Biar ku rengkuh segala yang hampir luruh. Akan ku sambut manis siapa yang tangisnya tak digubris.
🥀🦋
Bilangnya kan ku rumah.
Siap lelah menyelami masalah.
Tidak kokoh.
Dan tidak boleh roboh.Telinga siap tuk mendengar.
Pundak sekadar bersandar.
Raga memeluk jiwa yang berpencar.Datangnya untuk cerita, dibawanya luka berdarah.
Ia sedang hilang arah.
Bicaranya mengalun pada serapah.
Katanya, ia seperti sampah.Kemarilah jika pelik mu begitu mencekik.
Rumah ku, rumah kayu.
Sudah lapuk juga tidak akan ambruk.
Siapa-siapa yang mengetuk, ku sambut dengan peluk.Aku rumah ramah.
Memapah siapa-siapa yang ingin merebah.
Jangan lupakan aku manusia yang bisa kalah.
Penyanggah ku juga bisa patah.
Aku rumah ramah.
Masih berdiri sampai tak lagi kuat.
Akan menopang sampai berkarat.Rumah ku kan rumah kayu.
Tuan, rumah ku berpenghuni.
Bernama nestapa bila dibuat tak berdaya.
Rumah ku rumah ramah.
Teduh tanpa bersandiwara.Singgahlah hingga tak lagi keliru.
Menyudahi apa yang kau rasa pilu.
Rumah ku rumah ramah.
Tatkala sudah musnah, kenanglah sebagai sejarah.~
Jangan JIPLAK kalau nggak mau di KEPLAK.😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenguk yang Terpuruk
PoetrySebuah usaha agar tinta tidak lagi tentang darah. Perkata hanyalah mengenai luka yang semakin menganga. Apa yang tertulis adalah kalimat yang masih berkelana, mencari pertolongan juga rangkulan.