, sadar kalau matanya belum terlepas dari wajahku. Dia tertawa. Sepertinya dia terhibur dengan spontanitasku. "Ada yang aneh?"

"Haha... Tidak. Sama sekali tidak. Tapi aku sepertinya sudah mengingatmu. Dulu rambutmu masih pendek, dan cara kamu berpakaian juga berbeda. Tadi, aku tidak langsung mengenalimu," jawabnya dengan santai, lalu mengambil segelas champagne dan menyesapnya.

Seorang pramusaji lewat membawa sebuah tray berisi beberapa gelas champagne dan dia mengambilkan segelas untukku, tanpa memandang wajahku.

Hmm? Dia lucu juga.

•••

A/N
Hi readers,

Ini cerita yg udah cukup lama ada di draft gue. Gue publish aja yaa sebagai prolog. Nanti kalau inget, gue update lagi haha :P

See you next year!

Friends [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang