Ada banyak hal yang penuh di kepala berkata untuk tangguh, tapi seringnya rapuh. Yang diamnya teduh, yang diam-diam meluruh. Mungkin lukamu perlu dibasuh.
🦋🥀
Lagi dan lagi kita harus menerjemahkan luka menjadi tawa.
Bosan, memang.
Kalau bisa ke dokter mungkin sudah banyak obat yang di teguk.Masih sama ya? Masih menjelma bahagia padahal bernamakan lara.
Masih terjebak pada lingkar rasa sakit yang semakin menguar.Ragaku memang hidup untuk sekarang, tapi jiwanya jauh tertinggal di masa lalu.
Mungkin aku begitu terbuai pada kisah yang padahal sudah usai.Masih berlarut menikmati setiap luka, yang kini bernama trauma.
Setiap hari menerka, perihal esok apakah akan baik-baik saja?Kesibukannya hanya usaha untuk kembali berjalan. Kembali percaya kalau ini hanya sementara, dan setelahnya akan baik-baik saja.
Sesak, terlalu khawatir. Takut terluka, takut tak berguna, takut percaya.
Bukan bermaksud untuk memilih diam, dan memanjakan sang lara.Aku juga ingin bergerak, membangun kembali asa yang sudah berserak.
Hanya saja terlanjur berkerak, hingga membuat terjebak dan hilang jejak.Hari ini hanya penuh dengan pertanyaan, esok akan ada apa? Lalu nanti bagaimana? Harus apa? Aku bisa tidak ya?
Lalu setelahnya berusaha mengulang kata kalau, "Ini hanya sebentar, nanti juga berlalu. Pasti bisa, pasti baik-baik saja. Kalaupun esok tidak baik, aku hanya perlu menangis semalaman dan setelahnya akan baik-baik saja. Oke, tenang."
Percayalah, sulit untuk meyakinkan diri ketika kaki tak mampu lagi menopang. Membangun percaya untuk hari esok, seperti berdiri di tepi jurang. Harus siap jatuh, siap kembali kambuh.
Setiap kita ingin berjalan tanpa beban, tapi lupa kalau angan juga berkawan dengan makian.
Sampai detik dimana seharusnya bisa berdiri sendiri, tapi sayang aku belum juga berani. Masih tentang mendamaikan apa yang sudah berantakan. Mungkin kata orang, ini yang dinamakan terjebak di zona nyaman.
Perkara takut berjalan, karena tau akan rintangan. Ada yang nekat melawan, tapi juga banyak yang bertahan. Dan aku masih berada di persimpangan.
~
Jangan JIPLAK kalau nggak mau di KEPLAK.😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenguk yang Terpuruk
PoëzieSebuah usaha agar tinta tidak lagi tentang darah. Perkata hanyalah mengenai luka yang semakin menganga. Apa yang tertulis adalah kalimat yang masih berkelana, mencari pertolongan juga rangkulan.