👻

124 10 0
                                    

Ada bagusnya kalau kamu tidak melihat mereka, hidup kamu akan jauh lebih normal - lebih mudah dinikmati
Namun bagi yang dianugerahi penglihatan lebih, sepertinya perbedaan akan sangat terlihat dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Ada yang mengutuki kemampuannya dan berharap untuk melihat hal-hal yang normal saja.
Ada pula yang tidak ingin ambil pusing - mereka menerima kemampuan tersebut dan menjalani hidup selayaknya manusia normal.
Ada pula yang merupakan kombinasi dari keduanya, kesal sekaligus pasrah.

Soraru adalah salah satu dari antara orang-orang tipe ketiga.

Diberkahi dengan kemampuan yang tidak ia inginkan semenjak kecil, ia sudah biasa untuk tidak menggubris para makhluk yang sudah beda alam dengannya.

Berniat untuk memulai langkah baru dalam hidupnya, Soraru memilih untuk meninggalkan rumah orangtuanya dan mulai tinggal sendiri.
Ketika ia menemukan tempat strategis yang dijual cepat dan bisa dibilang dapat dijangkau dompetnya, Soraru lekas memantapkan hati untuk mengambil tempat tersebut.
Tempat tersebut tidaklah terlalu kecil ataupun besar, dekat dengan ragam fasilitas umum yang ada di kota, dan sudah bersih sejak awal Soraru menginjakkan kakinya pertama kali!
Tapi tentunya ada alasan mengapa sesuatu yang bagus dijual dengan harga murah, bukan?

☾︎

Boks terakhir milik Soraru sudah sampai, saatnya untuk mulai membenahi rumah barunya.
Beruntung karena ia pindah di pagi hari, banyak yang harus ia kerjakan.

Membersihkan ruangan yang akan menjadi kamarnya menjadi pilihan pertama Soraru.
Dilanjutkan dengan ruang tengah dan dapur, sesungguhnya Soraru tidak perlu banyak bebenah.
Pemilik yang sebelumnya sudah membersihkan rumah itu tanpa sisa debu karena sesuatu hal, jadi itu cukup meringankan beban Soraru.

Dua jam berjalan dan Soraru sudah bisa melihat alasan tempat itu dijual murah.
Sebuah masalah besar yang ditinggalkan oleh penghuni sebelumnya dan sekiranya tidak akan terselesaikan walaupun ia pindah.

Rumah ini mempunyai penunggu.
Namun bukan anak kecil ataupun orang tua dengan rupa mengerikan, melainkan pemuda di umur belasan atau mungkin puluhan tahun - terlihat di puncak masa mudanya - tengah duduk di pojok ruang tengah dengan posisi memeluk dirinya sendiri dan menyembunyikan wajahnya dengan cara menunduk, mempertemukan dahi dengan lutut kedua kakinya.

Semua yang ada pemuda itu pucat.
Rambutnya berwarna putih, bajunya putih, bahkan warna kulitnya tidak bisa Soraru bilang sebagai warna kulit sehat - yah, namanya juga orang yang sudah tiada, 'kan?

Hanya pojok ruang tamu itulah yang belum Soraru bersihkan sedari tadi karena ia tidak ingin mengganggu sang penunggu.
Namun setelah beberapa jam terlewat, si albino itu masih diam di tempat yang sama, tidak bergerak sedikit pun.

Sampai kapan ia harus memegang lap pel?? Ia juga harus istirahat! Ia baru saja pindahan!
Maka dengan sedikit kesal, Soraru berjalan ke arah si penunggu, masih dengan lap pel sebagai senjatanya.

"...permisi, tapi mau sampe kapan kamu mojok disitu?"

"!"

"Aku mau bersihin bagian ini, tolong pindah-"

"Kamu bisa liat Mafu?? Aah, ayo main!"

Main? Ajakan tersebut terdengar sangat asing.
Soraru tak mengindahkannya, ia masih berusaha meminta si penunggu - yang bernama Mafu? - untuk pindah posisi.

"Tolong pindah sebentar, uh, Mafu-san? Biar rumah ini juga bersih."

"Ahh, aku suka kamu, penghuni baru! Kamu orangnya bersih, ngga kayak penghuni sebelumnya! Omong-omong, namaku Mafumafu!"

jam jamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang