"Bisa cepat sedikit?" bisik Mujin di telingaku saat aku mencari kunci pintu rumahku setelah tertukar berkali-kali.
Aku terkikik pelan.
"Mianhae."
Akhirnya aku berhasil membuka pintu rumahku, dengan posisi Mujin menggendong kedua pahaku, dan kedua tanganku melingkar di lehernya. Bibirnya berada tepat di depan belahan payudaraku yang ia ciumi sambil kami berdua masuk ke dalam.
Brukk!
Punggungku menempel di tembok. Mujin sengaja mendorongku agar ia bisa membuka kancing blus-ku. Aku menatap wajah tampannya saat ia melakukannya. Jantungku berdetak sangat kencang, aku khawatir ia bisa mendengarnya.
"Kamu punya kondom?" tanyaku.
"Aniya. Aku tidak membawa kondom kemana-mana. Aku bukan pria murahan."
Aku menertawainya.
"Tentu saja kamu bukan pria murahan," cibirku, belum berhenti berciuman dengannya. "Aku juga tidak punya."
"Geuraeyo?"
Kami berdua terlihat sibuk berciuman sambil mengobrol.
"Lalu bagaimana?" tanyaku.
"Gwaenchana. Itu urusanku," ujarnya yang lalu menghisap bibir bawahku. "Belilah beberapa, untuk lain waktu."
"Hmm, arasseo."
Aku sungguh-sungguh tidak tahu kenapa aku bisa segampang itu mengiyakannya. Seolah-seolah ciumannya menghipnotisku.
Mujin menggendongku menuju sofa di ruang tamuku. Ia melepas kemejaku dari kedua tanganku lalu membuangnya ke lantai. Rambutnya turun menutupi dahinya. Ia memang terlihat manis saat rambutnya turun. Tapi Mujin dengan rambut rapi tertata tersisir ke atas-oh, Tuhan-kurasa dia layak disebut salah satu pria tertampan di dunia.
Aku mendesah ketika merasakan bibir dan lidahnya membasahi putingku.
"Mmmhh... Ahh."
"How's that?"
Aku menggigit bibirku.
"Tell me the things you like and you don't like," ujarnya sambil terus menciumi dadaku.
"Wae?" tanyaku yang kemudian disusul desahan.
"Hmmm?"
"Buat apa? Apakah kita akan melakukannya lagi?"
"Mungkin?"
"Ini tidak adil. Kamu menelanjangiku dan kamu masih berbaju lengkap. Minggir."
Aku menyingkirkan tangannya dari pinggangku dan melepas jas dan dasinya. Aku membiarkan kemejanya dengan kancing terbuka. Aku selalu tahu ia memiliki tattoo di dadanya, tapi baru kali ini aku melihatnya jelas dalam gambar yang utuh. Dada Mujin sempurna-kekar, bulat dan kencang.
Aku ini hidup di dunia macam apa? Bagaimana aku menjadi sangat terangsang kepada sahabatku sendiri?
"Mujin... Kita sedang apa?"
Saat ini kami berdua sudah hampir telanjang. Tinggal pakaian dalam yang tersisa. Mujin memposisikan tubuhku di atas tubuh atletisnya-harus kuakui dia sangat, sangat seksi. Tiga puluh kali lipat lebih seksi daripada pria-pria muda di luaran sana.
"Kita lakukan ini saja. Seks, tanpa ikatan apapun. Dua orang dewasa yang mencari kesenangan di tempat manapun tapi tidak menemukannya. Mari kita membuatnya menyenangkan, berdua."
"Kamu mau mati?"
"Aku ingin bersenang-senang denganmu!"
Aku tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends [Choi Mujin] - Completed
RomanceKetika sepasang teman dekat terikat dalam status hubungannya, yang kemudian berubah hingga membuat mereka terjebak dengan perasaan masing-masing. Main Character: Park Hee Soon as Choi Mujin You as Kim Min A