Bersyarat atau Tanpa Syarat?

99 16 0
                                    

Tepat pukul 13.15 Zaina membuka pintu utama rumahnya. Lebih tepatnya sih rumah papanya.
Berjalan menuju kamarnya dengan seragamnya yang sudah cukup berantakan. Dirinya yang pulang jam segini saja sudah lelahnya minta ampun apalagi abang abangnya yang pulang sore, belum lagi orang orang dewasa yang bisa sampe malam belum juga selesai dengan pekerjaanya. 

Sampai kamar, Zaina merebahkan tubuhnya ke atas kasur motif minionnya lalu mencari-cari ponselnya di tas. Membuka aplikasi chat, melihat status-status temannya sebentar, lalu meletakkan ponselnya begitu saja. Beralih mengeluarkan isi tas yang beratnya minta ampun itu, karena dia meminjam beberapa buku dari perpustakaan tadi. Sebenarnya ini tumben, tumbennya pake banget. Buku pelajaran pula yang dia pinjam.

Rumah cukup sepi saat ini. Hanya ada Zaina dan mama yang tengah mencabuti rumput di halaman belakang. Setelah mengganti baju, Zaina memutuskan untuk pergi ke halman belakang. Buat nemenin mama, nemenin loh bukan bantuin. Nanti bantuin kalo mood hihi. Jangan di tiru!

"Ma..."

"Loh? Kapan pulang? Kok nggak denger suaranya tadi"

"Belum lama sih hehe"

"Udah makan siang belum?"

"Belum"

"Makan dulu sana. Pake sayur bayam. Beuhh Mama yang masak enak banget. Gih makan" Kata mama, sedikit narsis.

"Iya iyaaa kapan sih mama masak nggak enak hahaha"

"Ya udah sana makan dulu"

"Iyaaa"

Nemenin mamanya diundur. Zaina mau makan dulu hehe.

🤸🏻‍♂🤸🏻‍♂

Sore ini si kembar nggak pulang bareng. Jaewoo bilang tadi katanya mau ke rumah Odin, mau main bareng. Udah izin juga. Jadi sekarang, papa cuma jemput Woojae. Tadinya Woojae nolak, tapi papa tetep kekeh mau jemput.

Sekarang mereka lagi di jalan menuju rumah.

"Mas" Woojae menoleh. Papa keliatan lagi mikir, Woojae nunggu papa lanjutin kalimatnya.

"Papa mau tanya deh. Mas ini bahagianya tanpa syarat atau bersyarat?"
Woojae sendiri bingung kenapa papa tiba-tiba tanya begitu. Belum ngeuh sama apapun.

"Mmm maksudnya bahagia bersyarat dan tanpa syarat itu gimana? Kok tiba-tiba nanya begitu?"

"Loh? Mas belum baca tah?"

"Baca apa?" Woojae tambah bingung. Papanya juga nggak to the point.

" 'Terapi pikiran bahagia' karya.....Oktastika Badai Nirmala. Semalem papa baca bentar tapi ada beberapa yang rada lupa sih. Katanya, bahagia itu ada yang bersyarat ada juga yang tanpa syarat–"

"Bahagia bersyarat itu... Gampangnya adalah kebahagiaan yang hanya akan terjadi dengan syarat-syarat tertentu" Lanjut papa. Woojae betul-betul belum paham. Karena dia emang belum sempat baca bukunya sama sekali. Dan ditaruh di ruang tamu begitu saja.

"Contohnya?" Tanya Woojae.

"Contohnya gini. 'Kalo punya uang banyak kayaknya bahagia banget ya'. Atau.. Begini 'Aku bakal bahagia kalo aku punya mobil baru'" Jelas papa. Woojae manggut-manggut aja.

"Tapi itu kata buku loh yaaa bukan kata papa" lanjut papa.

"Iya iyaaa. Terus kalo bahagia tanpa syarat?"

Jamal FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang