I.

574 157 10
                                    

Satu tahun kemudian...

"Aku terlambat!"

Seruku kencang, dan kebetulan saja membuat burung yang bertengger di depan jendelaku terbang.

Aku memegangi kepalaku yang pusing karena alkohol yang kuminum semalam, bersama seorang temanku—bukan, dia bukan sekedar teman, tapi dia, err, sahabat? Ya, sepertinya lebih pantas dikatakan begitu.

Siapa bilang wanita tidak bisa bersahabat dengan pria? Aku dan Choi Mujin buktinya. Sudah kurang lebih satu tahun kami berhubungan dekat, layaknya dua orang yang sudah kenal sejak sangat lama.

Memang, aku akui bukan hal yang mudah di awalnya untuk berteman dengan pria dingin dan ketus seperti Mujin. Tapi dibalik sifat dingin itu, ada sosok yang sangat peduli dan baik hati.

******

Flashback, satu tahun lalu...

Berawal dari malam dimana kami bertemu di acara ulang tahun seorang teman waktu itu, dan malam itu, aku pulang terlalu larut dan keadaanku tidak menjanjikan. Seperti biasa, kami semua minum alkohol seperti yang dilakukan orang-orang di pesta. Dan aku kesini menaiki sebuah taksi.

Aku cukup gelisah malam itu. Bolak balik mencari isi di tasku, dan terus mengutuk diriku yang meninggalkan charger ponselku di kantor. Aku menengok ke arah tangan yang terjulur di hadapanku.

"Aku tidak bermaksud ikut campur, tapi mungkin saja, mungkin saja, kamu butuh menghubungi seseorang," ujar pria dengan suara seberat tiang beton itu, sambil memalingkan wajahnya dengan angkuh, tapi menawarkan ponselnya kepadaku.

Mwo? Choi Mujin? Kupikir ia sudah meninggalkan tempat ini daritadi.

"Em... A-aku... Memang membutuhkan itu. Maaf, maksudku, a-aku meninggalkan charger ponselku di kantor."

"Sudah kuduga. Wanita muda sepertimu cenderung pelupa."

Apa maksudnya?!

"Hmm," ujung bibirku terangkat, mulai tertarik dengan caranya menyindirku. "Apa maksud dari perkataanmu tadi?"

"Kalian begitu banyak bekerja, tidak memiliki kehidupan yang santai, di usia muda begitu banyak pikiran yang menyita waktu. Kaum muda sepertimu terlalu cepat menjadi pikun."

Mworago?!

"Ya, jangan sembar—"

"Kau butuh atau tidak? Sebaiknya kau memperhatikan keselamatanmu karena ini sudah lewat jam 12 malam."

Akhirnya mata kami bertatapan dan rasanya tenggorokanku tidak bisa bersuara saat sorot mata tajam itu menatap mataku.

Aku menghela nafas kesal dan dengan terpaksa mengambil ponselnya. Sedikitnya aku melihatnya tersenyum sombong saat aku mengambil benda itu dari tangannya. Senyum puas dan sombong itu sangat menyebalkan menurutku di hari itu. Dia pasti pria yang sangat menyebalkan!

Setelah menghubungi servis supir jemput, aku mengembalikan ponsel milik pria angkuh itu kepada pemiliknya.

"Terimakasih," ucapku sambil buang muka.

"Kupikir kamu menghubungi temanmu?"

Mujin mengambil ponselnya dari tanganku dan memasukkannya ke kantong jasnya.

"Teman? Siapa yang mau menjemputku di jam 2 pagi? Aku tidak sepopuler itu."

"Hmm. Kalau begitu biar kuantar saja," ujarnya dengan datar. Wajahnya senantiasa dingin dan suaranya tidak menggambarkan emosi apapun.

"Tidak usah. Supirnya mungkin akan tiba 15 menit lagi," jawabku sambil meliriknya.

Ia hanya diam menatapku heran.

"Hmm, geundae, terimakasih atas tawarannya," lanjutku berusaha terdengar sopan.

"Kalau begitu biar anak buahku yang mengantarmu," ujarnya tetap bersikeras.

"Ya, aku baik-baik saja. Lagipula mengapa kamu tiba-tiba baik dan menawarkanku tumpangan?"

"Aku sudah seringkali melihat kejahatan yang dilakukan orang-orang tidak bertanggung jawab, terutama di malam hari. Percaya padaku. Aku tahu banyak hal."

Hmm, omongannya mungkin tidak sepenuhnya salah. Tapi aku jadi penasaran, kenapa dia bisa sering melihat kejahatan-kejahatan yang dilakukan orang lain?

"Kau tidak percaya padaku?" Mujin merogoh kantongnya dan melempar kunci mobilnya kepadaku. "Bawa saja mobilku. Lagipula anak buahku menungguku."

"Mwo? Ya, a-a-ku tidak mau. Aku t-tidak berani mengemudikan mobil orang lain pulang kerumahku," aku berjalan cepat mengembalikan kunci mobilnya ke tangannya. "Sudahlah, percaya saja malam ini tidak akan ada kejahatan yang terjadi."

Mujin menelepon nomor yang tadi kutekan, dan berbicara di ponselnya.

"Ne. Batalkan pesanan atas nama Kim Min A."

Ia langsung menutup kembali panggilan itu.

Hah, dia sudah gila?

"Anggaplah ini balasanku membantumu, karena kau dulu pernah membantuku. Ikut aku. Aku yang akan mengantarmu pulang malam ini."

******

A.N.
Kali ini ceritanya santai aja ya. Kyk mau yg lucu-lucu dan cinta-cintaan malah. Nggak mau yg terlalu ribet dan panjang-panjang. Aku cuma mau halu kok, guys 🤣

Oh iya ini updatenya iseng aja ya karena lagi pengen aja mikirin Mujin, udah lama bgt ga haluin dia 😭

Vote 100 baru lanjut ya. Kalo ga sampe ga lanjut.

Friends [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang