Dan hal gila itu terjadi lagi.
Mujin membuka bajuku, dan aku membuka bajunya. Semuanya kita lakukan tanpa pikir panjang. Kami hanya mau menikmati apa yang sedang terjadi, dan tubuh satu sama lain. Tidak bisa kupungkiri, seks adalah pelarian yang cocok untuk melepas stress dari keseharian yang cukup membuat wajah cepat keriput dan rambut cepat beruban.
"Ahh.. Yes...," aku membuang kepalaku ke belakang saat Mujin memasukkan miliknya yang keras, dengan posisiku di counter dapurku.
"Cium aku," pinta Mujin.
Ya, Mujin sangat suka berciuman sambil berhubungan badan. Itu bukan hal yang biasa kulakukan, tapi kami sudah sepakat dalam hal ini. Karena ia suka berciuman, aku pun jadi selalu menyimpan permen mint di dalam tasku.
"Kamu sudah membeli kondom?" tanyanya.
"Belum."
Mujin mengerang keenakan. Dia menyuruhku membeli kondom kemarin. Tapi tadi pagi aku pun berpikir untuk mencuekinya, boro-boro terpikir untuk membeli kondom.
"Arghh," erangnya. "Sial."
Ia melepaskan dirinya dari tubuhku dan beranjak ke sofa tempatnya membuang celananya tadi. Ia mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Apa itu? Terlihat seperti kondom. Ia lalu jalan mendekatiku lagi.
"Kamu membelinya?" tanyaku, menyentuh pahanya dengan jari-jari kakiku. "Kamu bilang kamu tidak mau melakukannya lagi."
"Aku membelinya semalam."
Jawabannya menghasilkan tawa dari mulut kami berdua.
"Sesiap itukah kamu melakukan ini?" godaku.
"Seks semalam cukup berkesan untukku. Aku tidak ingin terlalu cepat melupakannya," jawabnya enteng.
Aku memeluknya dan berbisik di telinganya.
"Dasar brengsek."
Setelah berhasil membuatku klimaks satu kali, Mujin menggendongku ke kamar, dan menuntaskan dirinya dan juga untukku satu kali lagi. Sebagai kaum wanita, aku (dan semua wanita di dunia) pasti merasa sangat puas jika lawan main kami bisa membuat kami orgasme lebih dari satu kali.
"Aku harus kembali ke kantor," ucapku, mengambil rokku yang dilempar Mujin. "Aku ada meeting setengah jam lagi."
"Biar kuantar."
"Okay."
Lama-lama aku dan Mujin mulai menikmati hubungan ini. Satu kali, dua kali, tiga kali, sampai kami berhasil melewati dua minggu dengan status baru kami yang tidak hanya sekedar sahabat lagi, tapi friends with benefits.
Tentunya tidak hanya Mujin yang sering mengajakku, aku juga mulai tidak keberatan memulai duluan.
"Aku sudah di hotelmu."
"Tidak sabar ya?" jawabnya dengan lucu. "Baiklah, naik ke lantaiku, tapi tunggu 15 menit. Aku sedang ada conference call."
Srkk!
Mujin membuka lacinya dan mengambil sebungkus pengaman. Ia menggendongku dan kami berdua langsung berciuman.
Suara ciuman basah membuat kami berdua tersenyum geli.
"Terimakasih, aku membutuhkannya," ujarnya.
Aku terkekeh.
"Bukannya aku yang meminta?"
"Well, aku pria, nafsuku sepertinya lebih besar daripadamu. Aku cuma kalah cepat denganmu."
"Hahaha..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends [Choi Mujin] - Completed
RomanceKetika sepasang teman dekat terikat dalam status hubungannya, yang kemudian berubah hingga membuat mereka terjebak dengan perasaan masing-masing. Main Character: Park Hee Soon as Choi Mujin You as Kim Min A