home scented

173 11 2
                                    

Secangkir kopi panas dengan roti yang baru saja keluar dari pemanggang, sangat cocok untuk pagi yang lambat seperti ini bagi Mafu.
Selagi menggenggam cangkir, Mafu menatap ke arah jendela dimana hujan gerimis turun, menyambut dimulainya hari.

Mencicipi kopi buatannya, Mafu memberikan nilai 7 dari 10.
Tidak begitu buruk, tapi yang layak memperoleh nilai 10 dari 10 hanyalah minuman yang dibuat oleh omeganya.

Omong-omong soal omega kepunyaannya, Mafu cepat-cepat membawa nampan berisi sarapan sederhana tersebut ke kamar mereka.
Begitu pintu dibuka, sang omega sudah bangun dan sedang mengamati dirinya sendiri di depan cermin, wajahnya sedikit kesal.

"Pagi, Soraru-san~! Aku baru aja bikin sarapan~"

Soraru hanya menjawab dengan anggukan, masih mengamati diri.
Mafu menaruh nampan tersebut di atas meja sebelum mendekat dan menempatkan dahinya pada bahu Soraru, sedikit mengendus aroma manis sang omega.

"Mafu, ini apa?"

"Hm? Apanya apa?"

Mafu ikut menatap ke arah cermin dimana Soraru membuka satu sampai dua kancing teratas dari kemejanya, menampilkan leher dan dada yang dihiasi warna merah, bahkan hampir sedikit ungu.
Si albino mengalihkan pandangannya sembari menyembunyikan senyuman.

"Kamu nandain aku lagi?"

"Yah..."

"Aku ada gladi bersih hari ini! Aku udah bilang, 'kan??"

Gladi bersih yang dimaksud adalah persiapan terakhir sebelum Soraru melakukan konser online, penampilan yang terakhir setelah ia melakukan tur.
Mafu kepalang rindu dengan Soraru yang dari kemarin mengelilingi Jepang sementara dirinya ditinggal hampir selama satu bulan.
Pun di beberapa kesempatan dimana Soraru mengirimkan foto sebelum naik ke atas panggung, Mafu sedikit khawatir dengan baju yang Soraru pakai - agak mengundang, setidaknya itu kata Mafu.
Karena belum diberikan izin 'main' walau sudah kembali tidur di ranjang yang sama, Mafu pun memberikan alternatif berupa tanda yang melimpah untuk omeganya.

"...staff yang urusin baju Soraru-san yang harusnya disalahin. Kalo ngga karena dia, tanda yang ada di leher sama dada Soraru-san ngga bakal sebanyak itu."

"Alasanmu itu kekanakkan, Mafu. Bajuku nutupin bahu, kok? Nutupin area perut sampe ke paha juga."

"Leher Soraru-san belom ditutupin apa-apa."

"Itu konser, Mafu. Masa konser mesti pake syal? Plus konsernya pas musim panas."

"Mm, tapi aku ngga suka aja. Fans... suka salah fokus, 'kan."

"Hah... Mafu udah, ah. Itu sesaat aja, fans biasanya begitu, nanti juga lupa sendiri."

"Aku cuma nandain apa yang harus kulindungin, kok."

Soraru tidak balas menjawab, kehabisan amunisi kalimat sanggahan.
Alphanya memang kekanakkan, posesif, cemburuan, dan hal lainnya yang kadang membuat hal kecil saja jadi sulit – tapi justru hal itu pula yang membuat Soraru memberikan diri sepenuhnya pada sang alpha.

"Ya udah, hari ini mau temenin aku? Kalo ngga sibuk."

"Ohh? Boleh??"

"Kalo ngga mau juga gapapa. Aku ngga maksa..."

"Aku mau!!"

Di sepanjang perjalanan, setiap ada kesempatan, tangan Mafu tidak pernah absen untuk entah mengusap atau mencubit kecil pipi Soraru.
Soraru malas untuk meladeninya, toh ia juga kangen dengan sentuhan Mafu, jadi tidak ada masalah.

Sesampainya di lokasi, Mafu diminta untuk menunggu di luar selagi Soraru diberikan riasan.
Awalnya Mafu merengek supaya diperbolehkan ikut ke dalam, namun setelah diyakinkan oleh makeup artist langganan Soraru yang ternyata adalah omega dan sudah berkeluarga, Mafu akhirnya menurut.

jam jamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang