ad lib

285 12 3
                                    

Dua pemuda terlihat memasuki salah satu kamar apartemen.
Salah satu tengah membuka pintu sementara yang lainnya menenteng kresek berisi bahan makanan.
Pemandangan yang aneh? Jelas tidak.
Di apartemen yang mayoritas diisi oleh mahasiswa dan muda-mudi yang gila kerja, pemandangan ini sudah biasa walau kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi di balik masing-masing pintu tertutup itu.
Namun apa itu berarti dua pemuda tadi tinggal bersama dan punya hubungan khusus?
Tentu tidak!

"Adem..."

"Ya, 'kan? Makanya Soraru-san pindah aja kesini daripada diem di kos sempit ituu!"

"Mafu, kalaupun aku mau pindah kesini, tabunganku bakal menjerit."

Yang disebut sebagai Soraru meletakkan tas kresek berisi bahan makanan yang akan diolah sore nanti di atas meja dekat dapur dan memandangi sang empunya tempat.

Figur yang tengah menyiapkan kudapan itu mungkin terlihat rapuh, tapi coba amati lebih lagi!
Disamping wajah bonekanya, bagian lengannya berkata lain.
Manik rubi itu pula, jika sudah dipicu dengan hal tertentu, tidak akan terlihat setenang ini.
Pun leher jenjang milik si albino, sekalinya Mafu menatap ke samping, lekukan jakun dan-

"A-aku nunggu di ruang depan, ya."

Melarikan diri adalah jalan terbaik bagi Soraru saat ini.
Ia tidak boleh berpikir Mafu itu menarik atau apa, ia tidak boleh suka dengan Mafu! Pokoknya tidak boleh!
Tapi kalau terus-menerus ada di sisi si albino dan selalu diundang datang ke tempat tinggalnya begini... Soraru mestinya bisa sedikit saja berharap, 'kan?

Belum ada lima menit, Mafu sudah menyusul Soraru ke ruang depan dengan teh dingin dan senbei, duduk di sofa untuk satu orang dan tersenyum pada Soraru.
Sang tamu mengangguk, kemudian mengambil senbei dan memulai percakapan.

"Jadi ada apa? Ada kabar terbaru lagi soal orang yang kamu suka?"

Dengan bantal di pangkuan dan senbei di tangan kanan, Soraru menatap si albino.
Kaget, Mafu gelagapan dan mulai menunjukkan pipi merahnya.

"Um, iyaa, bisa dibilang begitu. Tapi akhir-akhir ini dia susah dideketin karena banyak ditempelin cewek-cewek gitu..."

"Uwah, itu nyebelin banget... terus? Mungkin kamu bisa ajak dia makan gitu? Jadi seenggaknya orang itu punya alesan biar ngga ditempelin cewek?"

"Aku- astaga, aku belum seberani itu, Soraru-san!"

Ini adalah alasan mengapa Soraru tidak boleh suka dengan sahabatnya sendiri.
Mafu sudah punya orang yang disuka, ia tidak punya kesempatan.
Semisal ia menyatakan perasaan pun, hubungan persahabatannya dengan Mafu pasti tidak akan kembali mulus seperti sekarang.

Rentetan getar notifikasi yang berasal dari ponsel Soraru menghentikan seluruh percakapan yang dilakukan oleh keduanya.
Ketika si surai biru melihat siapa yang membuat ponselnya bergetar hebat, ia hanya bisa menghela nafas panjang.

"Uh, cewek ini lagi..."

"Hm? Ada apa, Soraru-san?"

Mafu berpindah ke samping Soraru dan mulai mencuri pandang ke ponsel milik temannya itu.
Aplikasi pesan itu belum dibuka tapi Soraru sudah menghela nafas begitu panjang? Pasti orang yang menyebalkan.

"Ah ini, cewek ini udah pernah kutolak... tapi tetep aja ngajak aku pergi sama dia terus..."

Soraru memberikan ponselnya kepada Mafu.
Terlihat balon percakapan sebelah kiri lebih menumpuk ketimbang sebelah kanan, wanita dalam chat ini betul-betul aktif untuk mencapai tujuannya.

'Soraru-kun, kalo belom dicoba ngga bakal tau, 'kan? Ayo kita pergi berdua!'

'Aku bisa liat kamu online dan baca chat ini, lho. Kutelpon sekarang!'

jam jamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang